Respon masyarakat terhadap ceramah ustadz salman dalam pembinaa keagamaan masyarakt kampung utan ciputat timur. Tangerang selatan

(1)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP CERAMAH

USTADZ SALMAN DALAM PEMBINAAN

KEAGAMAAN MASYARAKAT KAMPUNG UTAN,

CIPUTAT TIMUR, TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi syarat meraih gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

M. TAUFIQ RACHMAN NIM: 103051028536

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M


(2)

RESPON MASYARAKAT TERHADAP CERAMAH USTADZ SALMAN DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN MASYARAKAT KAMPUNG

UTAN, CIPUTAT TIMUR, TANGERANG SELATAN Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi syarat meraih gelar

Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

M. Taufiq Rachman NIM 103051028536

Di bawah bimbingan,

Nurul Hidayati, S. Ag NIP. 196903221996032001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2009 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Respon Masyarakat terhadap Ceramah Ustadz Salman dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.1) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 28 April 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap anggota,

Drs. Jumroni, M.Si Dr. Moh. Ali, MA

NIP. 19660110 199303 1 004 NIP. 19530603 197903 1 002

Anggota:

Penguji 1 Penguji II

Drs. Wahidin Saputra, MA Umi Musyarofah, MA

NIP. 19700903 199603 1 001 NIP. 19710816 199703 2 002

Pembimbing

Nurul Hidayati, M.Pd NIP. 196903221996032001


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia manerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 April 2011


(5)

ABSTRAK

M. Taufiq Rachman, Respon Masyarakat terhadap Ceramah Ustadz Salman dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan. Skripsi. Jakarta: Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 Desember 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran konkrit mengenai respon masyarakat terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan keagamaan masyarakat yang ada di Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pembahasan pada respon masyarakat terhadap ceramah Ustadz Salman, yang meliputi respon kogtinif, afektif, dan konatif.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara penyebaran angket tertutup kepada masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata respon masyarakat terhadap ceramah Ustadz Salman cukup baik. Dari rata-rata respon kognitif masyarakat, dapat diketahui bahwa jawaban yang diberikano leh responden lebih dari 70%. Demikian juga dengan rata-rata respon afektif dan konatif masyarakat Kampung Utan, jawaban yang diberikan juga lebih dari 70%. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan, bahwa sebagian masyarakat memiliki respon yang baik terhadap ceramah Ustadz Salman.


(6)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia manerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 24 April 2011


(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Berkat pertolongan serta nikmat-Nya, penulis mampu menjalani segala macam rintangan dan halangan saat pengerjaan skripsi ini.

Proses penulisan skripsi ini memang tidak semudah yang penulis bayangkan sebelumnya. Dalam perjalanannya, begitu banyak hal yang penulis belum tahu sebelumnya, penulis ketahui saat melakukan penulisan skripsi ini. Memang ilmu Allah Maha Luas, manusia hanya mengetahi sedikit dari kemahaluasan ilmu tersebut.

Rintangan dan cobaan yang ada saat penulis melakukan penulisan skripsi ini, alhamdulillah dapat penulis lalui. Begitu banyak pelajaran dan hikmah yang berharga yang penulis dapatkan.

Terdapat begitu banyak pihak yang membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Dalam lembar ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. Wahidin, MA, selaku ketua jurusan KPI dan Umi Musyarofah, MA., selaku sekretaris jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) atas segala bantuan yang berbentuk masukan dan juga kemudahan dalam mengurus segala macam administrasi.

3. Ibu Nurul Hidayati, S.Ag., selaku pembimbing yang tiada pernah lelah dan letih dalam memberikan bimbingan kepada penulis. Segala kesabaran


(8)

dalam menunjukkan kesalahan penulisan maupun pengetikan mungkin tidak ternilai harganya. Penulis hanya bisa berdoa, semoga apa yang Bapak berikan kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT, dan merupakan nilai ibadah di sisi-Nya.

4. Petugas Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang sudah melayani penulis dalam memenuhi kebutuhan literatur.

5. Orang tua penulis, Bapak H. Edy Mahjuddin dan Ibunda Siti Aswa, yang terus memberikan semangat dan dukungan kepada penulis agar sesegera mungkin untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Juga Ibu Sukarsih (alm), semoga apa yang beliau selalu doakan dan inginkan kepada anak-anaknya terkabul, dan beliau mendapatkan tempat di sisi Allah SWT, amin.

6. Saudara penulis, Ir. Dadang Munandar, Gailis Mupelita S.Ag, Aini Yail Zuba’ah SH MM, Nasrullah Fuadie SE, Vifien Fitrianti SE, yang tiada henti-hentinya mendorong dan membantu penulis agar selekas mungkin menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih sekali lagi.

7. Ustadz Salman. Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk melayani wawancara dengan penulis dan memberikan data yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini.

8. Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, yang sudi meluangkan waktunya untuk penulis jadikan responden dan mengisi angket yang penulis berikan dengan sebaik-baiknya. Semoga


(9)

segala bantuan yang diberikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin.

9. Teman-teman penulis di KPI 2003 kelas C: Suharman, S. Sos.I, Titiek Suryaningsih, S.Sos.I, Sofyan Hadi, Andri Ahmad, S.Sos.I, dan seluruh teman-teman seangkatan penulis yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas masukan yang kalian berikan dalam skripsi ini.

10.Seluruh teman-teman penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu di sini. Terima kasih atas bantuan yang diberikan. Akhirnya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kemajuan dan kesempurnaan skripsi ini. Penulis yakin bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan tambahan literatur yang berguna bagi semua pihak serta menambah khazanah keilmuan, khususnya bidang dakwah dan komunikasi.

Jakarta, 24 April 2011


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Masalah ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 13

F. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II KERANGKA TEORITAS TENTANG DAKWAH ISLAMIAH A. Ruang Lingkup Teori Respon ... 16

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya ... 17 1. Pengertian Dakwah ... 2. Da’I ... 3. Mad’u ... 4. Metode Dakwah ... 5. Media Dakwah ...


(11)

6. Materi Dakwah ... 7. Tujuan Dakwah ... BAB III BIOGRAFI USTADZ SALMAN

A. Riwayat Hidup Ustadz Salman ... 42

B. Konsep Dakwahnya ... 46

C. Kegiatan Dakwahnya ... 47

D. Masyarakat dan Mad’unya………. ... 48

BAB IV RESPON MASYARAKAT KAMPUNG UTAN, CIPUTAT TIMUR, TANGERANG SELATAN TERHADAP CERAMAH USTADZ SALMAN A. Gambaran Metode Dakwah Ustadz Salman ... 51

B. Rata-rata Respon Kognitif Masyarakat Kampung Utan terhadap Ceramah Ustadz Salman ... 52

C. Rata-rata Respon Afektif Masyarakat Kampung Utan terhadap Ceramah Ustadz Salman ... 60

D. Rata-rata Respon Afektif Masyarakat Kampung Utan terhadap Ceramah Ustadz Salman ... 65

E. Faktor Pendukung, Penghambat, dan Solusinya ... 71

F. Analisis Data ... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 78

B. Saran – saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dalam menyampaikan ceramahnya, ustadz Salman menggunakan metode dakwah bi al-lisan ... 48 Tabel 2 Ustadz Salman menguasai kondisi audience saat menyampaikan

ceramahnya ... 50 Tabel 3 Saat membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an, ustadz Salman

menyampaikannya dengan jelas dan fasih. ... 51 Tabel 4 Saya mempunyai keinginan yang besar untuk menambah wawasan

keagamaan ... 52 Tabel 5 Saya memiliki pengetahuan agama Islam, meskipun tidak

mendalam ... 53 Tabel 6 Dengan mengikuti pengajian, pengetahuan saya mengenai agama

Islam bertambah ... 54 Tabel 7 Dengan bertambahnya pengetahuan tersebut, saya semakin bisa

membedakan mana yang baik dan mana yang buruk menurut agama Islam ... 55 Tabel 8 Tujuan saya mengikuti pengajian yang disampaikan oleh Ustadz

Salman untuk menambah pengetahuan agama Islam mereka ... 56 Tabel 9 Masyarakat tertarik mengikuti ceramah yang disampaikan oleh

ustadz Salman karena cara penyampaian ceramah tersebut mudah dimengerti. ... 57 Tabel 10 Saya merasa lebih tenang dalam menjalani hidup setelah


(13)

Tabel 11 Sebagai anggota masyarakat, saya memberikan bantuan kepada anggota masyarakat lainnya yang membutuhkan pertolongan ... 59 Tabel 12 Saya semakin rajin dalam mengikuti pengajian keagamaan ... Tabel 13 Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman, Saya semakin

menghargai hidup yang diberikan oleh Allah SWT ... Tabel 14 Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman, saya semakin

menghargai dan menyayangi orang lain... 61 Tabel 15 Saya rutin mengikuti dalam pengajian yang disampaikan oleh

Ustadz Salman ... 62 Tabel 16 Setelah mendengarkan dakwah Ustadz Salman, saya mengalami

perubahan dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. ... 63 Tabel 17 Setelah mendengarkan dakwah Ustadz Salman, saya semakin rajin

dalam mengerjakan ibadah sehari-hari ... 64 Tabel 18 Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman mengenai hal-hal

yang dilarang agama, saya manjauhinya ... 65 Tabel 19 Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman mengenai kebaikan

memperlakukan tetangga dengan baik, saya mengerjakannya... 66 Tabel 20 Saya semakin mantap dalam menjalankan ibadah sehari-hari karena

mendapatkan penjelasan yang lengkap dari Ustadz Salman ... 67 Tabel 21 Latar belakang pendidikan Ustadz Salman turut mendukung

dakwah yang dilakukannya ... 68 Tabel 22 Saya yang menjadi mad’u bagi ceramah Ustadz Salman


(14)

Tabel 23 Interaksi yang dilakukan oleh Ustadz Salman terhadap saya turut mendukung dakwah yang dilakukannya ... 70 Table 24 Kegemaran saya dalam menyaksikan tayangan televisi yang tidak

mendidik, menjadi penghambat dalam proses dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Salman ... 71 Tabel 25 Kesibukan saya terhadap aktivitas saya dalam sehari-hari yang

menyita waktu, menjadi penghambat dakwah Ustadz Salman ... 72 Tabel 26 Keinginan saya untuk menambah wawasan keagamaan yang masih


(15)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا Tidak dilambangkan

b be

t te

ts te dan es

ج j je

h h dengan garis di bawah

kh ka dan ha

د d de

dz de dan zet

r er

z zet

s es

sy es

ص s es dengan garis di bawah

d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis di bawah

z zet dengan garis di bawah

‘ koma terbalik di atas, menghadap ke kanan

g ge

ف f ef


(16)

k Ka

ل l El

m em

n en

و w we

ـھ h ha

, ‘ apostrof

y ye

BACAAN PANJANG

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ـَـ â a dengan topi di atas ِـ

يـ î i dengan topi di atas


(17)

A. Latar Belakang

Setiap muslim dan muslimat, memiliki kewajiban dalam menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Kewajiban ini merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap individu, sehingga tidak ada lagi ummat muslim yang tidak mengerti ilmu agama. Meskipun kondisi ini belum tercapai, namun ada upaya-upaya yang dilakukan oleh mereka yang sudah mengerti ilmu agama dalam menyampaikan apa yang mereka ketahui kepada orang lain. Dalam masyarakat kebanyakan, mereka menyebut orang-orang yang mensyiarkan ajaran agama Islam dengan da’i atau muballigh.

Seorang mubaligh memiliki tugas yang sangat suci yaitu berdakwah. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia dakwah dapat pula diartikan sebagai penyiar agama di semua kalangan masyarakat dan sekaligus sebagai pengembangan masyarakat.1

Perlu kita ketahui bersama bahwa, kegiatan berdakwah ini telah berlangsung seumur sejarah kehidupan manusia. Sejak bapak manusia pertama Adam hingga ummat Nabi Muhammad SAW sekarang ini. Pada awal masa kenabian para rasul berdakwah tidak aecara terang-terangan untuk ummatnya akan tetapi secara sembunyi-sembunyi.

Masalah dakwah dewasa ini sangatlah penting bagi perkembangan ajaran Islam. Pada hakikatnya dakwah adalah realisasi dari amr ma’rûf nahy        

1

Departemen pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Cet. Ke-3, hal.


(18)

munkar, yakin mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah manusia dari kemungkaran. Bila demikian maka dakwah Islam merupakan kewajiban bagi setiap pribadi manusia. Dakwah berjalan tanpa mengenal kurun waktu selama di dunia masih ada manusia yang berjalan di luar syari’at Ilahi maka dakwah Islam tetap diperlukan.

Dalam bahasa Arab, dakwah bisa digunakan dalam arti undangan, ajakan dan seruan yang kesemuanya itu menunjukkan adanya komunikasi antara dua pihak dan upaya mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku Islam.2

Berdasarkan arti dakwah itu sendiri, maka dalam pelaksanaannya diperlukan metode-metode penyampaian yang tepat agar tujuan itu tercapai. Para da’i harus mengidentifikasikan wilayah sasarannya sebelum menerapkan dakwah yang disampaikannya. Adapun pengertian metode dakwah adalah suatu cara yang ditempuh dalam berdakwah untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif dan efisien, yaitu mengajak manusia kejalan yang benar, agar manusia tunduk sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.3 Amin Ahsan Islahi, dalam bukunya menjelaskan bahwa seorang juru dakwah yang menyeru kepada kebenaran harus memperhatikan metode – metode yang dikenal pada masanya, sehingga dakwah lebih mengena dan berpengaruh didalam hati dan jiwa. Hal ini karena sang mubaligh tersebut berkumpul dengan orang-orang, berbicara dengan mereka dan di dalam berhadapan dengan mereka itu harus

       

2

Akhmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Pirdaus, 2002), Cet. Ke-3, hal. 19

3

Rafiuddin dan Maman Abdul Djalil, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. Ke-5, hal. 32


(19)

memperhatikan metode – metode yang sesuai dengan tradisi, prilaku, dan cara hidup mereka.4

Seorang juru dakwah atau da’i dalam upaya menyebarkan ajaran-ajaran Islam harus memperhatikan kondisi sekelilingnya. Seorang sarjana psikologi bernama Woodworth mengungkapkan dakwah manusia sebagai makhluk individu memiliki empat jenis hubungan dengan lingkungan: “Individu dapat bertantangan, menggunakan, berpartisipasi, atau menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya”.5

Sebagai perbuatan atau aktivitas, dakwah adalah kegiatan komunikasi, dan komunikasi menyebabkan terjadinya hubungan interaksi sosial. Menurut H. Bonner yang secara garis besarnya interaksi sosial dirumuskan sebagai suatu hubungan antara dua individu atau lebih individu manusia, di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki individu lain, atau sebaliknya.6

Maka dalam rangka dakwah da’i harus memiliki budi pekerti yang baik atau akhlak karimah serta wawasan keilmuan yang luas dalam uapaya mempengaruhi atau memperbaiki masyarakat malalui pesan-pesan dakwah ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar.

Interaksi yang dilakukan manusia sebagai individu di dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh fator imitasi, simpati, sugesti, maupun faktor identifikasi.

       

4

Amin Ahsan Ilahi, Metode Dakwah Menuju Jalan Allah (Jakarta: Litera Antarnusa, 1985), Cet. Ke-1, hal. 69

5

W. A Gerungan, Psikologi (Bandung: Eresco, 1999), Cet. Ke-12, hal. 6 6


(20)

Imitasi adalah suatu proses di mana seseorang meniru tingkah laku, maupun ide-ide tertentu dari orang lain sehingga orang tersebut menerima dengan tanpa melakukan kritik. Sugesti adalah situasi dimana seseorang memberikan pandangan dari dirinya sendiri kepada orang lain tanpa melakukan kritik. Identifikasi adalah sebagai situasi dimana seseorang mempunyai kecendrungan untuk mengajikan indentik dengan orang lain yang dianggapnya ideal atau tokoh tertentu dalam lapangan tertentu.

Simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa begitu tertarik akan keseluruhan pola tingkah laku orang lain, sehingga dengan perasaan ini pada dirinya untuk memahami atau mengerti lebih mendalam, untuk belajar dan kemudian bersedia untuk melakukan kerjasama.7

Dari faktor-faktor diatas yang mempengaruhi masyarakat dalam berintraksi dengan lingkungan, seorang da’i yang sarat akan makna keteladanan dalam kehidupan sehari-hari berusaha agar pesan-pesan dakwah yang disampaikannya dapat direspon masyarakat sekitar.

Kegiatan dakwah merupakan komunikasi antara da’i dan mad’u karena komunikasi adalah suatu proses penyampaian ideal dan pesan kepada komunikasi agar dapat berbuat sesuai dengan tujuan, harapan dan isi pesan yang disampaikannya.8 Sehingga terjadi proses saling mempengaruhi natara satu dengan yang lainnya untuk menyampaikan keinginannya. Dalam menyampaikan pesan tersebut, haruslah seorang da’i memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, bertujuan agar pesan-pesan yang disampaikan oleh

       

7

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama), Cet. Ke-2, hal. 1 8


(21)

da’i dapat diterima mad’u secara utuh, jelas, dan tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam penafsiran.

Agar dakwah dapat bersifat komunikatif, seseorang memerlukan pengetahuan tentang gejala-gejala sosial atau tingkah laku manusia dalam lingkungan sosio-kulturnya. Kemampuan berkomunikasi yang baik dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah tidaklah dimiliki oleh setiap orang, hanyalah orang tertentu saja memiliki kemampuan dan sengaja mengkonsentrasikan dirinya dalam tugas menggali mutiara-mutiara keilmuan untuk disampaikan keorang lain.

Thomas W. Arnold dalam bukunya sejarah dakwah menjelaskan: “Tersebar agama Islam ke berbagai penjuru dunia disebabkan oleh berbagai faktor, baik sosial, politik, budaya maupun agama, akan tetapi di samping itu, faktor yang paling kuat dan menentukan adalah kemauan dan kegiatan yang tidak kenal lebih dari para da’i yang dengan Nabi Muhammad SAW sendiri sebagai contoh utamanya, telah berjuang mengajak orang-orang kafir masuk Islam.”9

Maka dalam rangka ini Islam, sebagai agama dakwah harus disebar luaskan, sebab tanpa usaha yang sungguh dari para pemeluknya untuk menyebar luaskan Islam itu, mustahil Islam akan dengan segera menyebar dan dipeluk oleh hampir di seluruh penjuru dunia.10

Berdasarkan hal diatas, kita sebagai pribadi muslim harus menegakkan agama Allah dan menjalankan amr ma’rûf nahy munkar serta mengajak manusia kejalan yang benar yaitu jalan yang di ridhai Allah SWT. Sebagaimana firmannya Surat Al-Nahl ayat 125 yaitu :

       

9

Thomas W. Arnold. Sejarah Dakwah (terj) Nawai Rambe (Jakarta: Wijaya, 1979), hal. 27

10


(22)

ä

í

÷

Š

$

#

4

n

<

Î

)

È

≅‹

Î

6

y

y

7

În

/

u

Ï

π

y

ϑ

õ

3

Ï

t

ø

:

$

$

Î

/

Ï

π

s

à

Ï

ã

ö

θ

y

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

Ï

π

u

Ζ

|

¡

p

t

ø

:

$

#

(

Ο

ß

γ

ø

9

Ï

‰≈

y

_

u

ρ

©

É

L

©

9

$

$

Î

/

}

Ï

δ

ß

|

¡

ô

m

r

&

4

¨

β

Î

)

y

7

/

u

u

θ

è

δ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

y

ϑ

Î

/

¨

|

Ê

t

ã

Ï

&

Î

#

Î

6

y

(

u

θ

è

δ

u

ρ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

t

⎦⎪

Ï

t

G

ô

γ

ß

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

)

ا

ل نل

/

16

:

125

(

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl/ 16: 125)

Dalam pembahasan ini, penulis tertarik dengan judul skripsi ini karena pada jaman era globalisasi dan informasi, perubahan masyarakat lebih cepat bila dibandingkan dengan kegiatan dakwah. Manusia dewasa ini mulai disibukkan oleh kebutuhan yang semakin beraneka ragam sehingga banyak manusia yang mengalami krisis moral, dengan meninggalkan ibadah serta amal kebajikan lainnya. Dan juga karena dakwah dipahami oleh masyarakat awam yang identik dengan ceramah di podium atau di mimbar-mimbar masjid. Dakwah tidaklah hanya diartikan sebagai ceramah sementara sekalipun unsur ceramah tidak dapat dipisahkan, tetapi diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan mengajak dan meningkatkan manusia kembali kepada ajaran Islam. Dengan demikian umat Islam mempunyai berbagai metode dakwah yaitu yang dipakai untuk menyampaikan pesan dakwah.

Semua cara dan upaya maupun dalam strategi dakwah Islam tidaklah kaku atau statistik, akan tetapi dalam kenyataan sejarah ia senantiasa mengalami kemajuan, dan dengan kemajuan peradaban manusia itu sendiri yang semakin berkembang dan mengalami kemajuan. Bermula dari sikap,


(23)

kemudian tutur bahasa secara lisan, tulisan, dan penggunaan alat elektronik yang mana sikap seperti ini harus dimiliki da’i dengan baik.

Salah satu muballigh yang penulis anggap memenuhi kriteria tersebut di atas adalah Ustadz Salman, seorang da’i yang mensyiarkan ajaran agama Islam di daerah Ciputat Timur Tangerang Selatan. Sebagai seorang da’i, Ustadz Salman berupaya untuk mensyiarkan ajaran agama Islam dengan cara yang sebaik-baiknya, tanpa mengenal batas usia maupun profesi. Dakwah yang dijalankan Ustadz Salman juga dilakukan dengan cara mempraktikkan apa yang diajarkan oleh ajaran agama, salah satunya untuk berperilaku santun terhadap semua orang. Inilah salah satu faktor yang menjadikan Ustadz Salman disenangi oleh masyarakat sekitar.

Dengan fenomena dakwah seperti yang diatas maka peneliti mengangkat penelitian ini dengan judul: “Respon Masyarakat Terhadap Ceramah Ustadz Salman Dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk memperjelas pembatasan masalah ini, maka peneliti dengan cermat membatasi penelitian ini dengan Respon Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang terhadap ceramah dakwah Ustadz Salman. Penelitian disini hanya membatasi metode dakwah Ustadz Salman tidak untuk metode dakwah da’i secara keseluruhan dan umumnya.

Dari pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan:


(24)

1. Bagaimanakah rata-rata respon kognitif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka?

2. Bagaimanakah rata-rata respon afektif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka?

3. Bagaimanakah rata-rata respon konatif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui rata-rata respon kognitif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka.

b. Untuk mengetahui rata-rata respon afektif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka.

c. Untuk mengetahui rata-rata respon konatif masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, terhadap ceramah Ustadz Salman dalam pembinaan agama mereka

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis


(25)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan secara umum dalam mendalami ilmu keagamaan.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelititan ini diharapkan menjadi daya tarik peneliti lainnya dan dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penenlitian

Penelitian ini dilakukan di masyarakat RT 001 RW 04 Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan Kode pos 15412.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan waktu selama 8 bulan, yaitu dari bulan Oktober 2008 sampai bulan Mei 2009.

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan instrumen yang digunakan yaitu angket. Angket adalah daftar pernyataan atau petanyaan yang diserahkan atau dikirimkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk diisi oleh responden.11

       

11

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, metodelogi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. V, hal. 60


(26)

3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel atau keseluruhan subyek penelitian.12 Dan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga masyarakat RT 001 RW 04Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Sampel adalah sebagian atau wakil dari sejumlah individu yang akan diteliti.13 Jumlah penduduk RT. 001 RW. 04 masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan yaitu sebanyak 217 Jiwa dengan rincian: laki-laki sebanyak 155 Jiwa perempuan sebanyak 162 Jiwa Anak-anak sebanyak 43 Jiwa. Dari jumlah populasi tersebut, penulis menargetkan 20 responden untuk dijadikan sampel. Hal ini berkenaan dengan keterbatasan waktu, tenaga dan dana yang penulis miliki, sehingga tidak bisa mengambil banyak sampel.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan angket kepada responden yaitu masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan agar memperoleh data yang diperlukan. Angket dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang jawabannya sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah disiapkan.14

       

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998), Cet. II, hal.115

13

Sugiono, Statistika untuk Penelitian (Jakarta: Fajar Interpertama Offset 2002), Cet. Ke-1, hal. 55

14

Masri Singarimbun dan Sofian Effensi, Metode Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. II, hal. 220


(27)

Penelitian ini menggunakan instrument dengan pernyataan tertutup dengan skala jawaban yang terdiri dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju, (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

5. Pengolahan Data

a. Persiapan

Kegiatan persiapan ini adalah mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisian dan memeriksa jawabannya kemudian meneliti kembali catatan atau data yang sudah terkumpul untuk mengetahui data itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.15

b. Pengkodean

Kegiatan ini merupakan pemberian kode yang berupa angka pada setiap jawaban responden yang diterima, tujuannya adalah mempersingkat dan memperjelas jawaban responden.

c. Tabulasi

Memasukkan data yang diperoleh dan menyusunnya ke dalam table. Termasuk kegiatan tabulasi : teknik pengukuran yang digunakan adalah skala likert dangan bobot nilai sesuai dengan jenis pertanyaan. Untuk pertanyaan positif masing-masing jawaban diberi bobot nilai sebagai berikut:

a. Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) = 4 b. Untuk jawaban S (Setuju) = 3

c. Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) = 2

       

15


(28)

n i X

Me    

d. Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) = 1

6. Teknis Analisis Data

Dalam teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif analisis, karena data yang diperoleh penelitian ini lebih banyak bersifat kualitatif, maka dengan sendirinya dalam penganalisaan data-data penulis lebih banyak menganalisis.

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan analisa kuantitatif, yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukam perhitungan dengan menggunakan statistik sederhana untuk memperoleh hasil penelitian. Untuk data kuantitatif penulis menggunakan perhitungan prosentase dari hasil angket.

Data yang diperoleh melalui angket kemudian penulis olah dengan terlebih dahulu mencari rentangnya dengan rumus:

R = Xt - Xr R = Rentang

Xt = data terbesar dalam kelompok Xr = data terkecil dalam kelompok

Kemudian penulis mencari median dari data tersebut. Adapun rumus untuk mencari median adalah sebagai berikut:

Me = Mean (Rata-rata)  = Epsilon (Baca jumlah)


(29)

Xi = Nilai X ke I sampai ke n

Selanjutnya hasil penelitian disajikan dengan menggunakan frekuensi kontribusi dan prosentase dengan rumus:

P = Besarnya prosentase F = Frekuensi

N = Jumlah Sampel

% = Bilangan tetap (konstanta)

Adapun cara pembacaan hasil prosentase penelitian adalah sebagai berikut:

No Presentase Penafsiran

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 100 % 90 – 99 % 60 – 89 % 51 – 59 %

50 % 40 – 49 %

20 39 % 10 – 19 % 01 – 09 %

0 %

Seluruhnya Hampir seluruhnya

Sebagian besar Lebih dari setengahnya

Setengahnya Hampir setengahnya

Sebagian kecil Sedikit Sedikit sekali Tidak ada sama sekali %

100 X N F


(30)

E. Kajian Pustaka

Setelah penulis menelusuri katalog penulisan skripsi yang ada di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan satu tema yang mirip dengan apa yang penulis bahas. Skripsi tersebut berjudul Respon Masyarakat terhadap Ceramah AA Gym di Televisi ANTV; Studi pada Masyarakat Cikoleang Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin

Kabupaten Bogor. Skripsi ini ditulis oleh Mulyani, Jurusan Komunikasi

Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006.

Dalam skripsinya tersebut, penulis berusaha untuk mengetahui respon masyarakat yang berada di Cikoleang Desa Sukamulya Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor terhadap ceramah yang disampaikan oleh AA Gym di stasiun televise swasta ANTV. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Mulyani, masyarakat Cikoleang memberikan respon yang baik terhadap ceramah yang disampaikan oleh AA Gym. Hal ini karena materi yang disampaikan oleh AA Gym sangat sederhana, dengan penggunaan bahasa yang tidak sulit, serta disampaikan dengan tenang dan perlahan.

F. Sistematika Penulisan

Secara sistematika penyusunan skripsi ini dibagi ke dalam lima bab, masing-masing bab dibagi menjadi sub bab.


(31)

BAB I Pendahuluan, yaitu meliputi: latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Kerangka Teoritis, yaitu meliputi: pengertian dakwah, kewajiban dan tujuan berdakwah, metode dan materi dakwah, karakteristik da’i dan karateristik mad’u

BAB III Biografi Ustadz Salman yang terdiri : riwayat hidup ustadz Salman, konsep dakwahnya, kegiatan Dakwahnya, masyarakat mad’unya.

BAB IV Respon masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang Selatang terhadap Ceramah Ustadz Salman yang terdiri dari : Gambaran metode dakwah Ustadz Salman, rata-rata respon kognitif masyarakat Kampung Utan terhadap ceramah Ustadz Salman, rata-rata respon afektif masyarakat Kampung Utan terhadap ceramah Ustadz Salman, rata-rata respon konatif masyarakat Kampung Utan terhadap ceramah Ustadz Salman, serta analisis data.


(32)

A. Ruang Lingkup Teori Respon

Definisi teori adalah sekumpulan dalil yang berkaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan secara sistematis yang menetapkan kaitan sebab-akibat diantara variable. 1

Untuk mengetahui lebih jelas mengenai definisi teori. Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu ilmu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Kecuali menyimpulkan generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta hasil pengamatan, memberi kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian. Dan memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi, serta mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan kita tentang gejala-gejala yang telah atau sedang terjadi.2

Sedangkan respon menurut Kamus Besar Ilmu Pengetahuan diartikan suatu reaksi psikologi-metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yang

       

1

James A. Black Dean J. Champion, Metode Dan Masalah Penelitian Social (Bandung: PT Eresco, 1992), Cet. Ke-1, hal. 49

2

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masayarakat (Jakarta : PT Gramedia, 1977) Cet. Ke-1, hal. 10


(33)

bersifat otomatis seperti refleks dan reaksi emosional langsung dan ada pula yang bersifat terkendali atau mudah dikendalikan dengan alat-alat yang ada.3

Dan menurut Steven M. Chaffe, sebagaimana yang dikutip oleh Jalaluddin Rahmat membagi respon menjadi tiga bagian:

1. Kognitif (Respon): Berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Respon Afektif: berhubungan dengan emosi, sikap dan niali seseorang terhadap sesuatu respon ini timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi khalayak terhadap sesuatu.

3. Respon Konatif (Behavioral): berhubungan dengan prilaku nyata, yang meliputi tindakan, kegiatan atau kebisaaan berprilaku.4

B. Dakwah dan Ruang Lingkupnya

a. Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah secara etimologi atau asal katanya, dakwah bersal dari bahasa Arab, yang artinya “panggilan, ajakan, atau seruan”.

Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwa berbentuk sebagai Isim Mashdar. Kata ini berasal dari fi’il (kata kerja), da’â-yad’û yang artinya memanggil, mengajak atau menyeru.5

       

3

Save D. Dagun. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan ( Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, hal. 964

4

Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), hal. 218


(34)

Panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar. Sedangkan bentuk kata kerja atau fi’il-nya adalah da’â-yad’û yang berarti memanggil, menyeru atau mengajak.6 Sedangkan arti dakwah menurut istilah, dari, dari definisi para ulama yang berbeda-beda, antara lain:

1. Menurut Farid Ma’ruf Noor:

Dakwah itu ialah menyeru atau mengajak kepada sesuatu perkara, yakni mengajak manusia kepada ajaraan Allah agar menerima dan menjadikan dîn al-islâm sebagi dasar dan pedoman hidupnya.7

2. Menurut Prof. H. M Arifin, M.Ed., menerangkan:

Dakwah sebagi suatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap penghayatan serta pengalaman terhadap ajaraan agama sebagai message yang disampaikan kepadanya tanpa ada unsur-unsur paksaan.8

3. Sedangkan menurut Amien Rais dalam mengartikan dakwah yaitu : Dakwah dapat diartikan juga menyampaikan risalah para Nabi (Muhammad SAW). Hakikat dari tujuan dakwah itu sendiri adalah

      

5

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya : Al-Ikhlas, 1983), Cet. Ke-1, hal. 17

6

Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. Ke-3, hal. 7

7

Farid Ma’ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1981), hal. 28

8

M. Arifin, Psikologi Da’wah: Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), Cet. Ke-5, hal. 6


(35)

usaha yang diarahkan pada masyarakat luas untuk menerima kebaikan dan meninggalkan keburukan dalam menciptakan situasi yang lebih baik, sesuai dengan ajaran Islam disemua bidang kehidupan.9

Arti Islam dalam literatur kehidupan dapat diartikan sebagai sifat yang patuh, tunduk dengan semua perintah dan memenuhi segala larangan-Nya dalam kamus bahasa Arab-Indonesia Islam berasal kata dari Salima-yaslamu, selamatkan menjadi Islam yang berartikan orang Islam, hal patuh, tunduk.

Banyak perbedaan mengenai pengertian dakwah oleh para ulama tersebut, akan tetapi dengan semua perbedaan tersebut memiliki satu unsur kesamaan mengenai dakwah, yaitu:

1. Bahwah dakwah adalah proses penyampaian ajaraan Islam dari seorang da’i atau dak’iyah kepada orang lain (baik secara individu maupun secara kelompok).

2. Penyampaian ajaraan tersebut dapat berupa perintah untuk melakukan, dan mencegah dari perbuatan jahat (amr ma’rûf nahy al-munkar). 3. Usaha tersebut dilakuan secara sadar dengan tujuan terbentuknya

individu atau keluarga yang bahagia dan masyarakat atau umat yang terbaik dengan cara taat menjalankan ajaraan Islam. Usaha tersebut bisa dilakukan melalui bahasa lisan, tulisan, maupun perbuatan atau keteladanan.

Didalam pembicaran tentang dakwah akan ditemukan beberapa istilah yang maksud pengertiannya sama dengan dakwah atau berhubungan dengan dakwah, diantaranya:10

       

9


(36)

a. Tabliyah: Artinya penyampaian. Maksudanya penyampaian ajaran-ajaran Allah kepada umat manusia. Oaring yang menyampaikanya disebut mubaligh. Didalam Al-Qur’an disebutkan:

š

⎥⎪

Ï

%

©

!

$

#

t

βθ

ä

ó

Ïk

=

t

7

ã

ƒ

Ï

M≈

n

=≈

y

Í

«

!

$

#

ç

μ

t

Ρ

ö

θ

t

±

ø

ƒ

s

u

ρ

Ÿ

ω

u

ρ

t

β

ö

θ

t

±

ø

ƒ

s

#

´

t

n

r

&

ω

Î

)

©

!

$

#

3

4

s

x

.

u

ρ

«

!

$

$

Î

/

$

Y

Å

¡

y

m

)

ا حأا

/

33

:

29

(

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.”(QS. Al-Ahzâb/ 33: 39)

b. Amr-ma’rûf: Artinya memerintahkan kebaikan, dalam Al-Qur’an

dijelaskan:

t

⎦⎪

Ï

%

©

!

$

#

β

Î

)

ö

Ν

ß

γ≈

¨

Ψ

©

3

¨

Β

Î

û

Ç

Ú

ö

F

{

$

#

(

ã

Β$

s

%

r

&

n

ο

4

θ

n

=

¢

Á9

$

#

(

#

â

θ

s

?#

u

u

ρ

n

ο

4

θ

Ÿ

2

¨

“9

$

#

(

ã

t

Β

r

&

u

ρ

Å

∃ρ

ã

÷

è

y

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

(

#

ö

θ

y

γ

t

Ρ

u

ρ

Ç

t

ã

Ì

s

ß

ϑ

ø

9

$

#

3

¬

!

u

ρ

è

π

t

6

É

)≈

t

ã

Í

‘θ

ã

Β

W

{

$

#

)

ج لا

/

22

:

41

(

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Haj/ 22: 41)

c. Nahi-munkar: Artinya melarang perbuataan yang jahat, dalialnya (telah disebutakan diatas)

d. Mau’idzah: Artinya pengajaran. Maksudnya mengajar orang dengan cara

yang baik agar mereka sadar ke jalan Allah. Dalam Al-Qur’an diterangkan:

      

10

Hamzah Ya’kub, Publisistik Islam (Bandung: CV Diponegoro, 1981), Cet. Ke-1, hal. 14


(37)

ä

í

÷

Š

$

#

4

n

<

Î

)

È

≅‹

Î

6

y

y

7

În

/

u

Ï

π

y

ϑ

õ

3

Ï

t

ø

:

$

$

Î

/

Ï

π

s

à

Ï

ã

ö

θ

y

ϑ

ø

9

$

#

u

ρ

Ï

π

u

Ζ

|

¡

p

t

ø

:

$

#

(

Ο

ß

γ

ø

9

Ï

‰≈

y

_

u

ρ

©

É

L

©

9

$

$

Î

/

}

Ï

δ

ß

|

¡

ô

m

r

&

4

¨

β

Î

)

y

7

/

u

u

θ

è

δ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

y

ϑ

Î

/

¨

|

Ê

t

ã

Ï

&

Î

#

Î

6

y

(

u

θ

è

δ

u

ρ

Þ

Ο

n

=

ô

ã

r

&

t

⎦⎪

Ï

t

G

ô

γ

ß

ϑ

ø

9

$

$

Î

/

)

ل نلا

/

16

:

125

(

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. A-Nahl/ 16: 125).

e. Tabsyîr: Pengumuman berita yang menggembirakan. Basyîr, mubasyîr,

artinya: pembawan kabar gembira, yakni da’i atau mubaligh yang menyampaikan berita gembira tentang rahmat dan nikmat yang diperoleh bagi orang-orang yang beriman. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

÷

Åe

³

t

6

s

ù

Ï

Š$

t

7

Ï

ã

)

م لاا

/

39

:

17

(

Artinya: Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba- hamba-Ku. (QS. Az-Zumar/ 39: 17)

f. Indzâr: Pemberi peringatan

Nadzîr, mundzîr, artinya: orang yang memberi peringatan, yakni

peringatan agar manusia jangan tersesat dan peringatan supaya mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:

$

t

Β

u

ρ

š

χ%

x

.

t

βθ

ã

Ζ

Ï

Β

÷

σ

ß

ϑ

ø

9

$

#

(

ã

Ï

Ψ

u

Š

Ï

9

Z

π

©

ù

!

$

Ÿ

2

4

Ÿ

ω

ö

θ

n

=

s

ù

t

x

t

Ρ

Ï

Β

Èe

ä

.

7

π

s

%

ö

Ï

ù

ö

Ν

å

κ

÷

]

Ïi

Β

×

π

x

Í

!

$

s

Û

(

ß

γ

¤

)

x

t

G

u

Š

Ïj

9

Î

û

Ç

⎯ƒ

Ïe

$!

$

#

(

â

É

‹Ψ

ã

Š

Ï

9

u

ρ

ó

Ο

ß

γ

t

Β

ö

θ

s

%

#

s

Œ

Î

)

(

#

þ

θ

ã

è

y

_

u

ö

Ν

Í

κ

ö

s

9

Î

)

ó

Ο

ß

γ

¯

=

y

è

s

9

š

χρ

â

x

ø

t

s

)

ب لا

/

9

:

122

(

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. Al-Taubah/ 9: 122)


(38)

g. Tadzkirah atau Dzikra: Artinya peringatan, yakni penyampaian peringatan supaya mereka mendapat petunjuk dan tidak sesat. Dalam Al-Qur’an diterangkan:

ö

Ïj

.

x

s

ù

β

Î

)

Ï

M

y

è

x

¯

Ρ

3

t

ø

.

Ïe

%!

$

#

)

عأا

/

87

:

9

(

Artinya: Oleh sebab itu berikanlah peringatan Karena peringatan itu bermanfaat. (QS. Al-A’lâ/ 87: 9)

Orang yang menyampaikan peringatan itu disebut: mudzakir, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an:

ö

Ïj

.

x

s

ù

!

$

y

ϑ

¯

Ρ

Î

)

|

r

&

Ö

Åe

2

x

ã

Β

)

يش غلا

/

88

:

21

(

Artinya: Maka berilah peringatan, Karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (Qs.Al-Ghâsyiyah/ 88: 21)

h. Nasîhah : Artinya nasihat atau pengajaran yakni nasihat agar seseorang

atau suatu umat taat dan bertaqwa kepada Allah. Dalam Al-Qur’an diterangkan:

…..

4

ö

t

Α$

s

%

u

ρ

É

Θ

ö

θ

s

)≈

t

ƒ

ô

s

)

s

9

ö

Ν

à

6

ç

G

ø

ó

n

=

ö

/

r

&

s

'

s

!

$

y

Í

În

1

u

à

M

ó

s

|

Á

t

Ρ

u

ρ

ö

Ν

ä

3

s

9

Å

3≈

s

9

u

ρ

ω

t

βθ

7

Ï

t

é

B

š

⎥⎫

Ï

Å

Á≈

¨

Ψ9

$

#

)

فا عأا

/

7

:

79

(

Artinya: …. mereka seraya berkata: "Hai kaumku Sesungguhnya Aku Telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan Aku Telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”. (QS. Al-A’râf/ 7: 79)

i. Khutbah: Artinya sama dengan nasihat atau mau’idzah, khâtib orang yang

menyampaikan khutbah.

j. Wasiyyah: Artinya wasiyat atau pesan, yakni pesan kepada kebenaran,

taqwa dan kebaiakan. Dalam Al-Qur’an disebutkan :

(

#

ö

θ

|

¹#

u

θ

s

?

u

ρ

….

Èd

,

y

s

ø

9

$

$

Î

/

(

#

ö

θ

|

¹#

u

θ

s

?

u

ρ

Î

ö

9

¢

Á9

$

$

Î

/

)

لا

/

103

:

3

(


(39)

Artinya: … dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Asr/ 103: 3)

b. Da’i

Menurut Yusuf Qardawy, “Da’i adalah umat yang diharapkan dapat memerangi, kesesatan kebobrokan dan keburukan-keburukan lainnya”.11

Isa Anshari menjelaskan, da’i adalah mubaligh yang mampu memeperkenalkan Islam dengan segala seginya dan mampu menjawab segala persoalan yang timbul”.12

Penilaian masyarakat terhadap pribadi seorang da’i sebagian besar mempengaruhi bahkan bisa menentukan apakah akan terbuka pintu bagi isi dakwah yang hendak disampaikan atau tidak. Tentunya semua ini tidak lepas dari akhlak serta sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap da’i atau juru dakwah. Menurut Imam al-Marâghi bahwa sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang da’i ada empat yaitu:

a. Hendaklah âlim (mengetahui) dalam bidang Al-Qur’an dan Sunah dan sejarah kehidupan Rasulallah SAW dan Khulafaurrâsyidîn r.a.

b. Hendaklah ia mengetahui (pandai membaca) siatuasi umat yang diberi dakwah, baik dalam urusan bakat, watak dan akhlak mereka atau ringkasannya mengetahui kehidupan mereka.

c. Hendaklah mengetahui bahasa umat yang akan dituju oleh dakwahnya. Rasulullah sendiri memerintahkan sebagian sahabatnya        

11

Yusuf Qordawy, Kritik dan Saran Untuk Para Da’i (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), Cet. Ke-2, hal. 4

12


(40)

agar mengetahui bahasa Ibrani, karena beliau pun perlu berdialog dengan orang-orang Yahudi yang menjadi tetangga beliau dan untuk mengetahui hakikat keadaan mereka.

d. Mengetahui agama, aliran dan mazhab umat dengan demikian akan memudahkan juru dakwah mengetahui kebathilan-kebathilan yang terkandung padanya dan tidak akan sulit baginya memenuhi ajakan kebenaran yang didengungkan oleh orang lain, sekalipun orang tersebut telah mengajaknya.13

Prof. Drs. Mahmud Yunus menjelaskan ada 14 sifat yang harus dimiliki oleh da’i antara lain:

a. Mengetahui Al-Qur’an dan sunnah b. Harus mengamalkan ilmunya

c. Hendaklah penyantun dan lapang dada d. Harus berani menerangkan kebenaran agama e. Hendaklah menjaga kehormatan diri

f. Harus mengetahui ilmu masyarakat, sejarah ilmu jiwa, ilmu bumi, ilmu akhlak, ilmu perbandingan agama dan ilmu bahasa

g. Harus mempunyai keimanan yang kuat dan kepercayaan yang kokoh kepada Allah tentang janjinya benar

h. Hendaklah menerangkan mengajrkan ilmu yang diketahui dan janganlah menyembunyikan ilmu-ilmu itu

i. Hendaklah berlaku tawadhu’ (rendah hati)

j. Harus berlaku tenang, bersikap sopan, tertib dan bersungguh-sungguh        

13

Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. Ke-1, hal. 41


(41)

k. Haruslah mempunyai cita-cita yang tinggi dan jiwa yang besar l. Haruslah berlaku sabar dan tabah dalam melaksanakan seruan Allah. m. Harus bersifat taqwa dan mau’unah, jujur dan percaya

n. Harus berlaku ikhlas dalam amal perbuatan.14

Sehubungan dengan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap da’i Dr. Hamzah ya’kub menjelaskan sebagai berikut:

a. Mengetahui Al-Qur’an dan Sunnah Rasul sebagai pokok agama Islam b. Mengetahui pengetahuan Islam yang berinduk kepada Al-Qur’an dan

Sunnah, seperti tafsir, ilmu hadits, sejarah kebudayaan Islam dan sebagainya.

c. Memiliki pengetahauan yang menjadi alat perlengkapan seperti tehnik dakwah, ilmu jiwa (psikologi), sejarah antropologi, perbandingan agama dan lain sebagainya.

d. Memahami umat yang akan diajak ke jalan yang akan diridhai oleh Allah

e. Penyantun dan lapang dada

f. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan mempertahankan kebenaran.

g. Memberi contoh dalam setiap dan kebaikan supaya pararel antara kata-kata dengan tindakannya.

h. Berakhlak baik sebagai seorang muslim i. Khalish berdakwah kepada Allah

       

14


(42)

j. Mencintai kewajiban tugasnya sebagai da’i dan mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruh-pengaruh keduniaan.15

3. Mad’u

Masyarakat sebagai objek dakwah adalah manusia yang dijadikan sasaran untuk menerima dakwah yang sedang dilakukan oleh da’i. Keberadaan obyek dakwah yang sering dikenal dengan mad’u, yang sangat heterogen baik ideologi, pendidikan, status social, kesehatan dan sebagainya. Seorang da’i dituntut agar mengetahui dengan siapa dia berhadapan, untuk itu para da’i hendaknya mampu menempatkan diri sesuai dengan keadaan umat.

Seorang da’i tanpa mengenal masyarakat tak ada gunanya sama sekali segala bacaan buku yang ditelaah setiap hari. Ilmu yang banyak dan pengetahuan yang seluas langit, tak ada gunanya jika keadaan masyarakat yang berkembang setiap hari tidak dibaca (diperhatikan).16

Mad’u yang terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh

karena itu, menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi dan sebagainya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Dari segi sosiologi, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal dari kota besar.

b. Dari struktur kelembagaan, adanya golongan priyayi, abangan, dan santri, terutama, pada masyarakat jiwa.

       

15

Hamzah Ya’kub, Publik Islam, hal. 38-39 16


(43)

c. Dari segi tingkat usia, ada golongan anak-anak, remaja, dan golongan orang tua.

d. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri.

e. Dari segi tingkatan sosial ekonomis, ada golongan kaya, menengah, miskin.

f. Dari jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

g. Dari segi khusus ada masyarakat tuna susila, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya.17

Sedangkan Muhammad Abduh membagi Mad’u menjadi 3 golongan, yaitu:

a. Golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dan dapat berfikir secara kritis, cepat menagkap persoalan. Mereka ini harus dipanggil dengan “Hikmah”, yakni dengan alasan-alasan, dengan dalil dan Hujjah yang dapat diterima dengan kekuatan akal mereka. b. golongan awam, yaitu kebanyak orang yang belum dapat berfikir

secara kritis dan mendalam, belum dapat menangakap pengertian-pengertian yang tinggi. Mereka ini dipanggil dengan “Mau’izdhatul Hassanah” dengan amjuaran dan didikan yang baik-baik, dengan ajaran-ajaran yang mudah dipahami.

c. Golongan yang tingkat kecerdasannya diantara kedua golongan tersebut. Belum dapat dicapai dengan “hikmah” berbeda dengan golongan awam, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya

       

17


(44)

dalam batas tertentu, tidak sanggup secara mendalam. Mereka ini dipanggil dengan “mujâdalah bi allatî hiya ahsan”, yakni dengan bertukar pikiran, untuk mendorong supaya berpikir sehat,satu dengan lainnya dengan cara yang baik.18

Disamping golongan mad’u di atas, ada lagi penggolongan yang berdasarkan responsi mereka. Berdasarkan responsi mad’u terhadap dakwah mereka dapat digolongkan:

a. Golongan simpati aktif, yaitu mad’u yang menaruh simpati dan aktif memberikan dukungan moril dan materiil terhadap kesuksesan dakwah

b. Golongan pasif, yaitu mad’u yang masa bodoh terhadap dakwah, tidak merintangi dakwah

c. Golongan antipati, yaitu mad’u yang tidak rela atau tidak suka akan terlaksananya dakwah. Mereka berusaha dengan berbagai cara untuk merintangi atau meninggalkan dakwah.19

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkara yaitu “meta” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara).20 Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain menyebabkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman Methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani        

18

M. Natsir, Fiqhud Dakwah II (Surabaya: Yayasan Dakwah Islamiyah Surabaya & Yayasan Kesejahteraan Pemuda Islam Surakarta, 1970), Cet. Ke-1, Jilid 1, hal. 16

19

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 92 20


(45)

metode berasal dari methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut

Thariq.21

Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan diatas dasar hikmah dan kasih sayang.22

Tindakan-tindakan atau kegiatan dakwah (aktivitas dakwah) yang telah dirumuskan akan efektif bila mana dilaksanakan dengan menggunakan cara-cara yang tepat. Dalam Al-Qur’an prinsip-prinsip dakwah ini disebutkan dalam surat An-Nahl: 125.

Dari ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa metode dakwah meliputi 3 cakupan, yaitu:

a. Al-Hikmah, adalah ketepatan dalam perkataan dan perbuatan.23 Jadi

dakwah bi al-hikmah, “adalah dakwah yang dilakukan dengan terlebih dahulu memahami secara mendalam segala persoalan yang berhubungan dengan proses dakwah, yang meliputi persoalan sasaran dakwah, tindakan-tindakan yang akan dilakukan, masyarakat yang akan dihadapi, situasi tempat dan waktu yang dimana dakwah diselenggarakan”.24

Menurut Toha Yahya Umar, “Hikmah adalah bijaksana, artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Jadi kitalah yang harus        

21

Hasanuddin, Hukum Dakwah, hal. 35 22

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), Cet. Ke-1, hal. 43

23

Abdul Karim Az-Zaid, Dakwah Bilhikmah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet. Ke-1, hal. 27

24

Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Da’wah Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), Cet. Ke-1, hal. 73


(46)

menyesuaikan kepada keadaan zaman dengan lisan, tulisan, perbuatan dan lain-lain asal tidak bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Tuhan”.25

Ibnu Qoyyim berpendapat bahwa pengertian hikmah yang paling tepat adalah seperti yang diungkapkan oleh Mujahid dan Malik yang mendefinisikan bahwa hikmah, “adalah pengetahuan tentang kebenarandan pengalamannya. Hal ini tidak bisa dicapai kecuali dengan memahami Al-Qur’an mendalami syari’at-syari’at Islam serta hakikat iman”.26

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah merupakan kemampuan para da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi mad’u dalam menjelaskan ajaran-ajaran Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al-hikmah adalah sebagai sistem yang menyatakan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam berdakwah.

b. Mau’idzah al-Hasanah

Mau’idzatul Hassanah, yaitu berdakwah dengan memberikan nasehat-nasehat atau menyampaikan ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih sayang, sehingga nasehat dan ajaran Islam yang disampaikan itu dapat menyentuh hati mereka.27

Menurut Abd. Hamid al-Bilali, al-mau’izhah al-hasanah merupakan salah satu manhaj (metode) dalam dakwah untuk        

25

Toha Yahya Umar, Ilmu Dakwah, hal. 5 26

Munzier Suparta, Metode Dakwah, hal. 10 27


(47)

mengajak ke jalan Allah dengan memberikan nasihat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.28

Dari beberapa definisi diatas, mau’izah hasanah tersebut bisa diklasifikasikan dalam beberapa bentuk:

1) Nasihat atau petuah.29

2) Bimbingan, pengajaran (pendidikan).30 3) Kisah-kisah

4) Kabar gembira dan peringatan (al-Basyîr dan al-Nadzîr) 5) Wasiat (pesan-pesan positif)

Jadi kalau kita telusuri kesimpulan dari mau’izhah hasanah, akan mengandung arti kata-kata yang masuk dalam kalbu dengan penuh kasih sayang dan kedalam perasaan dengan penuh kelembutan, tidak membongkar atau membuka kesalahan orang lain sebab kelembutan-kelembutan dalam menasihati seringkali dapat meluluhkan hati yang keras dan menjinakan kalbu yang liar, ia lebih mudah melahirkan kebaikan dari pada larangan dan ancaman.

c. Mujâdalah Bi allatî Hiya Ahsan.

Mujâdalah bi allatî hiya ahsan atau juga bertukaran pikiran

dengan cara yang baik. Bertukar pikiran ini macam-macam bentuknya: dialog, diskusi, seminar dan lain sebagainya.

       

28

Munzier Suparta, MetodeDakwah , hal. 16 29

Nasihat bisaanya dilakukan oleh orang yang levelnya lebih tinggi kepada yang lebih rendah, baik tinggkatan umur maupun pengaruh, misalnya nasihat orang tua kepada anaknya, perhatikan QS. Luqman: 13 yang artinya: Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”.

30

Mau’izhahhasanah dalam bentuk bimbingan, pendidikan dan pengajaran ini seringkali digunakan dalam bentuk kelembagaan (institusi) formal dan non formal, misalnya: mauizhah Nabi kepada umatnya, guru kepada muridnya, kyai kepada santrinya, Mursyid kepada pengikutnya, dan lain-lain.


(48)

Dalam Tafsir Jâlalain disebutkan:

ن حأ

ھ

لا

لد لا

أ

ن حأ

ھ

ن حأ

ھ

ل ب

مھل

د جو

ه ح

لإ

ء ع لاو

ت ي ب

لإ

ء ع لا ك

.

“Berbantahan yang baik yaitu mengajak kepada Allah SAWT

dengan menggunakan ayat-ayatNya dan Hujjah-nya.31

Menurut Tafsir al-Nasafi32, kata ini mengandung arti:

قف لا

نم

لد لا

قي ط

ن حأ

يھ

لا

ي ل ب

ن حأ

ھ

لد م

و

،ل لا

يو

نلا

ظ يو

لا ق ي

بوأ

ف

يغ

نم

ني لا

ني لا

ف

ة ن لا

بأي

نم

ع

د ھو

.

“Berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan sebaik-baikya dalam bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut, tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu (perkataan) yang bisa menyadarkan hati, membangunkan jiwa dan memerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang yang enggan melakukan perdebatan dalam agama”.

Dari pengertian di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa, mujadalah meruapakan tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.

Adapun yang menjadi sumber metode dakwah yaitu: Al-Qur’an, sunah Rasulullah, sejarah hidup para sahabat dan fuqoha.

5. Media Dakwah

Untuk dapat menyampaikan ajaran Islam kepada umat, dakwah dapat menggunakan berbagai media. Hamzah Ya’kub membagi media menjadi lima macam yaitu:

       

31

Hasanuddin, Hukum Dakwah, hal. 37-38 32


(49)

a. Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang menggunakan lisan/ucapan dan suara, dakwah dengan media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, bimbingan, penyuluhan dan sebagainya.

b. Tulisan, buku majalah, surat kabar, bulletin, risalah surat-menyurat (korespondensi) spanduk, dan sebagainya. Da’i yang ahli dibidang ini menguasai jurnalistik.

c. Lukisan, gambar, karikatur, foto dan sebagainya. Bentuk terlukis ini banyak menarik perhatian orang dan banyak di pakai untuk menggambarkan suatu ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain.

d. Audio visual, yaitu suatu cara penyampaian yang sekali merangsang penglihatan dan pendengaran, seperti televisi, film.

e. Akhlak, yaitu suatu cara penyampaian langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata yang mencerminkan ajaran Islam.33

6. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah masalah isi pesan atau materi yang di sampaikan da’i mad’u pada dasarnya bersumber dari Al’Quran dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi akidah, syariah dan ahlak.34

a. Akidah (masalah keimanan)

Dalam ajaran Islam akidah merupakan fondasi bagi setiap muslim, aspek akidah secara umum termaktub dalam rukun-rukun iman (al-arkan-al-iman) yang terdiri dari iman kepada Allah, iman        

33

Hamzah Ya’kub, Publik Islam , hal. 47-48 34


(50)

kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepad rasul rasulnya, iman kepada hari akhir, iman kepada qodho dan qodar-Nya.35

Dalam hal ini yang perlu disadari oleh juru dakwah adalah bahwa ajaran yang diajarkan bukanlah semata-mata berkaitan dengan eksistensi dan wujud Allah SWT, namun bagaimana menumbuhkan kesadaran mendalam agar mampu memanifestasikan akidah, syariah dan ahlak dalam ucapan dan fikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.36

b. Syariat (masalah keIslaman)

Prof. Dr. Mahmud Syaltut mengatakan, “Bahwa Syarit berisi tentang susunan, peraturan dan ketentuan yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya, dengan lengkap atau pokoknya saja, supaya manusia mempergunakan dalam mengatur hubungan dengan Allah, hubungan dengan saudara seagama, hubungan dengan sesama manusia serta hubungannya dengan alam dan kehidupan”.37

Dengan demikian syariat dalam Islam memuat tentang berbagai aturan dan ketentuan yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya yang kesemuanya harus diikuti dan taati setiap pribadi muslim. Syariat meliputi:

1) Ibadah adalah (dalam arti luas): a) Tharah

b) Sholat        

35

Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), Cet. Ke-1, hal. 73

36

Didin Hafidhudin, Dakwah Aktual (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999), Cet. Ke-1, hal. 80 37


(51)

c) Zakat d) Shaum e) Haji

2) Muamalah (dalam arti luas):

a) Al-Qununul khas (hukum perdata): - Muamalah (hukum niaga)

- Munakahat (hukum nikah) - Waratshah (hukum waris) - dan lain sebagainya

b) Al-Qunûnal’âm (hukum publik)

- Jinâyah (hukum pidana)

- Khilfiah (hukum negara)

- Jihâd (hukum perang dan damai)

- dan lain sebagainya.38 3) Akhlak (budi pekerti)

Masalah akhlak sebagai materi dakwah merupakan pelengkapan adanya keimanan dan keIslaman seseorang, maka sebagai manifesatsinya adalah menimbulkan akhlak yang mulia.

Al-Ghazali menyebutkan, “Akhlak adalah suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran”.39

Akhlak merupakan suatu yang penting dalam kehidupan, karena itu kita harus memiliki akhlak yang mulia yang merupakan        

38

M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1, h. 95 39


(52)

perwujudan dari iman seseorang, yang mana Nabi sendiri pernah diutus oleh Allah SWT kedunia ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.

Akhlak, yaitu meliputi:

a) Akhlak terhadap khaliq

b) Akhlak terhadap makhluk, yang meliputi: Akhlak terhadap manusia:

- Diri sendiri - Tetangga - Masyarakat

Akhlak terhadap bukan manusia - Flora

- Fauna

- Dan lain sebagainya.40

7. Tujuan Dakwah

Dakwah yang harus dilaksanakan harus mempunyai tujuan tertentu. Tujuan ini dirumuskan sedemikian rupa sehingga jelas apa yang hendak dicapai. Didalam proses dakwah, tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dengan tujuan itulah dapat dirumuskan suatu landasan tindakan dalam pelaksanaan dakwah.

Menurut M Arifin, menerangkan tujuan dakwah, “adalah untuk menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamatan ajaran agama yang dibawakan oleh para aparat dakwah atau penerang agama.

       

40


(53)

Oleh karena itu runga lingkup dakwah adalah menyangkut masalah pembentukan sikap mental dan pengembangan motivasi yang bersifat positif dalam segala lapangan hidup manusia”41

Tarmidzi Taher menjelaskan tujuan dakwah,”adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan amu mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan orang itu dari kesesatan, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan”.42

Menurut Syeikh Ali Mahfudz, beliau merumuskan, bahwa tujuan dakwah ada lima perkara yaitu:

a. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.

b. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.

c. Membentuk persaudaran dan menguatkan tali persatuan di antara kaum muslimin.

d. Menolak paham atheisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.

e. Menolak syubhat-syubhat atau khurafat atau kepercayaan yang tidak bersumber dari agama dengan mendalami ilmu ushulludin.43

       

41

M Arifin, Psikologi Dakwah, hal. 4 42

Nurul Badruttamam, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher (Jakarta: Grafindo, 2005), Cet. Ke-1, h. 99

43


(54)

Ketiga pendapat di atas menekankan bahwa dakwah bertujuan untuk mengubah sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi lebih baik atau meningkatkan kualitas Iman dan Islam seseorang secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapa pun.


(55)

BAB III

BIOGRAFI USTADZ SALMAN

A. Riwayat Hidup Ustadz Salman

1. Kelahiran

Salman lahir pada tanggal 7 April tahun 1979 di Bukit Tinggi. Dia adalah putra terakhir dari tiga bersaudara dari pasangan Mansyur dan Rosmaini di simpang Gadut No. 172 Gadut Tilatang Kamang Bukit Tinggi Sumatra Barat.1

Dari keluarga dan lingkungan yang agamis membentuk jati diri seorang Salman menjadi hamba yang sangat mengerti dan menjunjung tinggi arti sebuah kehidupan melalui hukum dan syariat Islam.

Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki kedua orang tuanya, hingga menerapkan metode pendidikan kepada keluarga, Salman sudah terbiasa dengan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan masa kecilnya. Kedisiplinan akan kewajiban kepada Allah SWT keluarga demokratis telah menjadikan bagian yang tidak terpisahkan dari pola hidupnya sejak kecil, terutama dari sisi budi pekerti dan kedisiplinan hidup.

Orang tuanya seorang pensiunan pegawai negeri yang hobinya berkebun, sejak kecil ia dan saudaranya diajarkan untuk selalu bersifat gigih dan sabar dalam menjalani hidup dan menuntut ilmu.2

       

1

Wawancara pribadi dengan Ustadz Salman, Jakarta, 24 Mei 2008 2


(56)

Kegigihan dan kesabaran dalam menjalani hidup dan menuntut ilmu yang ia rasakan hingga membuahkan hasil, terbukti dengan kemampuannya berbahasa asing (Arab, Inggris) yang didapati dari pesantren, dan yang lebih menarik lagi dari prestasi sekolah yang ia raih, Salman meraih juara kelas (rangking satu) dari kelas 1 (satu) SD sampai kelas 3 (tiga) SMU serta banyak menjuarai kejuaraan lomba pidato, lomba musabaqah hifdzil Qur’an, lomba puisi dan lebih dari 40 artikel dan karya tulis yang sudah ia tulis. Jadi sangat pantas jika Salman menjadi lulusan terbaik tahun akademik 2002, wisuda sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta.3

2. Pendidikan

Semasa kecilnya Salman sempat duduk dikelas TK Jeruk Manis tahun 1985 – 1986. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar No. 1 di Bukit Tinggi, Sumatra Barat, 1986 – 1992. Lalu melanjutkan SLTP di pesantren modern terpadu Prof. DR. Hamka, di Sumatra Barat, tahun 1992 – 1995. SMU-nya juga ia tamatkan di pesantren modern terpadu Prof. DR. Hamka, Sumatra Barat, tahun 1995-1998. Setelah itu ia melanjutkan di jenjang akademik yang lebih tinggi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 1998-2002. Memang ilmu tidak ada hentinya untuk selalu dicari dan Salman belum merasa cukup banyak ilmu yang sudah didapat atau karena faktor tuntutan jaman yang semakin berkembang, ia langsung meneruskan

       

3


(1)

Az-Zaid, Abdul Karim, Dakwah Bilhikmah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1993), Cet. Ke-1

Aziz, M. Ali, Ilmu Dakwah (Jakarta: Prenada Media, 2004), Cet. Ke-1

Qordawy, Yusuf, Kritik dan Saran Untuk Para Da’i (Jakarta: Bulan Bintang, 1988), Cet. Ke-2

Zaidallah, Alwisral Imam, Strategi Dakwah, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. Ke-1


(2)

ANGKET PENELITIAN SKRIPSI

“Respon Masyarakat Terhadap Ceramah Ustadz Salman Dalam Pembinaan Keagamaan Masyarakat Kampung Utan, Ciputat Timur, Tangerang

Selatan”

Nama : M. TAUFIQ RACHMAN

NIM : 103051028536

Jurusan : KPI

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Kampus : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

PETUNJUK UMUM

1. Pernyataan dan pertanyaan dalam kuisioner ini mohon dijawab

secara perorangan.

2. Dalam menjawab berilah tsaya silang (X) pada salah satu alternatif

jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara/Saudari.

3. Kejujuran Saudara/Saudari merupakan bantuan yang tak ternilai

harganya, karena membantu pengumpulan data yang valid dalam penelitian ini.

4. Penelitian atau angket ini bertujuan ilmiah, tidak ada maksud lain

kecuali untuk mengumpulkan data dalam rangka penelitian studi kesarjanaan Strata Satu ( S 1) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Jawaban saya terjamin kerahasiaannya.

6. Atas segala perhatian dan kesediaan Saudara/Saudari peneliti

ucapkan terima kasih DATA RESPONDEN

Nama : ...

Umur : ...tahun

Pekerjaan : ...

Alamat : ...


(3)

PERTANYAAN:

1. Dalam menyampaikan ceramahnya, ustadz Salman menggunakan metode dakwah bi al-lisan.

a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

2. Ustadz Salman menguasai kondisi audience saat menyampaikan ceramahnya. a Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

3. Saat membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an, ustadz Salman menyampaikannya dengan jelas dan fasih.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

4. Saya mempunyai keinginan yang besar untuk menambah wawasan keagamaan. a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 5. Saya memiliki pengetahuan agama Islam, meskipun tidak mendalam.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

6. Dengan mengikuti pengajian, pengetahuan saya mengenai agama Islam bertambah.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

7. Dengan bertambahnya pengetahuan tersebut, saya semakin bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk menurut agama Islam.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

8. Tujuan saya mengikuti pengajian yang disampaikan oleh Ustadz Salman untuk menambah pengetahuan agama Islam saya.

a. Sangat setuju b. Biasa-Tidak Setuju c. Setuju d. Sangat Tidak Setuju


(4)

9. Saya tertarik mengikuti ceramah yang disampaikan oleh ustadz Salman karena cara penyampaian ceramah tersebut mudah dimengerti.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

10. Saya merasa lebih tenang dalam menjalani hidup setelah mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Salman.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

11. Sebagai anggota masyarakat, saya memberikan bantuan kepada anggota masyarakat lainnya yang membutuhkan pertolongan.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju 12. Saya semakin rajin dalam mengikuti pengajian keagamaan.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

13. Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman, saya semakin menghargai hidup yang diberikan oleh Allah SWT.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

14. Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman, saya semakin menghargai dan menyayangi orang lain.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

15. Saya rutin dalam mengikuti pengajian yang disampaikan oleh Ustadz Salman. a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak pernah

16. Setelah mendengarkan dakwah Ustadz Salman, saya mengalami perubahan dalam melaksanakan ibadah sehari-hari.

a. Sangat setuju b. Setuju

b. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju


(5)

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

18. Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman mengenai hal-hal yang dilarang agama, saya manjauhinya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

19. Setelah mendengarkan ceramah Ustadz Salman mengenai kebaikan memperlakukan tetangga dengan baik, saya mengerjakannya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

20. Saya semakin mantap dalam menjalankan ibadah sehari-hari karena mendapatkan penjelasan yang lengkap dari Ustadz Salman.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

21. Latar belakang pendidikan Ustadz Salman turut mendukung dakwah yang dilakukannya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

22. Saya yang menjadi mad’u bagi ceramah Ustadz Salman mendukung dakwah yang dilakukannya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

23. Interaksi yang dilakukan oleh Ustadz Salman terhadap masyarakat sekitar turut mendukung dakwah yang dilakukannya.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

24. Kegemaran saya dalam menyaksikan tayangan televisi yang tidak mendidik, menjadi penghambat dalam proses dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Salman.

a. Sangat setuju b. Setuju


(6)

25. Kesibukan saya terhadap aktivitas mereka dalam sehari-hari yang menyita waktu, menjadi penghambat dakwah Ustadz Salman.

a. Sangat setuju b. Setuju

c. Tidak Setuju d. Sangat Tidak Setuju

26. Keinginan saya untuk menambah wawasan keagamaan yang masih labil menghambat dakwah Ustadz Salman.

a. Sangat setuju b. Setuju