Seng sebagai Antioksidan Seng .1 Biologi Seng

mellitus, alcoholism, kehamilan, anorexia, bulimia, usia tua, infeksi HIV, pasien luka bakar dan pasien dengan penyakit gastrointestinal yang kronis. Parameter yang digunakan untuk mengetahui status Zn adalah kadar Zn serum atau plasma; konsentrasi Zn pada eritrosit, leukosit dan neutofil; Kadar Zn dalam rambut, urin dan air liur; uji ketajaman pengecapan; keseimbangan metabolism Zn; studi isotope; respon pertumbuhan dan perkembangan seksual terhadap suplemen Zn; enzim yang tergantung Zn. Konsentrasi Zn dalam serum atau plasma paling sering digunakan sebagai parameter untuk menetapkan status Zn seseorang karena mudah dilakukan dan cukup akurat. Pemeriksaaan ini memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat digunakan bila serum tidak mengalami hemolisis atau terkontaminasi serta tidak adanya infeksi Hidayat, 1999. Konsentrasi Zn dalam plasma cepat mengalami perubahan dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti stres, infeksi, hormonal dan asupan makanan Feitosa dkk., 2013.

2.2.2 Seng sebagai Antioksidan

Antioksidan berperan dalam menjaga kesehatan kulit. Manfaat antioksidan seperti vitamin C dan E sudah banyak diketahui, namun manfaat Trace elements seperti Zn masih belum banyak ketahui Rostan dkk., 2002. Banyak studi pada manusia menunjukan Zn memiliki efek proteksi terhadap radikal bebas dan stres oksidatif Rostan dkk., 2002. Seng berfungsi menjaga kestabilan membran terhadap radikal bebas yang menginduksi kerusakan jaringan selama proses inflamasi Prasad, 2008. Trace elements ini merupakan elemen yang penting pada lebih dari 300 metalloenzymes, yaitu sebagai kofaktor superoxide dismutase SOD, mempengaruhi pembentukan, kestabilan dan aktivitas enzim tersebut Rostan dkk., 2002. Superoxide dismutase merupakan enzim yang mengkatalisis superoksida menjadi H 2 O 2 . Seng menghambat enzim NADPH oksidase sehingga mengurangi pembentukan ROS dan juga menginduksi pembentukan metallotionein yang kaya cysteine melindungi dari •OH Prasad, 2014. Seng juga menjaga penyimpanan vitamin E, menjaga kestabilan struktur membran dan mencegah oksidasi LDL serta VLDL. Mekanisme kerja Zn sebagai antioksidan masih belum diketahui. Dua teori yang diperkirakan sebagai mekanisme kerja Zn dalam perannya sebagai antioksidan, yaitu: reaksi redok oleh Zn menggantikan reaksi redok trace elements lain seperti Fe dan tembaga Cu di intra dan ekstraselular; Zn menginduksi sintesis metallothionein MT, membentuk seng-thiolate yang berfungsi untuk melindungi kulit dan komponennya terhadap radikal bebas terutama dari ion . OH Powell, 2000; Prasad, 2014. Seng berikatan dengan membran sel dan beberapa protein, bersaing dan menggantikan reaksi redok dari Fe dan Cu. Besi dan tembaga mampu untuk mentransfer elektron bebas sehingga menghasilkan ROS seperti HO . Dan O 2 - . Seng memiliki reaksi redok yang stabil dan tingkatan ionsisasi yang tunggal pada pH fisiologi. Seng berkompetisi dengan Fe dan Cu untuk berikatan dengan ligan DNA atau membran sel yang akan menurunkan produksi radikal bebas Prasad, 2014. Ion Fe akan berikatan dengan ligan pada DNA atau membran sel, ketika terdapat H 2 O 2 oleh enzim SOD akan membentuk OH - dan HO . yang dapat menyebabkan kerusakan struktur dan mutasi DNA Powell, 2000; Prasad, 2014. Fe ++ - ligan + H 2 O 2 Fe +++ - ligan + OH - + HO . Jika Seng menggantikan tempat Fe pada ligan, maka reaksi yang merusak akibat terbentuknya OH - dan HO . dapat dicegah. Ion Fe yang bebas akan berikatan dengan protein ferritin pada ruang intraseluler dan transferrin pada ruang ekstraseluler Powell, 2000. Fe ++ - ligan + Zn ++ Zn ++ - ligan + Fe ++ Fe ++ + ferritin, transferrin Fe- ferritin,-transferrin Mekanisme lain yang menunjukkan Zn sebagai antioksidan adalah Zn akan berikatan dengan kelompok sulfhydryl SH pada molekul biologi yang akan melindunginya dari proses oksidasi, Zn meningkatkan aktivasi molekul, protein dan enzim antioksidan seperti glutathione, katalase, SOD dan menurunkan aktivitas enzim yang menginduksi pembentukan oksidan, seperti iNOS, NADPH oxidase dan menghambat proses peroksidase lipid Mohamad, 2013; Prasad, 2014.

2.2.3 Seng sebagai Antiinflamasi