BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Psoriasis 2.1.1 Definisi
Psoriasis vulgaris adalah penyakit inflamasi kronis yang ditandai dengan plak eritema berbatas tegas ditutupi skuama putih tebal berlapis dengan predileksi terutama pada
ekstremitas bagian ekstensor seperti siku dan lutut, kulit kepala, lumbosakral, bokong dan genitalia, terdapat tanda auspitz, koebner dan fenomena bercak lilin yang positif.
Gudjonsson dan Elder, 2012.
2.1.2 Epidemiologi
Psoriasis tersebar di seluruh dunia. Prevalensinya diberbagai populasi bervariasi dari 0,1 hingga 11,8. Di Amerika Serikat prevalensi psoriasis berkisar 2,2 sampai
2,6 dengan perkiraan 150.000 kasus baru didiagnosis tiap tahunnya. Prevalensi psoriasis di RSUP dr. Kariadi semarang pada tahun 2003 hingga 2007 terdapat 198
kasus yaitu sebesar 0,97. Psoriasis dapat menyerang semua kelompok umur, baik anak-anak hingga dewasa Parisi dkk., 2013. Pada sebagian besar kasus yaitu kurang
lebih 75 psoriasis terjadi pada umur kurang dari 40 tahun dengan puncak awitan psoriasi adalah pada usia 20 hingga 30 tahun Basko dkk., 2012.
2.1.3 Patogenesis
Patogenesis psoriasis sampai saat ini masih sulit untuk dipahami sehingga menarik untuk diteliti. Psoriasis memiliki penyebab yang multifaktorial, antara lain: adanya
faktor genetik, faktor lingkungan dan gangguan sistem imun Darouti dan Hay, 2010; Mohamad, 2013; Barrea dkk., 2015. Beberapa penelitian menemukan adanya peran
genetik seperti lokus psoriasis susceptibility 1 PSORS 1 pada kromosom 6p21, lokus PSORS 2 pada kromosom 17 dan Human Leucocyte Antigen HLA seperti
HLA-Cw6, HLA-B13, HLA-Bw57 dan HLA-DR7 pada psoriasis Lestari, 2009. Pada lokus PSORS 2 terdapat gen ZNF750 berfungsi dalam proses diferensiasi
keratinosit. Gen ini mengkode protein seng finger yang membutuhkan satu atau lebih ion Zn untuk menstabilkan strukturnya, sehingga mutasi pada gen ZNF750 dapat
menyebabkan psoriasis Birnbaum dkk. 2011; Cohen dkk., 2012. Faktor lingkungan yang berperan pada psoriasis adalah trauma, obesitas, merokok, stres, konsumsi
alkohol, infeksi strepotococcal dan obat-obatan Darouti dan Hay, 2010; Mohamad, 2013; Barrea dkk., 2015.
Pada psoriasis terjadi hiperproliferasi dan diferensiasi abnormal keratinosit epidermis, inflamasi, perubahan vaskuler yang diperantarai oleh sistem imun Lestari,
2009. Mekanisme sistem imun pada psoriasis melibatkan interaksi yang komplek antar sel imun dan sitokin-sitokin proinflamasi. Sel limfosit T merupakan sel utama
yang berperan dalam patogenesis psoriasis. Sel imun lain yang juga berperan dalam patogenesis psoriasis adalah sel dendritik, sel natural killer NK, sel mast,
neutrophil, makrofag dan sel keratinosit. Pada lesi psoriasis sel T CD8+ terdapat di
epidermis sedangkan makrofag, sel dendritik dermal dan sel T CD4+ terdapat di dermis Gudjonsson dan Elder, 2012. Sel dendritik yang matur akan menghasilkan
berbagai macam sitokin yang memicu diferensiasi dan ekspansi sel Th1 IL2, Th17 IL-6, TGF-
β1 dan ILβγ dan Thββ TNF-α dan IL-6. Sel-sel imun berkomunikasi melalui sitokin-sitokin yang dihasilkan akibat stimulasi dari bakteri, bahan kimia,
sinar ultraviolet dan faktor iritatif yang lain Chamian dan Krueger, 2004; Das dkk., 2009; Gudjonsson dan Elder, 2012; Coimbra dkk., 2012.
Peran sitokin pada patogenesis psoriasis sudah banyak dibutikan. Psoriasis mengekspresikan berbagai macam sitokin proinflamasi seperti interleukin IL, tumor
necrosis factor TNF, dan interferon- IFN- . Tumor necrosis factor-α banyak
diekspresikan pada lesi psoriasis, dihasilkan oleh sel makrofag, sel T, sel mast, sel NK dan keratinosit. Sitokin ini berfungsi untuk meningkatkan pelepasan sitokin oleh
limfosit dan kemokin oleh sel makrofag, meningkatkan ekspresi molekul adesi yang menarik sel neutrophil dan makrofag ke lesi melalui aktivasi endotel vascular,
menginduksi proliferasi sel keratinosit dan neovaskularisasi sel endotel yang menstimulasi proses inflamasi Kruger dan Bowcock, 2005; Darouti dan Hay, 2010;
Coimbra dkk., 2012; Ni dan Chiu, 2014. Interferon-
sangat penting terutama pada fase awal psoriasis dihasilkan oleh sel Th1, meningkatkan migrasi sel radang dan meregulasi berbagai macam sitokin
proinflmasi lain seperti IL-1, IL-6, IL-8, IL-12, IL-15, TNF, interferon-inducible protein-10 dan iNOS Zhou dkk., 2009. Sitokin ini juga memiliki fungsi
menghambat apoptosis dan meningkatkan proliferasi keratinosit Coimbra dkk.,
2012; Ni dan Chiu, 2014.
Gambar 2.1 Sel-sel Imun dan Sitokin yang Berperan dalam Pembentukan Plak Psoriasis Monteleone dkk., 2011; Yassky dan Krueger, 2007.
Peran Sel T helper 17 Th 17 pada patogenesis psoriasis sudah banyak dipaparkan. Sel Th17 berdiferensiasi dari sel T CD4+ akibat stimulasi dari IL-1, IL-6
dan transforming growth factor – β TGF- β dan proliferasinya diatur oleh IL-23
yang dihasilkan oleh sel keratinosit, makrofag dan sel dendritik yang teraktivasi Alobaidi dkk,2012; Coimbra dkk., 2012. Sel Th 17 memproduksi IL-17 dan IL-22
yang merupakan sitokin proinflamasi poten untuk mempertahankan proses inflamasi Kruger dan Bowcock, 2005; Alobaidi dkk., 2012; Coimbra dkk., 2012. Interleukin-
17 akan mengaktivasi sel keratinosit untuk menghasilkan IL-8 sebagai kemoatraktan dari sel neutrophil. Interleukin-8 juga menginduksi aktivitas mitogen sel epidermis
termasuk proliferasi epidermis. Interleukin-22 berfungsi untuk menginduksi hiperplasia, diferensiasi serta proliferasi sel keratinosit Coimbra dkk., 2012. Sel
keratinosit menghasilkan sitokin inflamasi seperti IL- 1β, IL-6 dan TNF-α yang akan
meningkatkan aktivitas sel dendritik dan memperluas inflamasi lokal Monteleone dkk., 2011; Yassky dan Krueger, 2007. Patogenesisi psoriasis dapat dijelaskan pada
Gambar 2.1. Reactive oxygen species memicu terjadinya stres oksidatif yang menginduksi
berbagai macam respon biologi menyebabkan modifikasi DNA, peroksidasi lipid dan produksi berbagai macam sitokin proinflamasi yang berkonstribusi dalam patogenesis
psoriasis Zhou dkk., 2009. Reactive oxygen species terbentuk melalui proses enzimatik yang tergantung seng. Reactive oxygen species bertindak sebagai second
messengers mempengaruhi jalur tranduski sinyal seperti NF- κB dan STAT pada
psoriasis. Faktor transkripsi NF- κB berperan penting dalam proses selular seperti
proses inflamasi, imun, proliferasi sel dan apoptosis Lowes dkk., 2007. Nuclear factor-
κB sangat banyak diekspresikan pada lesi psoriasis. Reactive oxygen species seperti hydrogen peroksida H
2
O
2
, O2, HOCl, ONOO
-
yang memodulasi aktivasi dari NF-
κB. Jalur sinyal ini secara klasik diinduksi oleh sitokin- sitokin proinflamasi seperti TNF dan IL-
1β yang menyebabkan terbentuknya jalur sitokin pada patogenesis psoriasis. Jalur ini dihambat oleh Zn sehingga sitokin-sitokin
proinflamasi yang berperan dalam pathogenesis psoriasis tidak terbentuk Lowes dkk., 2007.
Gambar 2.2 Aktivasi jalur sinyal STATs dan NF- κB oleh sitokin pada Psoriasis
Lowes dkk., 2007.
Signal transducer and activator of transcription STAT merupakan jalur sinyal yang juga berperan dalam patogenesis psoriasis. Jalur STAT pada mamalia
terdiri dari tujuh anggota yaitu STATs1, 2, 3, 4, 5a, 5b, dan 6. STAT1 diatur oleh IFN-
dan IL-20 yang menginduksi terbentuknya mediator inflamasi dan secara parsial berkonstribusi pada pembentukan fenotip psoriasis. Pada sel keratinosit,
STAT3 diaktifkan oleh IL-22 adalah sitokin yang berperan dalam meningkatkan pembentukan lesi psoriasis. ROS seperti H
2
O
2
juga mengaktifkan Jalur STAT3 Lowes dkk., 2007; Zhou dkk., 2009. Aktivasi jalur sinyal STATs dan NF-
κB pada patogenesis psoriasis ditunjukan pada Gambar 2.2.
2.1.4 Manifestasi Klinis