Jumlah Payung Daun HASIL DAN PEMBAHASAN

commit to user 24 asam nukleat dan sintesis protein. Sitokinin juga telah diekstrak dari jaringan- jaringan meristematik tanaman daerah-daerah dimana terjadi pembentukan asam nukleat dan protein dengan sangat aktif Watimena, 1988 Hasil berbeda nyata pada 55 HST berkaitan erat dengan saat muncul tunas. Tanaman karet dengan perlakuan konsentrasi BAP 0 ppm memberikan pertumbuhan tunas yang paling cepat yaitu pada rata-rata pada hari ke 30 sehingga pada 55 HST tinggi tunas tanaman sudah lebih tinggi dari tanaman perlakuan yang lain. Terlambatnya tunas tumbuh pada perlakuan lain menyebabkan terjadi beda nyata pada 55 MST. Selanjutnya sampai 120 HST semua perlakuan tumbuh normal dan perlakuan konsentrasi BAP serta macam entres tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Kondisi lingkungan yang mendukung juga menjadi faktor yang menentukan pertumbuhan tunas karet. Dimana tanaman karet menghendaki suhu optimum antara 25-30 C untuk pertumbuhannya. Kota Surakarta memiliki suhu maksimum yaitu 32,5 C, tetapi hal ini bisa dimodifikasi melalui pemberian paranet sehingga pertumbuhan tunas karet dapat berlangsung dengan baik karena didukung oleh proses metabolisme yang normal.

D. Jumlah Payung Daun

Proses fotosintesis tidak terlepas dari fungsi daun, karena fotosintesis merupakan proses pengambilan CO 2 oleh daun, dengan bantuan cahaya kemudian direduksi menjadi karbohidrat. Pertumbuhan tanaman tergantung pada imbangan antara fotosintesis yang membangun karbohidrat dengan proses respirasi yang mengurai karbohidrat. commit to user 25 Tabel 4. Rata-rata jumlah payung daun pada 120 HST Macam Entres Konsentrasi ppm 0 5 10 15 Hijau Cokelat 2 2 2 1 2 1 2 2 Dari tabel diatas diketahui bahwa entres hijau dan entres cokelat pada 120 HST telah memiliki rata-rata dua payung daun. Hanya perlakuan entres hijau konsentrasi BAP 15 ppm dan perlakuan entres cokelat konsentrasi BAP 5 ppm yang memiliki rata-rata satu payung daun. Payung daun terkait dengan saat tumbuh tunas, semakin cepat tumbuh tunas maka semakin cepat pula pertumbuhan daun. Tanaman karet mengalami siklus stagnasi pertumbuhan dengan muncul tunas untuk membentuk kelompok payung daun pertama, semakin cepat maka cepat pula mengalami stagnasi selanjutnya tumbuh lagi. Jumlah payung daun juga erat kaitannya dengan tinggi tanaman dan umur tanaman. Tanaman karet akan mengalami pertumbuhan terus menerus sepanjang daur hidupnya. Semakin tua umur tanaman karet maka tanaman semakin tinggi dan semakin banyak jumlah payung daun. Pada pembibitan karet hasil okulasi kecepatan jumlah payung daun ditentukan cepatnya muncul tunas okulasi, semakin cepat muncul tunas daun semakin cepat terbentuk lalu daun terbentuk sempurna yang menghasilkan fotosintat, mengumpulkan cadangan makanan untuk membentuk tunas dan daun berikutnya untuk menghasilkan payung daun selanjutnya dan siklus ini terus berlanjut. Daun merupakan organ tanaman tempat mensintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan fotosintesis lebih banyak dan hasilnya lebih banyak juga. Santoso dan Nursandi 2002 menyatakan bahwa sitokinin diketahui berperan dalam menunda senescene daun dengan jalan menghambat commit to user 26 penguraian protein. Semakin banyak jumlah daun yang bisa dipertahankan tentu akan meningkatkan aktivitas fotosintesis yang pada akhirnya meningkatkan jumlah daun pada karet. Menurut Watimena 1988 menyatakan bahwa sitokinin juga mencegah terjadinya penguningan daun yang timbul dari proses penuaan. Warna kuning ini disebabkan oleh perombakan butir-butir khlorofil, dengan mengaktifkan beberapa proses metabolisme pada tempat pemberian sitokinin itu dan menghambat perombakan dari butir-butir khlorofil dan protein. Dengan mempertahankan jumlah daun maka proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga proses pembentukan tunas dan daun pada fase berikutnya dapat berjalan dengan baik.

E. Luas daun

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea brassiliensis Muel Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

0 56 87

Respon Pertumbuhan Stump Karet (Hevea Brassiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemberian Growtone Pada Berbagai Komposisi Media Tanam

7 52 92

Induksi Tunas Mikro Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Media Ms Dengan Pemberian Benzil Amino Purin (Bap) Dan Naftalen Asam Asetat (Naa)

9 88 81

Induksi Tunas Mikro TanamanKaret (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Dari Eksplan Nodus Pada Medium WPM dengan Pemberian Benzil Amino Purin (BAP) Dan Naftalen Asam Asetat (NAA)

0 44 74

Peningkatan Mutu Kayu Karet (Hevea braziliensis MUELL Arg) dengan Bahan Pengawet Alami dari Beberapa Jenis Kulit Kayu

2 55 78

Respons Morfologi Benih Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Tanpa Cangkang terhadap Pemberian PEG 6000 dalam Penyimpanan pada Dua Masa Pengeringan

2 90 58

Respons Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Pupuk Organik Cair.

15 91 108

Respon Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Terhadap Pemotongan Akar Tunggang Dan Pemberian Air Kelapa

2 37 54

Seleksi Dini Pohon Induk Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dari Hasil Persilangan RRIM 600 X PN 1546 Berdasarkan Produksi Lateks Dan Kayu

0 23 84

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61