Latar Belakang Efektifitas Komunikasi Terapeutik Terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Bersalin Seksio Sesarea di RSUD dr. Pirngadi.

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Seorang perawat tidak akan mampu menolong klien jika tidak mengetahui kebutuhan klien tersebut. Di butuhkanketerampilan komunikasi yang baik dari seorang perawat agar bisa mendapatkaninformasi tentang kliennya serta mampu menolongnya.Menurut Arwani 2003komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku secara keseluruhan baik secara langsung dengan lisan maupun tidak langsung melalui media. Komunikasi sangat penting dilakukan demi tercapainya kebahagiaan hidup kita dan seorang perawat dapat menggunakan teknik komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan klien.Komunikasi menjadi dasar utama dalam mengimplementasikan asuhan keperawatan yang akan diberikan perawat kepada klien termasuk kepada ibu hamil yang akan menghadapi proses persalinan secara seksio sesarea. Persalinan adalah proses ketika janin, plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Ketika ibu tidak mampu melahirkan tanpa bantuan medis atau bedah maka metode alternatif yang digunakan adalah persalinan dengan seksio sesarea.Seksio sesarea adalah prosedur operatif yang dilakukan dibawah anastesi sehingga janin, plasenta, dan ketuban dilahirkan melalui insisi dinding abdomen dan uterus Myles, 2009. World Health Organization WHO mengatakan bahwa angka kejadian persalinan dengan seksio sesarea sekitar 10 sampai 15 dari semua proses Universitas Sumatera Utara persalinan di negara berkembang. Di Indonesia persentase operasi seksio sesarea sekitar 30 di rumah sakit pemerintah. Sedangkan angka kejadian persalinan seksio sesarea menurut data RSUD dr. Pirngadi Medan jumlah ibu bersalin seksio sesarea tahun 2011 mencapai 365 orang dan pada tahun 2012 menjadi 369 orang Kabid. Pengolahan Data Rekam Medis RSUD dr. Pirngadi, 2013. Proses persalinan seksio sesarea tidak hanya melibatkan proses fisiologis ibu, akan tetapiproses psikologis juga turut berperan. Bahkan terkadang hambatan psikologis lebih besar pengaruhnya dibandingkan fisik.Ketika ibu sangat cemas dan takut menghadapi persalinan, secara otomatis otak mengatur tubuh untuk merasakan nyeri yang lebih. Akibatnya, proses persalinan akan semakin sulit Danuatmaja Meiliasari, 2004. Menurut Sheldon 2009 saat pasien berhadapan dengan ancaman kesehatan dan kesejahteraannya reaksi alami yang muncul adalah kecemasan.Cemas merupakan perasaan takut atau gelisah yang tidak nyaman dan sumber perasaan ini bisa diketahui maupun tidak dan timbul dengan intensitas yang berbeda. Sedangkan menurut Maryunani 2010 kecemasan seorang ibu dalam menghadapi proses persalinan seksio sesarea terkadang dikarenakan oleh rasa cemas apakah operasinya akan berjalan lancar dan bayinya sehat atau cacat, rasa takut kepada darah, takut sakit, takut terjadi gangguan saat operasi. Selanjutnya rasa sakit dan cemas dapat memberikan pengaruh tidak baik. Melihat berbagai bentuk kecemasan yang muncul pada ibu yang akan melahirkan maka orientasi pelayanan bukan hanya ditujukan pada faktor fisiologis tetapi faktor psikologis seorang ibu bersalin baik secara normal terlebih secara Universitas Sumatera Utara seksio sesarea harus di atasi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yusnita 2012 terhadap 4 ibu yang telah melewati proses persalinan diketahui bahwa ke empat ibu tersebut mengatakan takut dan cemas serta merasa gelisah dan tegang dalam menghadapi proses persalinan, tetapi kecemasannya dapat berkurang ketika perawat memberikan penjelasan terhadap pernyataan maupun keluhan yang dirasakannya. Ketika komunikasi di dalam ruang bersalin berjalan dengan lancar maka kebanyakan ibu akan merasa nyaman dan senang dengan pelayanan perawat. Dengan demikian, mereka tidak khawatir dengan proses persalinan yang akan dihadapi. Salah satu cara untuk mengatasi kecemasan tersebut adalah dengan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan respon spesifik yang mendorong ekspresi perasaan dan ide serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga semakin terampil dan nyaman dalam mengerjakannya karena kepuasan besar akan timbul dari keberhasilan membentuk hubungan terapeutik dan pencapaian hasil klien yang diinginkan Potter Perry, 2009. Keterampilan komunikasi terapeutik yang baik akan membedakan antara asuhan keperawatan rata-rata dengan asuhan keperawatan yang sangat baik. Mendengar keluhan ibu, menjelaskan hal yang akan dihadapi ketika proses persalinan seksio sesarea, rasa nyaman berupa dorongan atau motivasi terutama dalam hal psikologis terkadang diabaikan oleh seorang perawat. Padahal, kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh hubungan perawat dan klien. Universitas Sumatera Utara Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi terapeutik Suryani, 2006.Dengan demikian, komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan dan dirancang untuk tujuan terapi sehingga mempercepat proses penyembuhan klien. Dari pernyataan di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan ibu bersalin seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan.

2. Rumusan Masalah