Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi terapeutik Suryani, 2006.Dengan demikian,
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan dan dirancang untuk tujuan terapi sehingga mempercepat proses penyembuhan klien. Dari pernyataan
di atas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan ibu bersalin
seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana efektifitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan ibu bersalin seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan?
3. Tujuan Penelitian
3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efektifitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan
kecemasan ibu bersalin seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan. 3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu bersalin seksio sesarea sebelum dilakukan komunikasi terapeutik di RSUD dr. Pirngadi.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu bersalin seksio sesarea setelah dilakukan komunikasi terapeutik di RSUD dr. Pirngadi.
c. Untuk menganalisis efektifitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan ibu bersalin seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi.
Universitas Sumatera Utara
4. Hipotesa
Hipotesa penelitian ini adalah hipotesa alternatif Ha. Ha dalam hal ini adalah komunikasi terapeutik efektif terhadap penurunan kecemasan ibu
bersalinan seksio sesarea di RSUD dr. Pirngadi Medan.
5. Manfaat Penelitian
5.1Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan bagi
pendidikan keperawatan mengenai efektifitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan kecemasan ibu bersalinan seksio sesarea.
5.2 Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang berguna bagi
pelayananan kesehatan dalam hal memberikan intervensi atau tindakan. 5.3 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan data dasar untuk peneliti selanjutnya mengenaiefektifitas komunikasi terapeutik terhadap penurunan
kecemasan ibu bersalinan seksio sesarea.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Komunikasi Terapeutik
1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan respon spesifik yang mendorong
ekspresi perasaan dan ide, serta menyampaikan penerimaan dan penghargaan. Dibutuhkan latihan berulang-ulang sehingga semakin terampil dan nyaman dalam
mengerjakannya karena kepuasan besar akan timbul dari keberhasilan membentuk hubungan terapeutik dan pencapaian hasil klien yang diinginkan Potter Perry,
2009. 1.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Suryani 2006 komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih positif atau adaptif dan
diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi: 1 Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan kesadaran, dan penghargaan diri; 2 Kemampuan membina
hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain dan mandiri; 3 Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis; 4 Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
1.3 Prinsip Dasar komunikasi Terapeutik Menurut Nurhasanah 2010 prinsip komunikasi terdiri dari beberapa,
yaitu: 1Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan; 2Keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif, dan
Universitas Sumatera Utara
kesetaraan; 3Kualitas hubungan perawat dengan klien ditentukan oleh bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia human; 4Perawat
menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan yang khusus untuk memberi pengertian dan mengubah perilaku klien; 5 Perawat harus menghargai keunikan
klien karena perawat memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat latar belakang; 6 Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan; 7 Trustharus dicapai terlebih dahulu sebelum identifikasi masalah dan alternative problem solving; 8Trust adalah kunci dari
komunikasi terapeutik. 1.4 Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Menurut Arwani 2003 karakteristik komunikasi terapeutik adalah 1 Keikhalasan genuineness seorang perawat yang menyadari tentang nilai, sikap
dan perasaan yang dimiliki klien. Perawat menunjukkan rasa ikhlas dan tidak akan menolak segala bentuk perasaan negatif yang dipunyai klien bahkan ia akan
berusaha berinteraksi dengan klien; 2 Empati emphaty perawat terhadap perasaan yang dialami klien; 3 Kehangatan warmth perawat dimana tercipta
hubungan yang saling membantu helping relationship dan memberi kesempatan klien untuk menceritakan keadaan dan nilai yang dianutnya secara bebas.
1.5 Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat dapat menyampaikan komunikasi terapeutik terhadap klien
dengan mempergunakan teknik komunikasi terapeutik seperti yang di sebutkan Stuart dan Sundeen dalam Dalami, Dahlia, Rochimah 2009 adalah :
Universitas Sumatera Utara
a. Mendengarkan Listening Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan
lebih banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
b. Pertanyaan terbuka Broad Opening Teknik ini memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
sesuai kehendak klien tanpa membatasi. c. Mengulang Restarting
Mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien. Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti
pembicaraan klien. d. Klarifikasi
Bila perawat ragu, tidak mendengar, tidak jelas atau klien berhenti karena malu mengemukakan informasi atau informasi yang diperoleh tidak lengkap.
e. Refleksi Reaksi perawat dan klien selama berlangsungnya komunikasi. Teknik refleksi
ini berguna untuk mengetahui dan menerima ide dan perasaan, mengoreksi, dan memberi keterangan lebih jelas.
f. Membagi persepsi Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
Dengan cara ini perawat dapat meminta umpan balik dan memberi informasi.
Universitas Sumatera Utara
g. Identifikasi Tema Latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama percakapan.
Gunanya untuk meningkatkan pengertian dan mengeksplorasi masalah yang penting.
h. Diam Silent Tujuannya memberi kesempatan berpikir dan memotivasi klien untuk bicara
ketika diberi pertanyaan. Pada klien yang menarik diri, teknik diam berarti perawat menerima klien.
i. Informing Memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan.
j. Saran Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase
kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan. 1.6 Fase-Fase Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen dalam Dalami dkk., 2009 fase komunikasi terapeutik dibagi 4 yaitu: 1 Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama
dengan klien, perawat mengeksplorasi perasaan, fantasi dan ketakutannya, sehingga kesadaran dan kesiapan perawat untuk melakukan hubungan dengan
klien dapat dipertanggungjawabkan. Tugas tambahan pada fase ini adalah mendapatkan informasi tentang klien dan menentukan kontak pertama; 2
Perkenalan atau orientasi dimulai saat bertemu dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan klien meminta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat-klien. Tugas perawat adalah mengeksplorasi
Universitas Sumatera Utara
pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi masalah serta merumuskan tujuan bersama klien; 3 Fase kerja dimulai ketika perawat
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien.Perawat
membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri sendiri; 4 Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan
klien dimana perawat mengevaluasi pencapaian tujuan dan perasaan klien setelah berinteraksi.
1.7 Teknik Komunikasi Terapeutik yang Kurang Tepat Menurut Nurhasanah 2010 teknik komunikasi terapeutik yang kurang
tepat yaitu: 1 Memberi jaminan dengan hasil yang belum pasti untuk maksud menenangkan; 2 Memberikan penilaian terhadap nilai-nilai yang dianut klien;
3 Memberi komentar klise yang terlalu umum; 4 Memberi saran yang tidak tepat kepada klien sehingga ketika saran tidak mampu mengatasi masalah maka
klien akan menyalahkan perawat; 5 Mengubah pokok pembicaraan sehingga berorientasi kepada perawat; 6 Defensif sehingga menghambat klien dalam
mengungkapkan perasaanya. 1.8 Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan
a. Pengkajian yang terdiri dari : menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi, mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk
menentukan batas intervensi, mengevaluasi kemampuan klien dalam berkomunikasi secara verbal, mengobservasi apa yang terjadi pada klien
tersebut saat ini, mengidentifikasi tingkat perkembangan klien, mengkaji
Universitas Sumatera Utara
tingkat kecemasan klien sehingga dapat mengantisipasi intervensi yang dibutuhkan Mubarak dkk., 2007 dalam Nurhasanah, 2010.
b. Diagnosa yang terdiri dari : analisa tertulis dari penemuan pengkajian, sesi perencanaan tim kesehatan, diskusi dengan klien dan keluarga untuk
menentukan metode implementasi, membuat rujukan. c. Rencana Tujuan yang terdiri dari : rencana asuhan tertulis, membantu klien
memenuhi kebutuhan sendiri, membantu klien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan, meningkatkan harga diri klien,
meningkatkan dukungan, perawat dan klien sepakat untuk berkomunikasi secara terbuka, implementasi, memperkenalkan diri kepada klien, memulai
interaksi dengan klien, membantu klien menggambarkan pengalaman pribadinya, mengajurkan klien mengungkapkan perasaan kebutuhannya,
menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri klien. d. Implementasi yang terdiri dari : memperkenalkan diri kepada klien, memulai
interaksi dengan klien, membantu klien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya, menganjurkan kepada klien untuk dapat
mengungkapkan perasaan kebutuhannya, menggunakan komunikasi untk dapat mengungkapkan kebutuhannya.
e. Evaluasi yang terdiri dari : mengembangkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhannya dan komunikasi lebih terbuka, jelas, berfokus pada masalah
Purwanto dkk., 1994 dalam Nurhasanah, 2010.
Universitas Sumatera Utara
2. Konsep Persalinan Seksio Sesarea