Prinsip-Prinsip Kredit PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT KEPADA PEGAWAI DI PD. BPR BKK TASIKMADU CABANG NGARGOYOSO

commit to user 23

F. Prinsip-Prinsip Kredit

Untuk dapat melaksanakan perkreditan secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5C atau juga ada yang menyebutnya sebagai prinsip 6C. Dari prinsip-prinsip ini nantinya akan dapat diketahui nasabah yang bagaimana yang dapat direalisasi disetujui permohonan kreditnya. Prinsip tersebut meliputi : 1. Character Seperti diuraikan di muka dasar dari suatu pemberian kredit adalah atas dasar kepercayaan, jadi yang mendasari suatu kepercayaan yaitu adanya keyakinan dari pihak bank bahwa si peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab baik dalam kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota masyarakat ataupun dalam menjalankan usahanya. Manfaat dari penelitian soal character ini untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kejujuran dan integrasi serta tekad baik yaitu kemauan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari calon debitur. Masalah character merupakan faktor dominan, sebab walaupun calon debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan hutangnya tetapi apabila tidak mempunyai etikad baik tentu akan membawa berbagai kesulitan bagi pihak bank di kemudian hari. Untuk menilai ini memang cukup sulit, karena masing-masing manusia mempunyai watak yang berbeda satu sama lainnya, oleh karena itu para pengelola kredit harus juga mempunyai keterampilan psikologis praktis untuk dapat mengenali commit to user 24 watak dari para calon debiturnya. Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang character dari calon debitur tersebut dapat ditempuh melalui upaya sebagai berikut: a. Teliti daftar riwayat hidup calon debitur. b. Penelitian reputasi calon debitur tersebut di lingkungan usahanya. c. Memintakan bank to bank information ke bank lain sebanyak- banyaknya. d. Dengan dimintakan informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon debitur tersebut bergabung. e. Mengamati sejauh mana ketekunan kerjanya. 2. Capacity Capacity disini yaitu suatu penilaian kepada calon debitur mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang dilakukannya atau kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan kredit dari bank. Pengukuran capacity dari calon debitur ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan antara lain : a. Pendekatan historis yaitu menilai fast performance dari nasabah yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukkan perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu. b. Pendekatan finansial, yaitu dengan menilai posisi neraca dan laporan perhitungan rugilaba untuk beberapa periode terakhir yaitu commit to user 25 untuk mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likuiditas, dan rentabilitas usahanya serta tingkat risiko usahanya. c. Pendekatan edukasional yaitu untuk menilai latar belakang pendidikan para pengurus perusahaan calon debitur, dalam hal ini penting untuk perusahaan-perusahaan yang menghendaki kemampuan teknologi tinggi atau usaha-usaha yang memerlukan profesionalisme tinggi. d. Pendekatan yuridis, yatu menilai apakah calon debitur tersebut mempunyai kapasitas untuk mewakili dirinya ataupun badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit dengan bank. e. Pendekatan manajerial, yaitu untuk menilai sampai sejauh mana kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaannya. f. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sampai sejauh mana kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan, administrasi, bahkan sampai kemampuan dalam merebut market share. 3. Capital Capital yaitu jumlah dana modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Hal ini kelihatannya kontradiktif dengan tujuan kredit yang berfungsi sebagai penyedia dana. Namun demikianlah halnya dalam kaitan bisnis yang murni, semakin kaya seseorang ia semakin dipercaya untuk memperoleh kredit. Dalam praktik sehari-hari commit to user 26 kemampuan capital ini antara lain dapat dimanifestasikan dalam bentuk kewajiban untuk menyediakan self financing sampai sejumlah tertentu dan sebaiknya besarnya self financing ini lebih besar dari kredit yang akan dimintakan dari perbankan. Dan bentuk self financing ini tidak harus berupa uang tunai, tetapi dapat juga dalam bentuk barang-barang modal seperti tanah, bangunan dan mesin-mesin. Besar kecilnya capital ini dapat kita lihat dari akta pendirian dan akta perubahan untuk perusahaan-perusahaan yang baru didirikan. Sedangkan untuk perusahaan perorangan, sudah tentu kita lihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan dikurangi dengan hutang-hutang yang diterimanya. 4. Collateral Collateral ini yaitu barang-barang jaminan yang diserahkan oleh peminjam debitur sebagai jaminan ataas kredit yang diterimanya. Manfaat collateral yaitu sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain di mana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari hasil usahanya yang normal. Jaminan juga dapat sebagai alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidakpastian pada kurun waktu yang akan datang pada saatnya kredit tersebut harus dilunasi. Penilaian terhadap collateral ini harus ditinjau dari dua sudut yaitu sudut ekonomisnya yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang akan dijaminkan, serta nilai yuridisnya yaitu apakah barang-barang commit to user 27 jaminan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminanatau tidak. Sedangkan untuk penilaian jaminan tidak berwujud,kebendaan tentu pertama-tama harus dilihat bonafiditas dari si pemberi jaminan. 5. Condition of economy Condition of economy yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat maupun untuk suatu kurun waktu tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan yang memperoleh kredit. Adapun penilaian condition of economy dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi-kondisi yang mempengaruhi perekonomian suatu negara suatu daerah akan memberikan dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif terhadap perusahaan yang memperoleh kredit tersebut. 6. Constraint Constraint di sini yaitu batasan-batasan atau hambatan- hambatan yang tidak memungkinkan seseorang melakukan bisnis di suatu tempat. Masalah constraint ini agak sukar untuk dirumuskan karena tidak ada peraturan yang tertulis untuk itu dan masalahnya juga tidak dapat diidentifikasi secara fisik permasalahannya serta lebih banyak menyangkut moral. commit to user 28 Prinsip-prinsip di atas sebaiknya dimiliki oleh calon debitur secara seimbang, artinya semua sama-sama memenuhi syarat. Sehingga tidak ada dari prinsip-prinsip tersebut yang baik sekali sedangkan prinsip yang lain kurang sekali.

G. Tujuan Kredit