memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.
Muttafaq Alaihi.
Kata al-baah mengandung arti kemampuan melakukan hubungan biologis dan kemampuan dalam
biaya hidup perkawinan.Kedua hal ini merupakan persyaratan suatu perkawinan.Pembicaraan tentang
hukum asal dari suatu perkawinan yang diperbincangkan di kalangan ulama berkaitan dengan telahdipenuhinya
persyaratan tersebut.
25
3. Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun dan Syarat menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan dari segi hukum.Sehingga baik rukun
dan syarat, keduanyaharus dipenuhi, agar suatu perbuatan hukum dikatakan sah.Dalam ilmu Ushul Fiqih,
syarat bermana sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, tetapi sesuatu
itu
tidak termasuk
dalam rangkaian
pekerjaan itu.Sedangkan rukun adalah sesuatu yang mesti ada yang
menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan ibadah, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaaan
itu.Syarat ada yang berkaitan dengan rukun dalam arti syarat yang berlaku untuk setiap unsur yang menjadi
rukun.Ada pula syarat itu berdiri sendiri dalam arti tidak merupakan kriteria dari unsur-unsur rukun.
Menurut Hanifah, nikah itu terdiri dari syarat- syarat yang terkadang berhubungan dengan sighat,
berhubungan dengan
dua calon
mempelai dan
berhubungan dengan kesaksian. Menurut Syafi‟iyyah
melihat syarat perkawinan itu ada kalanya menyangkut sighat, wali, calon suami-istri dan juga syuhud.
Berkenaan dengan rukunya, bagi mereka ada lima, calon suami-istri, wali, dua orang saksi, dan sighat.
26
25
Ibid, hlm. 325
26
Abdurrahman Al-Jaziri, Op. Cit., hlm. 17
Semua ulama sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan harus ada dalam suatu perkawinan yakni:
sighat akad nikah, calon mempelai lelaki, calon mempelai wanita, wali dari mempelai perempuan, saksi
yang menyaksikan akad perkawinan dan mahar atau mas kawin. Sehingga kesimpulan, bahwasanya Jumhur
Ulama sepakat bahwa rukun perkawinan ada lima yakni:
27
a. Calon Suami.
b. Calon Istri
c. Wali Nikah.
d. Saksi Nikah.
e. Ijab Qabul
Kelima rukun nikah tersebut masing-masing memiliki syarat-syarat tertentu, rincianya adalah sebagai berikut:
28
a Calon Suami, syarat-syaratnya:
1. Beragama Islam
2. Laki-laki
3. Jelas Orangnya
4. Dapat memberikan persetujuan
5. Tidak terdapat halangan perkawinan
b Calon Istri, syarat-syarat:
1. Beragama, meskipun Yahudi atau Nasrani
pendapat sebagian ulama 2.
Perempuan 3.
Jelas orangnya 4.
Dapat diminta persetujuannya 5.
Tidak terdapat halangan perkawinan c
Wali Nikah, syarat-syarat: 1.
Laki-laki 2.
Dewasa 3.
Mempunyai hak perwalian 4.
Tidak terdapat halangan perwaliannya
27
Sayyid Sabiq, Op. Cit, Hlm. 186
28
Abdurrahman Al-Jaziri, Op. Cit. Hlm. 17
d Saksi Nikah, syarat-syarat:
1. Minimal dua orang laki-laki
2. Hadir dalam Ijab qabul
3. Dapat mengerti maksud akad
4. Islam
5. Dewasa
e Ijab Qabul, syarat-syarat:
1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali
2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon
mempelai 3.
Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersbut
4. Antara ijab dan qabul bersambung
5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya
6. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul
tidak sedang ihram haji atau umrah. 7.
Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu calon
mempelai atau walinya, wali dari mempelai wanita dan dua orang saksi.
Fuqaha sepakat bahwa mahar itu termasuk syarat saunnah nikah, dan tidak boleh diadakan persetujuan untuk
meniadakannya.Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibn Rusdy dalam kitabnya Bidayah al-Mujtahid. Dasarnya adalah
Firman Allah dalam Al-Quran surat An-nisa ayat 4:
Artinya “Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh
kerelaan.kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati,
Maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai