Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Mahkamah
dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merup
akan hak asasi manusia”. Ketentuan UUD 1945 ini jelas melahirkan norma
konstitusi bahwa anak pemohon juga memiliki kesejahteraan tempat tinggal dan mendapatkan keadalin yang sama dihadapan
hukum.
Pasal 28H ayat 1 dan 2 menyatakan : “1 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan;
2 “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama
guna mencapai persamaan dan keadilan”. Ketentuan UUD 1945 ini jelas melahirkan norma
konstitusi bahwa Pemohon juga memiliki hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar surut dihadapan hukum.
Pasal 28I ayat 1 dan 2 menyatakan : “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum,
dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surutadalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun; 2 “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat deskriminatif atas dasar apapun dan berhak
mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat de
skriminatif itu”. Bahwa maksud dan tujuan Pemohon a quo adalah untuk
menguji pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019, selanjutnya disebut UU
11974 terhadap Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Selanjutnya disebut UUD 1945.
Kewenangan Mahkamah untuk mengadili permohonan a quo; Berdasarkan Pasal 24C ayat 1 UUD 1945 dan Pasal 10
ayat 1 huruf a Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5226, selanjutnya disebut UUMK, serta Pasal 29 ayat 91 huruf a Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5076, selanjutnya disebut UU 482009.
Pemohonan para pemohon adalah untuk menguji konstitusionalitas Norma Pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang-
undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 terhadap UUD1945, yang menjadi salah satu kewenangan Mahkamah, sehingga oleh
karenanya Mahkamah Berwenang untuk mengadili permohonan a quo;
1. Kedudukan hukum legal standing para Pemohon
untuk mengajukan permohonan a quo; Berdasarkan Pasal 51 ayat 1bUndang-undang
Mahkamah Konstitusi beserta penjelasanya, yang dapatmengajukan permohonan Pengujian Undang-
undang terhadap UUD 1945 adalah mereka yang menganggap
hak danatau
kewenangan konstitusionalnya yang diberikan oleh UUD 1945
dirugikan oleh berlakunya suatu Undang-undang yaitu :
a Perorangan warga Negara Indonesia termasuk
kelompok orang yang mempunyai kepentingan sama;
b Kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang
masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang diatur dalam Undang- undang;
c Badan hukum public atau privat; atau
d Lembaga Negara;
Dengan demikian, para pemohon dalam pengujian Undang-undang terhadap UUD 1945 harus menjelaskan
dan membuktikan terlebih dahulu :
a Kedudukannya
sebagai para
Pemohon sebagaimana dimaksud Pasal 51 ayat 1
Undang-undang Mahkamah Konstitusi; b
Kerugian hak
danatau kewenangan
konstiyusional yang diberikan oleh UUD 1945 yang diakibatkan oleh berlakunya Undang-
undang yang dimohonkan pengujian;
Berdsarkan uraian sebagaimana tersebut pada paragraph
diatas, selanjutnya
Mahkamah akan
mempertimbangkan mengenai kedudukan hukum legal standing para Pemohon dalam permohonan a quo
sebagai berikut :
Pada pokoknya Pemohon mendalilkan sebagai perorangan warga Negara Indonesia yang mempunyai
hak konstitusional yang diatur dalam UUD 1945 yaitu : Pasal 28A menyatakan, “Setiap orang berhak untuk
hidup serta hidup berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Pasal 28B ayat 1 dan 2 menyatakan,
1 “Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah; 2
“Setiap anak berhak mendapatkan kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari
kekerasan dan deskriminasi”.Pasal 28C ayat 1 menyatakan, “Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya,
berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh mendapatkan
ilmu pengetahuan teknologi, agama, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia”. Pasal 28D ayat 1 menyatakan, “ Setiap orang berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Pasal
28G ayat 1 menyatakan, “Setiap orang berhak atas perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dari ancaman ketakutan untuk berbuat
atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi”.Pasal 28H ayat 1 dan 2 menyatakan, 1 “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan; 2 “Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan”. Pasal 28I ayat 1 dan 2 menyatakan, 1 “Hak untuk hidup, hak untuk tidak
disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surutadalah hak
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun; 2 “Setiap orang berhak atas bebas dari perlakuan yang bersifat deskriminatif atas dasar apapun
dan berhak
mendapatkan perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat deskriminati
f itu”; Hak konstitusional
tersebut telah
merugikan akibat
berlakunya ketentuan Pasal 7 ayat 1 dan 2 Undang- undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974;
Kalau memperhatikan akibat yang dialami oleh Pemohon dikaitkan dengan hak konstitusional para
Pemohon, maka terdapat hubungan sebab akibat casual verband antara kerugian dimaksud dan berlakunya
Undang-undang yang dimohonkan pengujian, sehingga Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum legal
standing untuk mengajukan permohonan a quo;