Kerelaan dan Persetujuan Perkawinan Menurut Undang-Undang Nomor. 1
yang kawin muda, acap kali mendatangkan mala petaka yang tidak diinginkan.Sedemi banyak segi negative yang
muncul akibat perkawinan anak-anak
39
. Guna mengeliminir maraknya perkawinan anak-
anak, dalam Pasal 7 UU Perkawinan ditetapkan bahwa batas usia minimum untuk kawin bagi seorang anak
perempuan adalah 16 enam belas tahun, sedang bagi pria adalah 19 Sembilan belas tahun. Aturan ini bila
dibandingkan dengan Pasal 29 BW, yang faktanya dibuat satu setengah abad yang lalu, ternyata hanya terpaut
sedikit, yakni masing-masing hanya 1 satu tahun. Rentang waktu kelahiran kedua aturan kawin tersebut,
BW dan UU Perkawinan, demikian jauh, tetapi perbedaan penentuan batas usia minimum untuk kawin
sangat tipis. Menalar penentuan batas usia minimum untuk kawin seperti itu, banayak pihak akan
mengenyitkan dahi didera keheranan yang mengganjal. Sementara ada yang menganggap batas usia minimum
untuk dapat kawin dalam UU Perkawinan, khususnya bagi wanita adalah terlalu muda. Memang apa yang
ditetapkan UU Perkawinan adalah batas minimum, dan orang mau kawin di atas batas yang ditetapkan tidak
dilarang. Meski demikian, kekhawatiran beberapa kalangan timbul disebabkan justru batas minimum akan
dipergunakan oaleh sebagian masyarakat sebagai sebuah perkenan yang sah, sehingga tepat pada batasan tersebut
mereka akan mengawinkan anak-anaknya, khususnya wanita yang menurut ukuran medis ataupunjenjang
pendidikan generasi muda, batas minimum tersebut dirasakan masih teramat tidak layak. Tak urung ada
sekelompok masyarakat yang meminta batas usia minimum itu diubah karena dianggap tak sesuai dengan
tuntutan zaman modern saat sekarang. Khususnya bagi kaum wanita, batas usia minimum untuk kawin 16 tahun,
sangat tidak separalel dengan semangat mencerdaskan
39
Dr. H. Moch. Isnani, S.H., MS,Hukum Perkawinan Indonesia Jakarta : Sinar Grafika 2012 h.53
bangsa lewat pendidikan formal yang digalang oleh pemerintah masa kini.
40
Menyimak pada pengaturan batas usia minimum untuk kawin sebagaimana ditetapkan pada pasal 29 BW,
yakni 15 tahun bagi wanita dan 18 tahun untuk pria, kalau dibandingkan dengan batas usia dewasa pada Pasal
330
BW yang
menetepakan 21
tahun sering
dijumbuhkan. Perlu dipahami dengan seksama, bahwa batas usia dewasa 21 tahun adalah batas anggapan cakap
untuk melakukan perbuatan hokum secara umum, dalam hal ini berkaitan dengan soal bisnis. Perbuatan berbisnis
yang mengandalkan logika untuk berhitung untung dan rugi, usia 21 tahun dianggap sudah layak untuk mampu
menimbang apakah psuatau perbuatan hokum itu akan mendatangkan
keuntungan apakah
justru rugi.
Kemampuan mengandalkan logika itulah yang dijadikan batu ukur guna memperhitungkan untung rugi, dan ini
diyakini kalau seseorang itu sudah dewasa, yakni saat mencapai usia 21 tahun, dan ini berlaku baik untuk pria
maupun wanita. Oleh sebab itulah, salah satu syarat sahnya membuat perjajnjian adalah cakap seperti yang
diatur oleh Pasal 1320 BW.Asumsinya sesorang itu cakap, kalau yang bersangkutan sudah dewasa, berarti
sudah panadai berhitung untung dan rugi, dan itu ditetapakan kalau sudah berusia 21 tahun sebagaimana
ditegaskan oleh pasal 330 BW, tanpa membedakan jenis kelamin.
Berbeda dengan perbuatan hukum kawin, bahwa yang bersangkutan saat hendak kawin, tidak melulu
mengandalkan pada logika, justru emosi atau perasaan, yakni cinta menjadi tolak ukurnya.Oleh karena itu
batasannya berbeda, yakni jauh lebih muda dan berbeda batasannya tergantung jenis kelaminnya, 15 tahun untuk
wanita dan 18 tahun bagi pria. Konon batasan-batasan usia tersebut berkait dengan urusan hormon yang secara
40
Ibid, h.54