B. Analisis Ruang Rawat
1. Pengkajian
Pengkajian kegiatan praktik keperawatan jiwa professional di Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan berdasarkan pada pendekatan
MPKP yang meliputi empat pilar nilai professional. Pendekatan manajemen management approach sebagai pilar praktik professional
yang pertama, diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan planning, pengorganisasian organizing, pengarahan
directing, dan pengendalian controlling. Selanjutnya pilar
compensatory reward sebagai pilar kedua terkait dengan manajemen Sumber Daya Manusia SDM yang meliputi rekrutmen, seleksi, orientasi,
evaluasipenilaian kinerja, dan pengembangan staf. Pilar ketiga yaitu professional relationship meliputi rapat tim kesehatan, rapat tim
keperawatan, konferensi kasus, visit dokter. Pilar keempat yaitu patient care delivery meliputi asuhan keperawatan dengan menerapkan proses
keperawatan berdasarkan survey masalah yang dilakukan RSJD Provsu Medan. Pengkajian dilakukan dengan menggunakan instrument self
evaluasi dan wawancara kepada kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana didapatkan hasil sebagai berikut :
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan merupakan rumah sakit jiwa tipe A yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Ruang Sipiso-piso
yang merupakan salah satu ruangan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan memliki visi, misi , motto, dan falsafah yang berbeda dari ruangan-
Universitas Sumatera Utara
ruangan lain yang ada di RSJD Provsu Medan. Visi, misi, motto, dan falsafah tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan surat keputusan Dirut Rumah Sakit Jiwa Daerah Provsu Medan. Adapun visi, misi, motto dan falsafah pelayanan
keperawatan di ruang sipiso-piso adalah : a.
Visi Menjadikan pelayanan asuhan keperawatan jiwa optimal dan
paripurna secara professional untuk kepuasan masyarakat. b.
Misi Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan jiwa yang paripurna
dan professional secara terpadu utnuk kesembuhan klien. c.
Motto A = arif
S = sosial K = komunikatif
E = efektif P = professional
d. Falsafah dan Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Provsu Medan
Pelayanan keperawatan jiwa dilakukan secara professional pada
ilmu perilaku dan ilmu keperawatan jiwa
Pelayanan keperawatan jiwa diberikan sepnajang siklus kehidupan manusia dengan respon psikososial tanpa membedakan suku,
agama, ras dan golongna
Universitas Sumatera Utara
Perawatan menggunakan proses keperawatan untuk membantu
dalam meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa dari klien
Pelayanan keperawatan jiwa pada umumnya meliputi: perawatan
fisik, mental dan sosial budaya yang pada prakteknya tidak dapat dipisahkan satu sama lain
Praktek keperawatan dilaksanakan berdasarkan peraturan dan
peerundang-undangan yang berlaku
Pendidikan keperawatan yang berkelanjutan harus dilaksanakan secara terus menerus untuk pengembangan staf dalam pelayanan
keperawatan
Asuhan keperawatan di rsjd provsu mempunyai peran sentral dalam pengembangan misi keperawatan terhadap klien dengan
masalah kejiwaan di sumatera utara. e.
Ketenagaan Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada bulan Juni
2012, ketenagaan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan antara lain : jumlah tenaga keparawatan sebanyak 8 orang dengan latar belakang
pendidikan S1 Keperawatan 2 orang, sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan 2 orang, dan D3 Keperawatan 4 orang.Berikut bagan
struktur organisasi di Ruang Sipiso-Piso tahun 2012 :
Universitas Sumatera Utara
Skema 1. Bagan Struktur Organisasi Ruang Sipiso-Piso
f. Indikator Mutu
Adapun penghitungan indikator mutu yang dilakukan di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan yaitu pengukuran Bed Occupancy Rate
BOR dan angka pasien lari. Namun berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni
2012 didapatkan sebagai berikut : Tabel 1. Penghitungan Indikator Mutu Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu
Medan No.
Aspek Yang Dinilai Nilai 100
1. BOR
100 2.
Angka Lari -
3. Angka Skabies
- 4.
Angka Pengekangan 1
5. Angka Cedera
-
Kepala Ruangan
Ketua Tim I
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana Ketua Tim II
Perawat Pelaksana
Perawat Pelaksana Perawat Pelaksana
Universitas Sumatera Utara
g. Survey Masalah Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian mahasiswa melalui kuesioner dan wawancara pada bulan Juni 2012, diperoleh empat masalah keperawatan
di ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 2. Survei Masalah Keperawatan Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan
No. Aspek yang dinilai
Jumlah Persentase
1. Halusinasi
12 50
2. Isolasi Sosial
7 29,16
3. Perilaku Kekerasan
4 16,7
4. Harga Diri Rendah
1 4,14
5. Kurang Perawatan Diri
- -
6. Waham
- -
7. Risiko Bunuh Diri
- -
h. Evaluasi Kinerja Perawat Self Evaluation
Kinerja perawat di ruang MPKP dapat dinilai, salah satunya dengan menggunakan kusioner self evaluation yang diberikan kepada
kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Adapun kriteria kelulusan perawat berdasarkan jumlah nilai yang dihasilkan perawat dari
kuesioner tersebut. Jika nilai perawat 75 maka dinyatakan lulus. Berikut ini dipaparkan hasil dari kuesioner self evaluation :
Tabel 3. Self Evaluation Kinerja Perawat Ruang Sipiso-piso RSJD Provsu Medan
Jabatan Nilai
Keterangan Kepala Ruangan
86 Lulus
Ketua Tim 1 69,5
Tidak Lulus Ketua Tim 2
69,5 Tidak Lulus
Perawat Pelaksana 1 57,5
Tidak Lulus Perawat Pelaksana 2
57,5 Tidak Lulus
Perawat Pelaksana 3 60
Tidak Lulus
Universitas Sumatera Utara
Perawat Pelaksana 4 64
Tidak Lulus Perawat Pelaksana 5
64 Tidak Lulus
2. Analisa Situasi SWOT
a. Kekuatan Strenght
1. Adanya visi, misi, dan motto bidang keperawatan di ruang
Sipiso-piso 2.
Adanya struktur organisasi yang jelas dengan metode penugasan TIM
3. Adanya daftar dinas pegawai di ruangan
4. Adanya daftar nama pasien, nama dokter, dan nama perawat
yang bertanggungjawab. 5.
Adanya uraian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim, dan perawat pelaksana.
6. Adanya buku rawatan yang berisikan informasi tentang kondisi
pasien. 7.
Kepala ruangan mendelegasikan tugas kepada ketua tim jika berhalangan hadir.
8. Adanya data indikator mutu BOR.
9. Adanya pencatatan angka lari, pasien masuk dan pulang.
10. Perawat yang bekerja di ruangan melalui proses rekrutment dan
sesuai kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu Medan. 11.
Adanya program orientasi keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
12. Adanya rencana tahunan yang dibuat oleh kepala ruangan dan
rencana harian yang dibuat oleh kepala tim. 13.
Kepala ruangan membuat jadwal supervisi dan melaksanakan supervisi secara rutin.
14. Case Conference dilakukan satu kali dalam seminggu.
b. Kelemahan Weakness
1. Belum adanya jadwal petugas TAK
2. Belum adanya survey kepuasan pasien, keluarga pasien,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya. 3.
Belum optimalnya sistem pengembangan staf dilihat dari belum semua perawat mengikuti pelatihan aspek khusus
keperawatan 4.
Pelaksanaan case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan belum dilakukan secara terorganisir
5. Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift
c. Kesempatan Opportunity
1. Pemilihan staf yang bekerja di ruang Sipiso-piso berdasarkan
SK Surat Keputusan 2.
Adanya buku-buku tentang Model Praktik Keperawatan Profesional MPKP Jiwa.
d. Ancaman Threatened
Adanya tutuntan masyarakat yang lebih untuk mendapatkan pelayanan yang profesioanal.
Universitas Sumatera Utara
3. Rumusan Masalah
Gambaran hasil analisa situasi ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pilar I Management Aproach
1 Planning Perencanaan
Ruangan Sipiso-Piso telah memiliki visi, misi, dan filosofi tersendiri. Standar Asuhan Keperawatan SAK sudah tersedia di
ruangan. Berdasarkan hasil kuesioner, didapatkan bahwa kepala ruangan selalu 100 membuat rencana kerja harian, bulanan, dan
tahunan, ketua tim selalu membuat rencana harian dan rencana bulanan, sedangkan perawat pelaksana selalu membuat rencana
harian. 2
Organization Pengorganisasian Adanya struktur organisasi, uraian tugas perawat dan
jadwal dinas yang jelas di Ruangan Sipiso-Piso. Jadwal dinas dibuat berdasarkan keputusan kepala ruangan dengan proporsi
jumlah perawat dinas pagi lebih banyak dari dinas sore dan malam. Perawat yang dinas pagi terdiri dari 1 kepala ruangan, 1 ketua tim,
dan 3 perawat pelaksana. Dinas sore dan malam terdiri dari masing-masing 1 orang perawat, dan 1 orang perawat lagi libur.
Ketua Tim I dan II tidak dinas secara bersamaan pada shift pagi, sehingga tidak memungkingkan adanya pembagian alokasi pasien
kepada masing-masing perawat pelaksana.
Universitas Sumatera Utara
3 Pengarahan
Belum optimalnya operan yang dilakukan antar shift. Operan biasanya melalui buku rawatan yang dioperkan perawat
saat pergantian shift yaitu pada pukul 14.00 WIB, 20.00 WIB, dan 07.30 WIB. Di buku rawatan berisikan informasi pasien dengan
perhatian khusus. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner ketua tim mengatakan kadang-kadang memimpin prepost conference.
Kegiatan supervisi dilaksanakan oleh Kepala Ruangan baik saat dinas pagi, sore maupun malam.
4 Pengawasan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan didapatkan dokumentasi penilaian indikator mutu BOR 100. Sedangkan
indikator mutu TOI, ALOS, angka cedera, angka pengikatan, dan angka scabies selalu dievaluasi oleh kepala ruangan. Berdasarkan
hasil kuesioner dinyatakan bahwa survey kepuasan pasien, keluarga pasien dan perawat selalu dilakukan oleh Kepala
Ruangan, namun pelaksanaannya belum optimal. b.
Pilar II Compensatory Reward Dari hasil kuesioner didapatkan data bahwa perawat yang
bekerja melalui proses rekrutmen berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh RSJD Provsu Medan. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala ruangan didapatkan informasi bahwa belum seluruh pegawai di ruangan Sipiso-Piso mendapatkan pelatihan aspek khusus
Universitas Sumatera Utara
keperawatan. Berdasarkan hasil wawancara, didapatkan keterangan bahwa kepala ruangan telah melaksanakan penilaian kinerja ketua tim
dan perawat pelaksana, begitu juga dengan ketua tim telah melaksanakan penilaian kinerja perawat pelaksana.
c. Pilar III Professional Relationship
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan, diperoleh informasi bahwa case conferencetelah dilakukan satu kali
dalam seminggu berdasarkan kasus yang ada di Ruangan Sipiso-Piso. Case conference dihadiri oleh seluruh perawat.Namun, pelaksanaan
case conference tidak memiliki jadwal yang baku dan ketua tim tidak menyiapkan kasus yang akan didiskusikan secara bersama-sama.
Kepala ruangan dan Ketua tim telah melakukan kolaborasi dengan dokter dalam hal pemberian terapi pada pasien.
d. Pilar IV Patient Care Delivery
Berdasarkan hasil observasi terhadap perawat ruangan, diperoleh data bahwa perawat ruangan belum optimal dalam
melaksanakan Terapi Aktivitas Kelompok TAK di Ruang Sipiso- Piso.
4. Rencana Penyelesaian Masalah
a. Pilar I Management Aproach
Mengusulkan kepada kepala ruangan untuk membuat jadwal dinas dengan menempatkan ketua tim I dan II dinas pada shift pagi,
Universitas Sumatera Utara
agar pembagian alokasi pasien kepada perawat pelaksana dapat terlaksana. Mahasiswa melaksanakan pre conference dan post
conference dengan melakukan role play sebagai kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Menyusun kuesioner penilaian tingkat
kepuasan pasien, keluarga, perawat dan petugas kesehatan lainnya. b.
Pilar II Compensatory Reward Menganjurkan kepada pihak rumah sakit untuk mengadakan
pelatihan manajemen MPKP dan penerapan asuhan keperawatan dalam upaya pengembangan staf perawat.
c. Pilar III Professional Relationship
Melaksanakan case conference dengan mengambil satu kasus dari Ruangan Sipiso-Piso dan menganjurkan kepala tim untuk
membuat jadwal baku pelaksanaan case conference minimal dua kali dalam sebulan.
d. Pilar IV Patient Care Delivery
Melaksanakan Strategi Pertemuan SP pada semua pasien yang berada di Ruangan Sipiso-Piso sesuai dengan diagnosa klien dan
melakukan Terapi Aktifitas Kelompok TAK secara terjadwal.
5. Implementasi
Setelah disepakati prioritas masalah dan rencana penyelesaian masalah, mahasiswa PBLK melakukan implementasi kegiatan.
Implementasi kegiatan dilakukan mulai tanggal 25 Juni – 7 Juli 2012 di
Universitas Sumatera Utara
ruang sipiso-piso RSJD Provsu Medan. Adapun implementasi kegiatan yang dilakukan mahasiswa PBLK menggunakan pendekatan empat pilar
manajemen MPKP, sebagai berikut : a.
Pilar I Management Aproach Dari segi pengelolaan pelayanan keperawatan, mahasiswa telah
mengusulkan kepada kepala ruangan untuk merevisi jadwal dinas yang melibatkan kedua kepala tim menjadi dinas pagi yang dilaksanakan
pada minggu ketiga. Kepala ruangan menerima saran dari mahasiswa, namun pembuatan jadwal dinas diperlukan pertimbangan tertentu.
Selain itu, mahasiswa telah melaksanakan role play mulai tanggal 21 Juni 2012 – 07 Juli 2012 di Ruangan Sipiso-Piso sebagai kepala
ruangan, kepala tim dan perawat pelaksana secara bergantian dan melaksanakan pre conference dan post conference.
b. Pilar II Compensatory Reward
Pada pilar kedua, mahasiswa hanya dapat memberikan saran kepada kepala ruangan untuk mengusulkan kepada pihak rumah sakit
atau kepada kepala bidang keperawatan untuk mengadakan pelatihan manajemen MPKP dan asuhan keperawatan bagi perawat di ruangan
dalam upaya pengembangan staf. c.
Pilar III Professional Relationship Pada pilar ketiga, mahasiswa PBLK melakukan sosialisasi case
conference dengan mengangkat salah satu kasus kelolaan mahasiswa PBLK sekaligus merupakan kasus dengan diagnosa terbanyak di
Universitas Sumatera Utara
Ruangan Sipiso-Piso yang dilaksanakan pada minggu ketiga. Diharapkan setelah dilaksanakan sosialisasi case conference di
Ruangan Sipiso-Piso, kegiatan tersebut akan terus berlanjut minimal dua kali dalam satu bulan.
d. Pilar IV Patient Care Delivery
Pada pilar keempat, mahasiswa PBLK telah melakukan asuhan keperawatan kepada seluruh pasien di ruangan tersebut sesuai dengan
diagnosa masing-masing pasien. Untuk meningkatkan kognitif pasien mengenai SP Strategi Pertemuan yang telah diberikan, maka
mahasiswa PBLK melakukan TAK Terapi Aktivitas Kelompok berdasarkan diagnosa keperawatan pasien terbanyak di Ruangan
Sipiso-Piso. Adapun TAK yang dilakukan yaitu TAK Halusinasi mulai dari Sesi 1 – 5 dan TAK Isolasi Sosial mulai dari Sesi 1 - 7
6. Evaluasi
Waktu pelaksanaan PBLK di Ruang Sipiso-Piso RSJD Provsu Medan dilaksanakan lebih kurang selama 4 minggu. Berdasarkan hasil
kesepakatan dengan perawat ruangan, maka terdapat 7 kegiatan yang telah dilaksanakan dari keempat pilar MPKP. Kegiatan lain yang dilakukan oleh
mahasiswa PBLK secara individu adalah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuia dengan kasus yang menjadi kelolaan.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil dari penyelesaian masalah yang dilakukan di ruang sipiso-piso dengan menggunakan pendekatan MPKP dapat
dievaluasi sebagai berikut : a.
Pilar I Management Aproach Selama proses implementasi dapat dianalisa bahwa belum ada
perubahan jadwal dinas yang menempatkan kedua ketua tim menjadi dinas pagi. Sedangkan kegiatan pre and post conference belum optimal
dilaksanakan terutama dalam pelaksanaan pre conference. b.
Pilar II Compensatory Reward Hasil observasi menunjukkan bahwa belum ada upaya
pengembangan staf apapun yang dilaksanakan oleh pihak rumah sakit, hal ini tentunya memerlukan waktu yang lama agar usulan untuk
mengadakan pelatihan dapat dilaksanakan. Namun kepala ruangan telah menyadari bahwa minimnya tenaga keperawatan di ruangannya
yang telah mendapatkan pelatihan khususnya dalam bidang keperawatan.
c. Pilar III Professional Relationship
Hasil observasi menunjukkan bahwa kepala ruangan sudah mengarahkan ketua tim dan perawat pelaksana dalam meningkatkan
kinerjanya. Metode konferensi kasus memang telah dilaksanakan namun hanya sekedar, tidak memiliki persiapan dan dokumentasi,
padahal kegiatan konferensi kasus merupakan sarana yang tepat untuk saling berbagi pengetahuan antar teman sejawat. Melihat pentingnya
Universitas Sumatera Utara
sarana ini, maka mahasiswa PBLK telah melaksanakan sosialisasi konferensi kasus yang seyogyanya dapat dijadwalkan secara rutin di
ruangan. Kepala ruangan dapat membimbing ketua tim yang belum melakukan konferensi kasus, sedangkan ketua tim dapat membimbing
perawat pelaksananya dalam pemaparan kasus yang sedang dibahas. Dengan demikian, semua perawat menjadi percaya diri dalam
melakukan konferensi kasus. d.
Pilar IV Patient Care Delivery Pemberian asuhan keperawatan di Ruangan Sipiso-Piso
diarahkan berfokus pada tindakan keperawatan tanpa mengabaikan tindakan kolaborasi. Metode penugasan yang digunakan adalah metode
tim, tetapi masih sebagian menggunakan metode fungsional. Hal ini menyebabkan biasanya perawat berinteraksi dengan klien hanya jika
ada tindakan tertentu yang ingin dilakukan misalnya memberikan suntikan atau memberikan obat. Dampak paling nyata yang dialami
pasien yaitu kurang optimalnya asuhan keperawatan yang diberikan perawat. Bagi perawat sendiri akhirnya terkondisi pada suatu pola
kerja yang rutinitas setiap kali dinas melakukan tindakan yang sama untuk seluruh pasien yang ada di ruangan.
Dalam hal mengoptimalkan pemberian asuhan keperawatan di ruangan, mahasisawa melaksanakan SP kepada seluruh pasien sesuai
dengan diagnosa pasien dan TAK yang dilaksanakan berdasarkan dua kasus terbanyak di Ruangan Sipiso-Piso. Berdasarkan observasi,
Universitas Sumatera Utara
tampak pasien lebih memahami mengenai SP dan lebih bersemangat melakukannya karena dibuat berkelompok.
C. Pembahasan