BAB III PENGELOLAAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Landasan Teori
1. Defenisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan. Halusinasi merupakan salah satu respons maladaptif
individu yang berada dalam rentang respons neurobiologist Stuart Laraia, 2001.
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentikkan dengan
skizofrenia. Dari seluruh skizofrenia, 70 diantaranya mengalami halusinasi. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi
dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu
penghayatan yang dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal; persepsi palsu Purba, Jenny M, dkk, 2009.
2. Klasifikasi Halusinasi
Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya :
a. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan
mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien
Universitas Sumatera Utara
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu. b.
Halusinasi penglihatan :karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu
:karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine
atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba
:karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh :
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap
:karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan.
f. Halusinasi sinestetik
:karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena
atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses Terjadinya Halusinasi
Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi pada klien dengan gangguan jiwa schizoprenia.
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara – suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata – kata yang tersusun dalam bentuk
kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien, sehingga klien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau
respons lain yang membahayakan. Bisa juga klien bersikap mendengarkan suara halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada
orang lain yang tidak bicara atau pada benda mati. Halusinasi pendengaran merupakan suatu tanda mayor dari
gangguan schizoprenia dan satu syarat diagnostik minor untuk metankolia involusi, psikosa mania depresif dan sindroma otak organik.
4. Faktor-Faktor Penyebab Halusinasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh baik dari individu maupun keluarganya, mengenai faktor perkembangan, sosial
kultural, biokimia, psikologis dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
oleh individu untuk mengatasi stress Rasmun, 2001.
Universitas Sumatera Utara
1 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu maka individu akan
mengalami stress dan kecemasan yang berakhir dengan gangguan realitas.
2 Faktor Sosiokultural
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seorang merasa disingkirkan dan ditolak oleh lingkungan
tempat individu dibesarkan. 3
Faktor Biokimia
Pada tubuh seseorang yang mengalami stress yang berlebihan akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan Dimetytranferase DMP.
4 Faktor Psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh
anak akan mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
Universitas Sumatera Utara
5 Faktor Genetik
Belum diketahui gen yang berpengaruh dalam skizoprenia, tetapi hasil studi menunjukkan bahwa faktor
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancamantuntutan yang memerlukan
energi ekstra untuk koping. Adanya rangsang lingkungan yang sering yaitu seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama
diajak komunikasi, objek yang ada dilingkungan juga suasana sepiisolasi adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi
karena hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik Rasmun,
2001. c.
Faktor Perilaku
Rawlins dan Heacock 1993 dalam Rasmun, 2001 mengatakan bahwa munculnya halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi yaitu antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1 Dimensi Fisik
Manusia dibangun oleh sistem indera untuk menanggapi rangsang eksternal yang diberikan oleh
lingkungannya. Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan
obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
2 Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar masalah yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi terjadi.
Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Individu tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut individu berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
3 Dimensi Intelektual
Individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian individu dan tak jarang akan mengontrol semua prilaku individu.
Universitas Sumatera Utara
4 Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya kecenderungan untuk menyendiri.
Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem kontrol oleh individu
tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung untuk itu.
5 Dimensi Spiritual
Individu dengan masalah spiritual cenderung menyendiri hingga proses interaksi sosial tidak terjadi, individu
tidak sadar dengan keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam individu tersebut. Saat halusinasi
menguasai dirinya individu kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
5. Tahapan Halusinasi, Karakteristik, dan Perilaku yang Ditampilkan
TAHAP KARAKTERISTIK
PERILAKU PASIEN Tahap I
Memberi rasa nyaman tingkat
ansietas sedang secara umum,
halusinasi merupakan
suatu • Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
• Mencoba berfokus pada pikiran yang
dapat menghilangkan ansietas
• Pikiran dan • Tersenyum, tertawa
sendiri • Menggerakkan
bibir tanpa suara • Pergerakkan mata
yang cepat • Respon verbal yang
lambat
Universitas Sumatera Utara
kesenangan. pengalaman sensori
masih ada dalam kontol kesadaran,
nonpsikotik. • Diam dan
berkonsentrasi
Tahap II Menyalahkan,
tingkat kecemasan
berat secara umum
halusinasi menyebabkan
perasaan antipasti
• Pengalaman sensori menakutkan
• Merasa dilecehkan oleh pengalaman
sensori tersebut • Mulai merasa
kehilangan control • Menarik diri dari
orang lain • Non psikotik
• Peningkatan SSO, tanda-tanda
ansietas peningkatan denyut
jantung, pernapasan, dan
tekanan darah
• Rentang perhatian menyempit
• Konsentrasi dengan
pengalaman sensori
• Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan
realita
Tahap III Mengontrol,
tingkat kecemasan
berat, pengalaman
sensori
tidak dapat ditolak
lagi • Klien menyerah dan
menerima pengalaman sensori halusinasi
• Isi halusinasi menjadi atraktif
• Kesepian bila pengalaman sensori
berakhir • Psikotik
• Perintah halusinasi ditaati
• Sulit berhubungan dengan orang lain
• Rentang perhatian terhadap
lingkungan berkurang hanya
beberapa detikmenit
• Gejala sisa ansietas berat, berkeringat,
tremor, tidak mampu mengikuti
perintah
Tahap IV Menguasai
tingkat kecemasan,
panic secara umum diatur
dan dipengaruhi
• Pengalaman sensori menjadi ancaman
• Halusinasi dapat berlangsung selama
beberapa jam atau hari • Psikotik
• Perilaku panic • Potensi tinggi
untuk bunuh diri atau membunuh
• Tindakan kekerasan, agitasi
menarikdiri atau ketakutan
Universitas Sumatera Utara
oleh waham • Tidak mampu
berespon terhadap perintah yang
kompleks • Tidak mampu
berespon terhadap lebih dari satu
orang
6. Penatalaksanaan Medis pada Pasien dengan Halusinasi
Penatalaksanaan klien skizoprenia adalah dengan pemberian obat- obatan dan tindakan lain, yaitu :
a. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizoprenia
adalah obat-obatan anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan dapat dilihat melalui tabel berikut:
KELAS KIMIA NAMA GENERIK
DAGANG DOSIS
HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin Tindal
Klorpromazin Thorazine Flufenazine Prolixine,
Permitil Mesoridazin Serentil
Perfenazin Trilafon Proklorperazin Compazine
Promazin Sparine Tioridazin Mellaril
Trifluoperazin Stelazine Trifluopromazin Vesprin
60-120 mg 30-800 mg
1-40 mg 30-400 mg
12-64 mg 15-150 mg
40-1200 mg 150-800mg
2-40 mg 60-150 mg
Tioksanten Klorprotiksen Taractan
Tiotiksen Navane 75-600 mg
8-30 mg Butirofenon
Haloperidol Haldol 1-100 mg
Dibenzodiazepin Klozapin Clorazil
300-900 mg
Universitas Sumatera Utara
Dibenzokasazepin Loksapin Loxitane 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone Moban
15-225
b. Terapi kejang listrikElectro Compulsive Therapy ECT
c. Terapi aktivitas kelompok TAK
7. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Halusinasi Pendengaran
a. Pengkajian
1 Faktor Predisposisi
a Faktor perkembangan terlambat
• Usia bayi, tidak terpenuhi kebutuhan makanan, minum dan rasa aman.
• Usia balita, tidak terpenuhi kebutuhan otonomi • Usia sekolah mengalami peristiwa yang tidak
terselesaikan b
Faktor komunikasi dalam keluarga • Komunikasi peran ganda
• Tidak ada komunikasi • Tidak ada kehangatan
• Komunikasi dengan emosi berlebihan • Komunikasi tertutup
• Orang tua yang membandingkan anak – anaknya, orang tua yang otoritas dan komplik orang tua
Universitas Sumatera Utara
c Faktor sosial budaya
Isolasi sosial pada yang usia lanjut, cacat, sakit kronis, tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi.
d Faktor psikologis
Mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan tinggi, menutup diri, ideal diri tinggi, harga diri rendah, identitas diri
tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif dan koping destruktif.
e Faktor biologis
Adanya kejadian terhadap fisik, berupa : atrofi otak, pembesaran vertikel, perubahan besar dan bentuk sel korteks
dan limbik. f
Faktor genetik
Adanya pengaruh herediter keturunan berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami schizoprenia dan kembar
monozigot. 2
Perilaku Bibir komat kamit, tertawa sendiri, bicara sendiri, kepala
mengangguk – angguk, seperti mendengar sesuatu, tiba – tiba menutup telinga, gelisah, bergerak seperti mengambil atau
Universitas Sumatera Utara
membuang sesuatu, tiba – tiba marah dan menyerang, duduk terpaku, memandang satu arah, menarik diri.
3 Fisik
a ADL
Nutrisi tidak adekuat bila halusinasi memerintahkan untuk tidak makan, tidur terganggu karena ketakutan, kurang
kebersihan diri atau tidak mandi, tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan aktivitas fisik yang berlebihan, agitasi gerakan
atau kegiatan ganjil. b
Kebiasaan
Berhenti dari minuman keras, penggunaan obat – obatan dan zat halusinogen dan tingkah laku merusak diri.
c Riwayat kesehatan
Schizofrenia, delirium berhubungan dengan riwayat demam dan penyalahgunaan obat.
d Riwayat skizofrenia dalam keluarga
e Fungsi sistem tubuh
• Perubahan berat badan, hipertermia demam • Neurologikal perubahan mood, disorientasi
• Ketidak efektifan endokrin oleh peningkatan temperatur
Universitas Sumatera Utara
4 Status Emosi
Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, kecemasan berat atau panik, suka
berkelahi. 5
Status intelektual
Gangguan persepsi, penglihatan, pendengaran, penciuman dan kecap, isi pikir tidak realistis, tidak logis dan sukar diikuti atau
kaku, kurang motivasi, koping regresi dan denial serta sedikit bicara.
6 Status Sosial
Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan,
ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan. b.
Tindakan Keperawatan
Setelah menegakkan diagnosa keperawatan, perawat
melakukan beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.
1 Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Adapun tujuan tindakan keperawatan untuk pasien adalah sebagai berikut :
a Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
Universitas Sumatera Utara
b Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan sebagai berikut :
a Membantu pasien mengenali halusinasi
b Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
1. Menghardik halusinasi
2. Bercakap-cakap dengan orang lain
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
4. Menggunakan obat secara teratur
2 Tindakan Keperawatan Pada Keluarga
Tujuan diberikannya tindakan keperawatan pada keluarga adalah agar keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif untuk pasien. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga yang dapat dilakukan melalui tiga tahapan yaitu :
a Tahap I : menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh
pasien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung pasien b
Tahap II :melatih keluarga merawat pasien
Universitas Sumatera Utara
c Tahap III : melatih keluarga untuk merawat pasien secara
langsung. Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi :
1. Pengertian halusinasi
2. Jenis halusinasi yang dialami pasien
3. Tanda dan gejala halusinasi
4. Proses terjadinya halusinasi
5. Cara merawat pasien halusinasi
6. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau
c. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan diaplikasikan dengan menggunakan Strategi Pertemuan SP untuk pasien dan keluarga pasien, yaitu
sebagai berikut : Tabel 4. Strategi Pertemuan Pada Pasien dan Keluarga
Strategi Pertemuan
SP Kemampuan Pasien
SP 1 1.
Mengidentifikasi jenis halusinasi 2.
Mengidentifikasi isi halusinasi 3.
Mengidentifikasi waktu halusinasi 4.
Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 5.
Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusianasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
SP 2 1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Universitas Sumatera Utara
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
cara bercakap-cakap dengan orang lain 3.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 3 1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2.
Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah
sakit 3.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
SP 4 1.
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Kemampuan Keluarga SP 1
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien 2.
Menjelaskan pengertian, tanda, dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien
serta proses terjadinya 3.
Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP 2 1.
Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien denagn halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien halusinasi
SP 3
1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di
rumah termasuk minum obat discharge planning 2.
Menjelaskan follow up pasien dan rujukan
d. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, evaluasi dilakukan terhadap kemampuan pasien dan keluarga pasien, yaitu sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Pada Pasien
1 Pasien mempercayai perawat sebagai terapis, ditandai dengan :
a Pasien mau menerima dan menceritakan masalah yang ia
hadapi kepada perawat, bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain
b Pasien mau bekerja sama denagn perawat dan menaati setiap
program pengobatan 2
Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan masalah yang harus diatasi, ditandai dengan :
a Pasien mengungkapkan isi halusinasi yang dialaminya
b Pasien menjelaskan waktu dan frekuensi halusinasi yang
dialaminya c
Pasien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi d
Pasien menjelaskan perasaannya ketika mengalami halusinasi e
Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminya
3 Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan:
a Pasien mampy memperagakan empat cara mengontrol
halusinasi b
Pasien menerapkan empat cara mengontrol halusinasi
Universitas Sumatera Utara
Pada Keluarga
1 Keluarga mampu menjelaskan masalah halusinasi yang dialami
oleh pasien 2
Keluarga mampu menjelaskan cara merawat pasien di rumah 3
Keluarga mampu memperagakan cara bersikap terhadap pasien 4
Keluarga mampu menjelaskan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pasien
5 Keluarga melaporkan keberhasilan merawat pasien
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Kasus