2.3. Kolaborasi Penelitian
Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat antara peneliti dalam kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan, yaitu dalam gagasan penelitian kolaborasi.
Sekarang secara luas diasumsikan bahwa kolaborasi penelitian merupakan penelitian yang ideal dan harus didorong perkembangannya. Banyak inisiatif dicari untuk
pengembangan kolaborasi antara individu peneliti, membawa mereka bersama dalam suatu kolaborasi penelitian, misalnya dalam satu kelompok penelitian atau satu
disiplin ilmu. Ada juga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan penelitian kolaborasi lintas sektor,
seperti antara universitas dengan industri. Selain itu, banyak pemerintahan dalam suatu negara juga mulai melibatkan diri untuk berkolaborasi dalam penelitian tingkat
internasional, mendukung peneliti untuk melakukan kolaborasi penelitian. Pemerintah meyakini dengan penelitian kolaborasi akan menghemat biaya dan memperoleh
keuntungan yang banyak Delen Demirkan, 2012. Menurut Tim O’Rielly, 2005, secara implisit, antusiasme pada penelitian
kolaborasi dan kebijakan-kebijakan ditujukan untuk membina sejumlah asumsi berupa:
1. Bahwa konsep “penelitian kolaborasi” wajib dipahami
2. Menghadapi fenomena kolaborasi antar individu, kelompok, institusi, bidang
dan negara. 3.
Mencari cara mengukur tingkat dari kolaborasi dan menentukan berlaku atau tidak hasil tersebut terhadap suatu kebijakan tertentu.
4. Penelitian kolaborasi sebenarnya lebih baik untuk kemajuan ilmu pengetahuan
dan pengembangan hasil-hasil penelitian lebih efektif.
2.3.1. Defenisi Kolaborasi Penelitian Menurut defenisi kamus, kolaborasi adalah bekerja sama dari individu untuk
mencapai tujuan umum bersama. Dengan demikian, penelitian kolaborasi didefinisikan sebagai kerja sama peneliti untuk mencapai tujuan bersama,
menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru. Namun, hal ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana penelitian kolaborasi dapat bekerja secara bersama terkhusus
dalam suatu komunitas penelitian yang besar, seperti penelitian internasional. Dalam suatu kondisi yang ekstrim tidak bias disangkal bahwa penelitian internasional
Universitas Sumatera Utara
merupakan suatu kolaborasi besar. Bahwa dasar dari suatu penelitian adalah kegiatan- kegiatan yang dilakukan secara global, para peneliti bekerja bersama untuk
meningkatkan ilmu pengetahuan. Para peneliti saling bertukar pikiran tentang percobaan yang akan dilakukan selanjutnya, menguji hipotesa-hipotesa, membangun
intrumentasi baru, menemukan hubungan antara hasil eksperimen dan model secara teoritis, dst. Dalam hal ini, antara anggota dalam kelompok penelitian tidak hanya
akan berbicara tetapi juga meminta saran dan bantuan dari peneliti-peneliti lain Katz, 1995.
Defenisi kolaborasi penelitian menurut Katz, 1995 adalah suatu kemungkinan yang menyertakan suatu “kolabolator” yaitu seseorang yang menyediakan masukan
pada bagian tertentu dalam suatu penelitian. Defenisi ini lemah, karena akan memunculkan banyak kolabolator yang akan terlalu luas dari tujuan praktis. Namun
secara keseluruhan dari defenisi tersebut diperoleh sebuah defenisi yang kuat yaitu kolaborasi penelitian adalah peneliti-peneliti yang hanya memberikan kontribusi
secara langsung kepada tugas-tugas dalam proyek penelitian dalam durasi waktu tertentu, disebut sebagai kolabolator Gholami, et al. 2009.
Gambar 2.3. Jumlah penelitian yang dipublikasikan
Berdasarkan gambar 2.3. diatas, menjelaskan hasil survei Lembaga Penelitian Indonesia LIPI pada tahun 2004, tentang jumlah hasil penelitian yang
terpublikasikan. Indonesia berada diperingkat paling akhir, setelah Negara VVietnam dan Malaysia.
5781 2397
2380 83484
57740 24417
23336 453
460
Singapura Thailand
Malaysia Jepang
Cina Korea
India Vietnam
Indonesia
Jumlah penelitian yang terpublish
Jumlah penelitian yang terpublish
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Manfaat dan Biaya Kolaborasi Penelitian Penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang luas.
Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus bisa belajar untuk memperoleh teknik atau
pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi hal ini akan memakan waktu yang lama. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada kemungkinan
yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan yang diperlukan. Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan tekhnik. Kolaborasi penelitian juga bermanfaat untuk menambah efektifitas dari keterampilan yang dimiliki oleh setiap peneliti Gholami, et al. 2009.
Manfaat yang kedua dari penelitian kolaborasi terkait manfaat transfer ilmu pengetahuan atau keterampilan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seorang
individu akan memakan waktu yang banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan dan melatih keterampilan mereka. Selain itu tidak semua rincian kemajuan ilmu
pengetahuan terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu untuk membahas secara detail tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah. Oleh
karena itu sering waktu berlalu, temuan yang baru tidak terpublikasikan kepada masyarakat. Penelitian kolaborasi merupakan salah satu cara mentransfer pengetahuan
yang baru. Penelitian tidak hanya membutuhkan berbagi dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga keterampilan sosial dan manajemen yang diperlukan
untuk bekerja sebagai bahan untuk kerjasama tim Suciu, et al. 2012. Ketiga, penelitian kolaboratif dapat menimbulkan benturan pandangan,
persilangan ide pemikiran yang akan mengubah dan menghasilkan wawasan baru atau perspektif yang mungkin tidak dipahami secara cepat dengan melakukan penelitian
secara individual Lundberg, et al., 2006. Kolaborasi penelitian akan menjadi sumber stimulasi dan kreativitas, karena bidang-bidang yang dibahas akan lebih besar dan luas.
Manfaat tersebut akan diperoleh ketika penelitian kolaborasi melibatkan mitra peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda. Namun kesulitan untuk bekerja secara produktif
bersama-sama sering terkendala masalah biaya Gholami, et al. 2009. Manfaat keempat kolaborasi penelitian dapat memberikan pendampingan
intelektual, menjadi lapangan pekerjaan bagi para peneliti, menyelidiki proyek penelitian yang masih sedikit batas-batas ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
Universitas Sumatera Utara
kurang. Seorang peneliti dapat mengatasi bagian dari isolasi intelektual melalui kolaborasi dengan peneliti lain, membentuk hubungan kerja dan mungkin lebih
pribadi dengan peneliti lain Ju Su, 2012. Selain itu manfaat dari bekerja dengan peneliti lain tidak terbatas pada hubungan
dengan kolabolator secara langsung, penelitian kolaborasi juga memiliki efek memasukkan peneliti ke jaringan yang luas pada kontak komunitas ilmiah. Seorang
peneliti mungkin hanya memiliki kontak dengan 50-100 peneliti lain di bidangnya di seluruh duniayang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi dan dan saran. Oleh
karena itu berkolaborasi dengan peneliti lain dalam lembaga lain dapat memperluas jaringan peneliti tersebut Sliman, et al. 2013.
Penelitian kolaborasi dapat meningkatkan potensi visibiltas pekerjaan, menggunakan jaringan mitra kolaborasi, kolabolator dapat berdifusi dengan temuan
mereka baik secara formal misalnya, pra-cetak, seminar, atau presentasi konferensi atau melalui diskusi informal. Para kolabolator penelitian akan mengambil suatu
keputusan dan mempublikasikan hasil temuan mereka. Setelah terbit akan memudahkan pencarian kepustakaan dengan memidai karya yang dihasilkan oleh
salah satu penulis yang berkolaborasi untuk dijadikan bahan acuan referensi karya ilmiah. Jika karya penelitian sering dikutip oleh orang lain akan memberikan dampak
yang lebih besar Sliman, 2013. Hasil dari kolaborasi penelitian secara prinsip lebih efektif. Namun kolaborasi
penelitian memerlukan biaya tertentu. Hal ini terdiri dari berbagai bentuk. Pertama, bentuk finansial, meskipun pendanaan penelitian kolaborasi sering berasal dari
lembaga pendanaan penelitian, namun disisi lain masih memerlukan biaya tambahan lain. Seperti kolaborasi penelitian antar lembaga, lintas sektor, dan kolaborasi
penelitian internasional memerlukan biaya perjalanan dan biaya hidup yang dikeluarkan peneliti berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Peralatan dan
material yang mungkin diangkut juga membutuhkan biaya, teknisi jika peralatan rusak juga membutuhkan biaya lebih lanjut Katz, 1995.
Kedua, kolaborasi penelitian juga mengeluarkan biaya tertentu dalam segi waktu. Bagi banyak peneliti dalam waktu sekarang ini sangat menghargai waktu dibanding
dana uang sebenarnya. Waktu yang diperlukan mulai dari persiapan penyusunan proposal, pencarian sponsor, rintangan masalah dalam penelitian dan perencanaan
pendekatan memulai penelitian. Bagian penelitian yang berbeda mungkin dilakukan di
Universitas Sumatera Utara
lokasi yang berbeda, selain biaya dana juga menghabiskan waktu. Waktu juga dikeluarkan dalam menjaga komunikasi antar kolabotor, memberi tahu tentang
kemajuan serta memutuskan pekerjaan yang selanjutnya dilakukan. Perbedaan pendapat sering tidak terelakkan dan waktu juga akan dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan secara damai. Selain pengeluaran biaya langsung waktu, ada juga biaya waktu yang tidak langsung, seperti waktu pemulihan efek dari
perjalanan jauh saat penelitian, waktu penyesuaian bekerja di tempat penelitian yang baru, dan hubungan pribadi antara kolabolator Katz, 1995.
2.4. Riset Terkait