Model Layanan Komputasi Awan Untuk Kolaborasi Online Dengan Aplikasi WMCLOUD Project

(1)

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

SUGIANTO

117038057

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Magister Teknik Informatika

SUGIANTO 117038057

PROGRAM STUDI MAGISTER ( S2 ) TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK

KOLABORASI ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

Kategori : TESIS

Nama : SUGIANTO

Nomor Induk Mahasiswa : 117038057

Program Studi : MAGISTER (S2) TEKNIK INFORMATIKA

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Dr. Mahyuddin, M.IT Prof. Dr. Muhammad Zarlis

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S2 Teknik Informatika Ketua,

Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 19570701 198601 1 003


(4)

PERNYATAAN

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI

ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

TESIS

Saya mengakui bahwa tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 7 Februari 2014

SUGIANTO 117038057


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SUGIANTO

NIM : 117038057

Program Studi : Magister (S2) Teknik Informatika

Jenis Karya Ilmiah : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas tesis saya yang berjudul :

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN UNTUK KOLABORASI ONLINE DENGAN APLIKASI WMCLOUD PROJECT

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media, memformat, mengelola dalam bentuk database, merawat dan mempublikasi tesis saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantum nama saya sebagai penulis dan sebagai pemegang dan/atau sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.

Medan, 7 Februari 2014

117038057 Sugianto


(6)

PANITIA PENGUJI Telah diuji pada

Tanggal : 7 Februari 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Zarlis Anggota : 1. Dr. Mahyuddin, M.IT

2. Prof. Dr. Herman Mawengkang 3. Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si 4. Dr. Syahril Efendi, S.Si., M.IT


(7)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Sugianto, ST

Tempat dan Tanggal Lahir : Kisaran, 12 Mei 1982

Alamat Rumah : Perumahan Puri Zahara I Blok B No.16 Telepon/HP : +6281370177719

E-mail : soegi1703@gmail.com

Instansi Tempat Bekerja : Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Alamat Kantor : Jln. H.M Joni No.70 C Medan

DATA PENDIDIKAN

SD : SD Negeri Impres No.094124 TAMAT: 1995 SLTP : SMP Negeri 1 Bosar Maligas TAMAT: 1998 SMK : Yayasan Pendidikan Medan Putri TAMAT: 2001 S1 : Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Harapan TAMAT: 2008 S2 : Teknik Informatika USU TAMAT: 2014


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula penulis mengirimkan shalawat kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa umat Islam ke jalan yang diridhoi Allah SWT. Tesis ini merupakan salah satu syarat mendapat gelar Magister Komputer pada Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Program Studi S2 Teknik Informatika sekaligus sebagai dosen pembimbing I.

3. Bapak Dr. Mahyuddin, M.IT selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, ide dan bimbingan, serta motivasi yang membangun kepada penulis hingga tesis ini terselesaikan dengan baik.

4. Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp.Sc, M.E.M selaku penasehat akademik yang senantiasa memberikan motivasi dan pemikiran-pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.


(9)

5. Bapak Prof. Dr. Herman Wamengkang, Bapak Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si dan Bapak Dr.Syahril Efendi, S.Si, M.IT, sebagai dosen pembanding yang telah memberikan saran dan arahan selama penulis menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh dosen di Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis, membekali penulis dengan ilmu, pengalaman, dan kematangan berfikir yang dapat diterapkan dalam penyelesaian tesis ini.

7. Seluruh pegawai akademik Program Studi S2 Teknik Informatika yang telah memberikan fasilitas belajar dan pelayanan yang sangat baik selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Studi S2 Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada orangtuaku ayahanda Marjani dan ibunda Sri Murniati yang sangat saya cintai dan hormati yang tak henti-hentinya memberikan limpahan kasih sayang, perhatian, dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga sampai detik ini penulis tetap kuat dan bersemangat dalam menyelesaikan studi.

9. Kakak Lenni Susanti dan Abang Handoko Sutrisno, serta adik-adikku tercinta Chaidir Wahyudi dan Salmanuddin Alfarisi, yang tetap memberikan semangat, keceriaan, motivasi, dan dukungan kepada penulis selama menyelesaikan tesis ini.

10.Terkhusus kepada seseorang yang telah ikhlas memberikan kasih sayang, cinta, semangat, dukungan, waktu, perhatian dan doa yang tidak pernah terputus kepada penulis, ucapan terima kasih sedalam-dalamnya kepada isteriku tercinta dr. Pebri Warita Pulungan, kesetiaan dan pengorbananmu insyaAllah akan menjadi amal ibadah dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.


(10)

11.Ibunda Hj. Dahniar Pasaribu sebagai ibu mertua yang terus memberikan dukungan, nasehat dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 12.Rekan mahasiswa/i angkatan tahun 2011 Ari Usman, Wulan, Ade Sarah, Santy

Prayudani, Fahmi, Ertina Barus, Jijon Sagala, Aida, Mardiana, Andi Marwan, Ari Satia, Yulia, Widia, Ahmad Muhajir, terima kasih atas semangat, doa dan kerja samanya baik selama mengikuti perkuliahan maupun selama penyelesaian tesis ini.

13.Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah SWT membalas kebaikan-kebaikan mereka dengan setimpal. Aamiin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan tesis ini. Kritik dan saran sangat dibutuhkan demi penyempurnaan penulisan dimasa yang akan datang. Akhirnya penulis berdoa kepada Allah SWT semoga kita semua mendapatkan karunia dan ridhoNya, besar harapan penulis, semoga tesis ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, 7 Februari 2014 Penulis

SUGIANTO NIM. 117038057


(11)

ABSTRAK

Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud Project.

Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration Online.


(12)

CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION

ABSTRACT

Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly added. With characteristics present in the cloud computing technology to the field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative technologies and business models. It is clear that cloud computing will undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle, researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research. With the use of cloud computing technology which adopts the principles promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to provide an overview of this research service model for the researchers to implement cloud computing technology in the research of effective cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud Project application.

Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration.


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS iii

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI iv

HALAMAN PANITIA PENGUJI v

HALAMAN RIWAYAT HIDUP vi

HALAMAN UCAPAN TERIMA KASIH vii

ABSTRAK x

ABSTRACT xi

DAFTAR ISI xii

DAFTAR TABEL xiv

DAFTAR GAMBAR xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 3

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Komputasi Awan 7

2.1.1. Definisi Komputasi Awan 7

2.1.2. Karakteristik Komputasi Awan 9

2.1.3. Model Layanan Komputasi Awan 11 2.1.4. Model Penyebaran Komputasi Awan 13

2.2. Web 2.0 13

2.2.1 Definisi Web 2.0 13

2.2.2 Karakteristik Web 2.0 14

2.2.3 Perkembangan Web 2.0 15

2.3. Kolaborasi Penelitian 16

2.3.1. Definisi Kolaborasi Penelitian 16 2.3.2. Manfaat dan Biaya Kolaborasi Penelitian 18

2.4. Riset Terkait 20

2.5. Perbedaan dengan Riset yang lain 24

2.6. Kontribusi Riset 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25

3.1. Rancangan Penelitian 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 26

3.3. Alat dan Bahan Penelitian 26

3.3.1. Alat Penelitian 27

3.3.2. Bahan Penelitian 27


(14)

BAB IV PEMBAHASAN 31

4.1. Konsep Arsitektur Kolaborasi Online WMCloud Project 31

4.2. Pemrosesan Data Kolaborasi Online 35

4.3. Proses Aplikasi WMCloud Project 36

4.3.1. Mekanisme Proses Layanan 36

4.3.2. Proses Aktivasi 37

4.3.3. Proses Editing Akun 37

4.3.4. User Management 37

4.3.5. Aktivasi dan Batasan Akun 37

4.3.6. Task Management 38

4.3.7. File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 38

4.3.8. Scheduling Tool 39

4.3.9. Time Tracking 39

4.3.10. Shared Calender 39

4.4. Analisis Kelayakan Komputasi Awan Kolaborasi Online 40 4.4.1. Kelayakan Ekonomis Pemanfaatan Teknologi

Komputasi Awan (Economical Feasibility) 40 4.4.2. Kelayakan Kualitas Distribusi Data (Distributed Feasbility) 40 4.5. Efektivitas WMCloud Project Sebagai Model Layanan

Kolaborasi Online 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 46

5.1 Kesimpulan 46

5.2 Saran 47


(15)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Riset Terkait 22

Tabel 4.1 Definisi Operasional Kualitas Sistem (X1) 41 Tabel 4.2 Definisi Operasional Kualitas Informasi (X2) 42 Tabel 4.3 Definisi Operasional Kualitas Proses (X3) 42 Tabel 4.4 Definisi Operasional Kualitas Kolaborasi (X4) 43 Tabel 4.5 Definisi Operasional Kualitas Layanan (X5) 43 Tabel 4.6 Definisi Operasional Penggunaan Sistem (Y1) 44 Tabel 4.7 Definisi Operasional Kepuasan Pengguna (Y2) 44 Tabel 4.8 Definisi Operasional Manfaat Individu (Z) 44


(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Skema Teknologi Komputasi Awan 8

Gambar 2.2 Komputasi Awan 10

Gambar 2.3 Jumlah Penelitian Yang Dipublikasikan 17

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Penelitian 28

Gambar 3.2 Antarmuka Model Aplikasi WMCloud Project 29

Gambar 3.3 Peta Jalan Penelitian 30

Gambar 4.1 Konsep Arsitektur Kolaborasi Online 31

Gambar 4.2 Model Sumber Informasi Portal Kolaborasi Online 32 Gambar 4.3 Karakteristik Penyedia Layanan Komputasi Awan 33

Gambar 4.4 Hubungan Karakteristik 34

Gambar 4.5 Back-end Server dan Application 35

Gambar 4.6 HTML Generation 35

Gambar 4.7 User Request Implementation 36

Gambar 4.8 Mekanisme Proses Registrasi 36

Gambar 4.9 User Management 37

Gambar 4.10 Task Management 38

Gambar 4.11 File Sharing dan Inventarisasi Dokumen 39 Gambar 4.12 Model Struktural Efektivitas Sistem Kolaborasi Online 45


(17)

ABSTRAK

Teknologi komputasi awan merupakan sebuah model yang memungkinkan untuk ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), on-demand akses jaringan ke sumber daya yang dapat dengan cepat ditambahkan. Dengan karakteristik yang ada pada teknologi komputasi awan sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun ke depan. Aktivitas penelitian yang terus berkembang dan jarang ada individu peneliti yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus mampu belajar untuk memperolah teknik atau pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan pemanfaatan teknologi komputasi awan yang mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 yaitu online sharing dan collaboration diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran model layanan kepada para peneliti untuk menerapkan teknologi komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung aktivitas kolaborasi penelitian dengan menggunakan layanan aplikasi WMCloud Project.

Kata kunci : Komputasi awan, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration Online.


(18)

CLOUD COMPUTING SERVICE MODEL FOR ONLINE COLLABORATION WITH WMCLOUD PROJECT APPLICATION

ABSTRACT

Cloud computing is a technology model that allows for ubiquitous (anywhere and anytime), on-demand network access to a resource that can be quickly added. With characteristics present in the cloud computing technology to the field of cloud computing is very dynamic and offers a space for innovative technologies and business models. It is clear that cloud computing will undergo significant progress and innovation in the next few years. Modern research activity increasingly complex and requires extensive skills. Rarely are individual researchers who mastered a lot of skills and knowledge. In principle, researchers should be able to learn to gain the techniques or knowledge to solve specific problems, but it will take a long time. This study explores how the potential of online collaboration can be utilized to sustainability research. With the use of cloud computing technology which adopts the principles promoted by the web 2.0 online sharing and collaboration is expected to provide an overview of this research service model for the researchers to implement cloud computing technology in the research of effective cross-distances to support collaborative research activities with the use of WMCloud Project application.

Keywords : Cloud Computing, Web 2.0, Ubiquitous, Online Sharing, Collaboration.


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat dan penggunaannya di seluruh dunia terus meningkat. Hal ini sangat memacu perkembangan perangkat lunak (software) ataupun perangkat keras (hardware) dalam kurun waktu yang singkat. Dan ini memberikan dampak yang baik untuk para pengguna internet atau netters di seluruh dunia. Kemampuan suatu sistem komputer dapat di ukur melalui tiga pondasi atau elemen yaitu perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan perangkat manusia atau operator komputer yang biasa dikenal dengan brainware. Ketiga elemen ini tentu memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya untuk menciptakan sebuah sistem komputer yang berguna. Tanpa adanya keseimbangan ketiga elemen tersebut maka suatu sistem komputer belum dapat dikatakan bekerja secara optimal (Mirashe & Kalyankar, 2010).

Pada bulan Desember 2012 yang lalu, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah agensi survei internasional (Internet World Statsa) tentang perkembangan teknologi di Indonesia, khususnya dalam hal media sosial, internet, dan perangkat mobile. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan pengguna internet di Indonesia sangat tinggi. Perkembangan teknologi di Indonesia menunjukkan bahwa 61% dari total pengguna internet tersebut online melalui perangkat mobile. Dan kebanyakan pengguna internet di Indonesia akan online melalui jaringan Wifi (Madan, et al., 2012). Internet adalah media digital yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia dibandingkan media radio ataupun surat kabar.


(20)

Dewasa ini istilah komputasi awan atau yang lebih dikenal dengan sebutan cloud computing telah menjadi topik menarik dan penting dalam perkembangan dunia teknologi informasi. Komputasi awan (cloud computing) adalah jenis komputasi yang terdistribusi dimana penggunaan sumber daya tervirtualisasi yang dapat dibagi oleh penggunanya. Komputasi awan merupakan model komputasi yang memungkinkan dapat terpenuhinya konsep layanan tersebut dimana sumber daya seperti daya komputasi, media peyimpanan (storage), jaringan (network) dan perangkan lunak (software) dijalankan sebagai layanan (service) melalui media jaringan, dan bahkan dapat diakses ditempat manapun selama terkoneksi dengan jaringan internet (Mell & Grance, 2012).

Komputasi awan (cloud computing) merupakan paradigma baru yang penting untuk penyediaan layanan komputasi, di mana layanan dapat diakses jarak jauh melalui internet dari pada yang disediakan pada komputer lokal. Manfaat utama dari komputasi awan adalah elastisitas sumber daya. kita dapat mengukur skala kebutuhan untuk permintaan dan kemampuan untuk mengakses informasi dari mana saja, menggunakan perangkat apapun (Sommerville, et.al. 2011). Layanan ini adalah salah satu perkembangan baru yang paling menarik dalam ilmu komputer dengan peluang besar untuk penelitian dan inovasi. Dalam hal ini untuk membangun jaringan komputasi awan yang sederhana dapat di lakukan pada jaringan local/intranet. Di akhir tahun 2000 komputasi awan telah menjadi salah satu topik paling popular yang merupakan teknologi baru dan diprediksi akan memberi dampak yang signifikan untuk dunia pendidikan dan penelitian yang memungkinkan setiap pengguna untuk melakukan tugasnya secara efektif dengan perkiraan biaya yang jauh lebih terjangkau dengan memanfaatkan aplikasi yang tersedia berbasis cloud (awan) yang ditawarkan oleh penyedia layanan komputasi awan. Komputasi awan (cloud computing) adalah suatu metode komputasi dimana teknologi informasi disajikan sebagai suatu layanan, kemudian pengguna dapat memanfaatkan melalui koneksi internet (“di dalam awan“) tanpa harus mengetahui apa saja yang ada didalamnya, atau ahli dengannya, atau memiliki kendali terhadap infrastruktur teknologi yang membantu dalam impelentasinya.

Para peneliti dewasa ini seringkali terlibat dalam satu penelitian yang sedang dikerjakan. Dengan penggunaan teknologi dimana saja peneliti tetap bisa melakukan komunikasi dengan baik, bergaul dan melakukan penelitian secara bersama atau


(21)

kolaborasi akan lebih membuat para peneliti berpikir kritis, dan peneliti mencari cara-cara baru untuk secara-cara efektif memanfaatkan teknologi untuk mengubah metode penelitiannya. Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana potensi kolaborasi online dapat dimanfaatkan menuju keberlanjutan penelitian. Dengan keberhasilan kolaborasi online seperti Wikipedia dan open source. Kita dapat memahami bagaimana kolaborasi online dapat digunakan secara efektif (Dahal, 2012). Untuk menjawab masalah mengenai keterbatasan biaya dan waktu dalam menyediakan sumber daya TI, muncul sebuah tren baru di dunia TI yaitu komputasi awan (cloud computing). Komputasi awan ini mengadopsi prinsip-prinsip yang diusung oleh web 2.0 diantaranya adalah online sharing dan collaboration (Musser, 2006). Cloud computing yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut sebagai komputasi awan, pada dasarnya adalah teknologi komputasi yang memanfaatkan layanan internet. Dengan komputasi awan diharapkan proses komputasi menjadi lebih mudah, fleksibel dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan (on-demand) (Sridhar, 2009). Prinsip fleksibilitas dan on-demand ini diwujudkan dengan menyediakan komputasi sebagai sebuah layanan (as a service) yang dapat digunakan secara mudah dan fleksibel setiap kali user membutuhkannya. Bagaimana teknologi komputasi awan bisa memberikan efektivitas bisnis dan mereduksi biaya diperlukan sebuah kajian yang lebih lanjut.

Perkembangan teknologi informasi saat ini mengalami kemajuan yang sangat cepat dan up to date. Perkembangan teknologi cepat atau lambat akan mendorong para peneliti untuk terus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi yang efektif untuk mewujudkan penerapan teknologi yang terintegrasi secara online dengan tepat sesuai dengan strategi perkembangan IPTEK di masa depan. Kolaborasi penelitian merupakan fenomena yang terjadi antar akademisi di lembaga penelitian dan universitas dengan melibatkan para peneliti. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengembangkan dan menggunakan sebuah layanan aplikasi yang memudahkan kolaborasi online, yaitu WMCloud Project yang berbasis layanan komputasi awan.

1.2. Perumusan Masalah

Aktivitas penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang luas. Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus bisa belajar untuk memperoleh teknik atau


(22)

pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi ini akan memakan waktu yang lama. Peneliti di lembaga penelitian di Indonesia kebanyakan hanya bekerja sendiri secara individu tanpa adanya sinergi untuk memfokuskan pada satu bidang yang diteliti. Kondisi ini bisa jadi disebabkan karena masih lemahnya arahan pemerintah tentang fokus penelitian dan masih minimnya para peneliti yang belum mencoba memanfaatkan dukungan teknologi informasi.

Menurut Katz (1995), jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada kemungkinan yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan yang diperlukan dalam penelitian mereka. Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknik. Kolaborasi penelitian juga bermanfaat untuk menambah efektifitas dari keterampilan yang dimiliki oleh setiap peneliti. Penelitian secara individu akan memakan waktu yang cukup banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan selain itu tidak semua rincian kemajuan penelitian terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu untuk membahas secara details tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah, sehingga banyak temuan penelitian yang baru tidak terpublikasi ke masyarakat. Penelitian tidak hanya membutuhkan ilmu pengetahuan dan keterampilan saja, tetapi juga hubungan sosial dan manajemen diperlukan untuk bekerja sebagai bahan untuk kerjasama tim (Honch, 1987).

Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa suatu kegiatan kadang tidak dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan orang lain. Seorang peneliti akan membutuhkan peneliti yang lain guna memenuhi informasi maupun bidang ilmu tertentu yang kurang dipahaminya secara baik agar menghasilkan suatu penemuan yang lebih baru lagi. Jarak masih masalah walaupun teknologi canggih tersedia saat ini. Para peniliti yang terlibat kurang terkoordinasi dengan baik. Peneliti individu sering menghadapi masalah dalam pengumpulan data serta pengolahan, analisis data, hasil penelitian dan publikasi. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah pemanfaatan model layanan yang dirancang untuk mendukung kolaborasi penelitian secara online dengan pemanfaatan layanan teknologi komputasi awan sesuai dengan kebutuhan para penelitin dan perkembangan IT. Keterbatasan sejumlah peneliti baik secara individu ataupun yang melakukan kolaborasi penelitian lintas jarak sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan dan pemanfaatan layanan aplikasi WMCloud Project untuk mendukung kolaborasi online dengan


(23)

pemanfaatan teknologi komputasi awan. Bagaimana gambaran penerapan aplikasi WMCloud Project untuk mendukung efektivitas kolaborasi penelitian secara online.

1.3. Batasan Masalah

Rumusan masalah diatas dibatasi beberapa hal sebagai berikut :

1. Menggunakan salah satu model layanan komputasi awan yaitu Infrastructure as s Service ( IaaS ) berbasis web.

2. Mengetahui efektivitas kolaborasi penelitian secara online dengan langsung melakukan ujicoba secara online antara penulis dengan peneliti lain.

3. Penerapan aplikasi kolaborasi (collaborative) online yang digunakan adalah WMCloud Project dan Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan dalam sistem ini antara lain: login, browsing, search, editing, repository, forum, chat, task, dan scheduling.

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah penerapan teknologi komputasi awan dalam penelitian lintas jarak yang efektif untuk mendukung aktivitas kolaborasi penelitian secara online dengan penerapan model layanan aplikasi WMCloud Project sebagai bahan rekomendasi pemanfaatan teknologi komputasi awan.

2. Tujuan penelitian ini bagi penulis sendiri merupakan wujud penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan pada program pasca sarjana Teknik Informasi di Universitas Sumatera Utara.

1.5. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai berikut:

1. Pemanfaatan aplikasi online WMCloud Project yang telah dikembangkan berbasis teknologi komputasi awan.


(24)

2. Mengenalkan model layanan kolaborasi penelitian secara online yang ideal kepada publik.

3. Layanan WMCloud Project berbasis komputasi awan dapat memudahkan penggunanya memperoleh informasi dan data yang berguna untuk pengembangan penelitian.

4. Sumbangsih ide dan pemikiran bagi berbagai pihak yang berminat dan ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai teknologi komputasi awan.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komputasi Awan

Komputasi awan (cloud computing) merupakan definisi untuk teknologi komputasi grid (grid computing) yang digunakan pada pertengahan hingga akhir 1990-an. Tren komputasi awan mulai muncul pada akhir tahun 2007, digunakan untuk memindahkan layanan yang digunakan sehari-hari ke Internet, bukan disimpan di komputer lokal lagi. Komputasi awan menjadi tren baru di bidang komputasi terdistribusi dimana berbagai pihak dapat mengembangkan aplikasi dan layanan berbasis Service Oriented Architecture di jaringan internet. Berbagai kalangan dapat menarik manfaat dari layanan komputasi awan ini baik sebagai solusi teknologi maupun mendapatkan manfaat ekonomis darinya. Email yang tersedia dalam bentuk web mail merupakan contoh yang sangat kecil dari teknologi komputasi awan. Dengan menggunakan layanan email seperti Gmail dan Yahoo Mail, orang tidak perlu lagi menggunakan Outlook atau aplikasi desktop lainnya untuk email mereka. Membaca email dengan browser memungkinkan dilakukan di mana saja sepanjang ada koneksi internet (Mirashe, S & Kalyankar, 2010).

2.1.1. Defenisi Komputasi Awan

Komputasi awan (cloud computing) adalah sebuah model yang memungkinkan untuk ubiquitous (dimanapun dan kapanpun), nyaman, on-demand akses jaringan ke sumber daya (contoh: jaringan, server, storage, aplikasi, dan layanan) yang dapat dengan cepat dirilis atau ditambahkan. Komputasi awan sebagai suatu layanan teknologi informasi yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna dengan berbasis jaringan/internet. Suatu


(26)

sumber daya, perangkat lunak, informasi dan aplikasi disediakan untuk digunakan oleh komputer lain yang membutuhkan. Komputasi awan mempunyai dua kata “cloud” dan “computing”, cloud yang berarti internet itu sendiri dan computing adalah proses komputasi (Peter & Grance, 2012).

Gambar 2.1. Skema teknologi komputasi awan

Pada tahun 2007, layanan lain termasuk pengolahan kata, spreadsheet, dan presentasi telah dipindahkan ke dalam komputasi awan. Google menyediakan pengolah kata, spreadsheet dan aplikasi presentasi di lingkungan komputasi yang awan dan terintegrasi dengan Gmail dan Google Calendar, menyediakan lingkungan kantor di web (atau di awan). Microsoft dan perusahaan lain juga bereksperimen dengan mengalihkan program-program ke awan untuk membuatnya lebih terjangkau dan lebih mudah diakses oleh pengguna komputer dan internet. Komputasi awan saat ini sangat populer, selain dari pemain besar software seperti Microsoft dan Google, perusahaan lain bermunculan hanya untuk menyediakan layanan berbasis awan sebagai pengganti atau penyempurnaan aplikasi pada PC saat ini (Ercan, 2010). Teknologi komputasi dan teknik pemrograman baru atau teknik pengembangan berubah dengan cepat, tujuan dalam komputasi awan nampaknya akan membuat


(27)

teknologi menjadi sangat mudah dimata user dan menjadikannya sesederhana mungkin. Pengembangan berbasis internet sangat pesat saat ini dengan boomingnya blogging dan microblogging serta layanan jejaring sosial yang bertujuan untuk menemukan cara baru membantu individu dan bisnis untuk dapat berkomunikasi satu sama lain di arena komputasi awan.

Konsep komputasi awan biasanya dianggap sebagai internet. Karena internet sendiri digambarkan sebagai awan (cloud) besar (biasanya dalam skema jaringan, internet dilambangkan sebagai awan) yang berisi sekumpulan komputer yang saling terhubung. Komputasi awan datang sebagai sebuah evolusi yang mengacu pada perkembangan teknologi dan aplikasi lebih dinamis. Dimana terdapat perubahan besar memiliki implikasi yang menyentuh hampir setiap aspek komputasi. Untuk end user, komputasi awan menyediakan sarana untuk meningkatkan layanan baru atau mengalokasikan sumber daya komputasi lebih cepat, berdasarkan kebutuhan bisnis (Ju Su, 2012).

2.1.2. Karakteristik Komputasi Awan

Komputasi awan pada dasarnya adalah satu bentuk pendistribusian data yang memungkinkan pengguna makin meningkatkan kemampuan untuk menyerap begitu banyak sumber daya jaringan komputer melalui internet untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Misalnya, jika seseorang ingin menganalisa pola lalu lintas jalan raya di sebuah negara, mereka dapat meng-upload dan menyimpan data ke dalam 'awan' berupa jaringan komputer yang memiliki banyak server data dan kemudian mempresentasikan hasilnya yang merupakan olahan data dari satu jaringan raksasa. Pada dekade sebelumnya kita sudah mengenal dan menggunakan apa yang disebut komputasi grid, cara lain yang digunakan dalam pendistribusian data oleh pengguna untuk memperoleh olahan data melalui jaringan komputer guna memenuhi kebutuhan data pada pekerjaan mereka. Komputasi awan merupakan evolusi dari komputasi grid, dengan beberapa perbedaan penting. Pada komputasi grid, data yang dikirim ke batch scheduler, yang menempatkan data dalam antrian yang spesifik untuk mengatur sumber daya dari komputer, misalnya pada supercomputer,untuk proses selanjutnya.

Di sisi lain, komputasi awan bisa dengan sangat efektif menekan ukuran data pada saat pendistribusian.Banyak dari platform komputasi awan memungkinkan pengguna untuk mengetahui kapasitas komputasi yang tersedia dari awan, sehingga pekerjaan


(28)

dapat dilakukan lebih cepat. Pengguna juga dapat mengkonfigurasi sebuah 'mesin virtual' yang ada di dalam awan untuk memenuhi kebutuhan dari pekerjaan mereka untuk diselesaikan dengan sebaik mungkin. Saat pengguna telah mengkonfigurasi jenis mesin virtual yang dibutuhkan untuk pekerjaan mereka, mereka bisa segera mengakses berbagai penyedia layanan dan membuat system komputasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang mereka lakukan (Dahal, 2012).

Gambar 2.2. Komputasi awan

Komputasi awan merupakan gaya komputasi dimana sumber daya komputasi mudah untuk didapat dan diakses, mudah digunakan, murah dan langsung dapat dijalankan (Mark & Lozano, 2010) dan menurut Sridhar (2006) komputasi awan memiliki 6 karakteristik sehingga bidang komputasi awan sangat dinamis dan menawarkan ruang untuk teknologi inovatif dan model bisnis. Hal ini jelas bahwa komputasi awan akan mengalami kemajuan yang signifikan dan inovasi dalam beberapa tahun ke depan. Adapun 6 karakteristik komputasi awan adalah sebagai berikut :


(29)

a) Scalable, yaitu kemampuan dalam meningkatkan kapasitas sumber daya sebesar apapun yang diinginkan dengan sangat cepat.

b) Elastic, kemampuan dalam menyesuaikan jumlah sumberdaya yang sesuai dengan yang dibutuhkan secara cepat. Dengan kemampuan ini jumlah sumberdaya dapat diturunkan atau dinaikkan sesuai dengan kebutuhan yang disesuaikan dengan perkembangan pasar.

c) Self-Service, kemampuan komputasi awan dalam melayani dirinya sendiri. Dengan ini kita tidak harus memikirkan waktu dan biaya yang digunakan untuk melakukan perawatan baik hardware ataupun software yang semuanya sudah ditangani oleh vendor sebagai pelaku bisnis penyedia layanan komputasi awan.

d) Ubiquitous Access, kemampuan untuk dapat diakses dimanapun. Karena komputasi awan berbasiskan web, maka dia bisa diakses dimanapun asal tetap terkoneksi dengan internet dan untuk mengaksesnya tidak hanya terbatas pada PC atau laptop, dengan mobile atau smart phone juga bisa. Sehingga menjadikannya dapat diakses dimanapun kita berada.

e) Complete Virtualization, kemampuan untuk menggabungkan banyak sumber daya menjadi seolah-olah hanya sebuah server tunggal. Sehingga tidak peduli seberapa besar skala komputasi awan (cloud computing) yang ada, tetap akan mudah dioperasikan dan mudah untuk dikembangkan aplikasinya.

f) Relative Consistency, yaitu kemampuan untuk selalu konsisten dalam menghasilkan layanan, karena komputasi awan dibangun dari bermacam-macam komponen sehingga tidak tergantung hanya dengan satu komponen atau brand tertentu.

2.1.3. Model Layanan Komputasi Awan

Di dalam komputasi awan terdapat 3 model layanan utama (Mark & Lozano, 2010) yaitu :

1) Infrastructure as a Service (IaaS)

Model aplikasi yang paling luas cakupannya yaitu Infrastructure as a Service ( IaaS) yang meliputi penyediaan layanan infrastruktur secara terintegrasi. Pada prinsip tekniknya, vendor menyediakan virtual server dengan IP address yang unik bagi user. User dapat menggunakan Application Program Interface


(30)

(API) milik vendor untuk memulai, menghentikan, mengakses dan melakukan konfirgurasi virtual server dan media storage-nya. Media storage disini dapat bersifat fisik berupa hardware maupun virtual (Sridhar, 2009). Sasaran model layanan ini adalah di tingkatan korporasi karena adanya efesiensi biaya dalam penggunaan infrastruktur berbasis virtual server ini. Contoh IaaS diantaranya adalah Google, IBM, dan AmazonEC2.

2) Software as a Service (SaaS)

Software as a Service berarti aplikasi yang tersedia bagi user dalam bentuk layanan berbasis sesuai kebutuhan user (on-demand). Jadi, dengan pengaplikasian model ini, user tidak perlu lagi membeli lisensi dan melakukan instalasi untuk sebuah aplikasi, tetapi cukup membayar biaya sesuai dengan pemakaiannya saja (pay per used). Secara teknis, model aplikasi ini memanfaatkan web-based interface yang diakses melalui browser dan berbasis teknologi Web 2.0 (Robbins, 2009). Contoh SaaS ini adalah Google Docs. SaaS ini merupakan model aplikasi komputasi awan yang sasarannya difokuskan pada user individual.

3) Platform as a Service (PaaS)

Jika SaaS merupakan model layanan yang fokusnya pada application using, maka fokus dari Platform as a Service (PaaS) mengacu pada application development. Sasaran model layanan ini adalah para programmer dan application developer. Karena dalam model ini, vendor menyediakan layanan yang berupa serangkaian perangkat lunak dan alat-alat pengembangan produk yang tersedia pada infrastrukrur vendor sehingga developer dapat menciptakan aplikasi pada platform vendor melalui internet. Contoh PaaS diantaranya adalah Google App Engine, Windows Live dan Force.com (Cleveland, 2009). Model-model layanan komputasi awan mampu memberikan dukungan teknologi yang baik, nyaman dan berkualitas serta stabil bagi penggunanya (Buyya, et al. 2009).


(31)

2.1.4. Model Penyebaran Komputasi Awan

Seperti yang telah direkomendasikan oleh National Institute of Standards and Technology (NIST), dan sebagian besar organisasi berfokus pada memanfaatkan komputasi awan untuk memotong pengeluaran modal dan mengendalikan biaya operasi, ada pertumbuhan yang agresif dalam bisnis untuk mengadopsi teknologi komputasi awan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami kebutuhan sebelum memilih untuk berbagai model penyebaran yang tersedia di awan. Komputasi awan menawarkan 4 model penyebaran (Deployment Models), diantaranya adalah :

1) Private Cloud. Infrastruktur awan yang semata-mata dioperasikan bagi suatu perusahaan. Dan ini biasanya dikelola oleh pihak ketiga.

2) Community Cloud. Infrastruktur awan bersama oleh beberapa organisasi dan mendukung komunitas tertentu yang concern dalam berbagi (online sharing). 3) Public Cloud. Infrastruktur awan dibuat untuk umum atau kelompok industri

besar dan dimiliki oleh penyedia layanan komputasi awan (vendor).

4) Hybrid Cloud. Infrastruktur awan yang mengkomposisikan dua atau lebih cloud (antara private, community dan public ) saling terintegrasi (Al-Zoube, 2009).

2.2. Web 2.0

2.2.1. Defenisi Web 2.0

Inovasi dalam dunia web semakin mengalami perkembangan yang berarti, ini dibuktikan dengan adanya teknologi Web 2.0 yang dikembangkan sekitar tahun 2004. Menurut Tim O’Reilly, 2005, Web 2.0 dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Web 2.0 adalah revolusi bisnis di industri komputer yang disebabkan oleh penggunaan internet sebagai platform, dan merupakan suatu percobaan untuk memahami berbagai aturan untuk mencapai keberhasilan pada platform baru tersebut. Salah satu aturan utama adalah membangun aplikasi yang mengeksploitasi efek jaringan untuk mendapatkan lebih banyak lagi pengguna aplikasi tersebut”.

Sifat dari web 2.0 adalah read write. Dalam aplikasi Web 2.0, terdapat hubungan yang saling berjejaring antara pemilik maupun pembaca, bahkan pengguna sebagai pembaca adalah fokus. Adapun teknik yang digunakan adalah:

1. CSS (Cascading Style Sheet) untuk bahan isi dan presentasi serta mempercantik desain.


(32)

2. Falksonomi (metoda penandaan content dimana dengan konsep ini dimunculkan kata-kata yang berkaitan dengan content tersebut).

3. XML (eXtensible Markup Language) yang digunakan untuk mendefinisikan format data.

4. Teknik Aplikasi Internet.

5. HTML dan XHTML (eXtensible HyperText Markup Language). 6. Weblog-publishing tools.

7. Wiki atau forum software, dll.

8. JavaScript untuk membuat tampilan yang dinamis,

9. Teknologi penggabungan dari JavaScript dan XML saat ini yang marak disebut dengan AJAX (Asynchorous JavaScript And XML) yang menekankan pada pengelolaan content dalam website adalah suatu teknik pemrograman berbasis web untuk menciptakan aplikasi web yang interaktif. Tujuannya adalah untuk memindahkan sebagian besar interaksi pada komputer web surfer, melakukan pertukaran data dengan server di belakang layar, sehingga halaman web tidak harus dibaca ulang secara keseluruhan setiap kali seorang pengguna melakukan perubahan (Nughutham, 2012).

2.2.2. Karakteristik Web 2.0

Kemudahan berinteraksi antara user dengan sistem merupakan tujuan dibangunnya teknologi Web 2.0. Interaksi tersebut tentunya harus diimbangi dengan kecepatan untuk mengakses, oleh karena itu diperlukan suatu bandwith yang cukup untuk loading data. Loading data tersebut dilakukan saat pertama kali membuka situs, data-data tersebut antara lain CSS, JavaScript, dan XML. Salah satu karakteristiknya adalah adanya dukungan pada pemrograman yang sederhana dan ide akan web service atau RSS. Ketersediaan RSS akan menciptakan kemudahan untuk diremix oleh website lain dengan menggunakan tampilannya masing-masing dan dukungan pemrograman yang sederhana. Adanya kemajuan inovasi pada antar-muka di sisi pengguna merupakan karakter dari Web 2.0. Dukungan AJAX yang menggabungkan HTML, CSS, Javascript, dan XML pada Yahoo!Mail Beta dan Gmail membuat pengguna merasakan nilai lebih dari sekedar situs penyedia e-mail. Kombinasi media komunikasi seperti Instant Messenger (IM) dan Voice over IP (VoIP) akan semakin memperkuat karakter Web 2.0 di dalam situs tersebut (Mansor, 2012).


(33)

2.2.3. Perkembangan Web 2.0

Perkembangan web 2.0 lebih menekankan pada perubahan cara berpikir dalam menyajikan konten dan tampilan di dalam sebuah website. Dalam perkembangannya Web 2.0 diaplikasikan sebagai bentuk penyajian halaman web yang bersifat sebagai program desktop pada umumnya seperti Windows. Fungsi-fungsi pada penerapannya sudah bersifat seperti desktop, seperti drag and drop, auto-complete, serta fungsi lainnya. Aplikasi Web 2.0 disajikan secara penuh dalam suatu web browser tanpa membutuhkan teknologi perangkat yang canggih dari sisi user. Tidak mengherankan bila suatu aplikasi (software) dapat diakses secara online tanpa harus menginstalnya terlebih dahulu. Software tersebut misalnya software pengolah kata (seperti MS Word) atau software pengolah angka (seperti MS Excel) (Ju Su, 2012).

Teknologi ke depan suatu software berbasisi web tidak lagi dijual melainkan suatu fasilitas gratis yang dapat digunakan setiap waktu. Permasalahan manajemen file juga tidak merepotkan, bahkan file dapat disimpan dan juga dapat di-sharing dengan user lain. Implementasi dari teknologi Web 2.0 dapat dilihat pada aplikasi spreadrsheet pada Google yang merupakan aplikasi untuk operasi mengolah angka seperti MS Excel. Aplikasi ini dapat dilihat pada , tentunya aplikasi tersebut membutuhkan suatu akun Google untuk memasukinya.

Menurut Ju Su, 2012, suatu web 2.0 biasanya digunakan sebagai akhir dari siklus peluncuran produk software, mengilustrasikan setiap produsen software tidak lagi meluncurkan produknya dalam bentuk fisik. Karena web menjadi platform, pengguna cukup datang ke website untuk menjalankan aplikasi yang ingin mereka gunakan. Hasil dari pengembangan fitur di dalam software dapat langsung dirasakan oleh pengguna. Software tidak lagi dijual sebagai produk namun berupa layanan (service).

Aplikasi web 2.0 yaitu suatu raksasa seach engine yang sekarang banyak dipakai oleh para praktisi atau user yang mengalahkan kedigjayaan Yahoo, yaitu Google. Jadi kesimpulannya web 2.0 pada umumnya suatu teknologi yang gratis atau yang lebih dikenal dengan sebutan Open Source, dan murni menggunakan web base, dan sangat memudahkan untuk share atau upload dan download data (Nugultham, 2012).


(34)

2.3. Kolaborasi Penelitian

Selama beberapa tahun terakhir telah terjadi peningkatan minat antara peneliti dalam kebijakan-kebijakan ilmu pengetahuan, yaitu dalam gagasan penelitian kolaborasi. Sekarang secara luas diasumsikan bahwa kolaborasi penelitian merupakan penelitian yang ideal dan harus didorong perkembangannya. Banyak inisiatif dicari untuk pengembangan kolaborasi antara individu peneliti, membawa mereka bersama dalam suatu kolaborasi penelitian, misalnya dalam satu kelompok penelitian atau satu disiplin ilmu. Ada juga kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan hubungan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan penelitian kolaborasi lintas sektor, seperti antara universitas dengan industri. Selain itu, banyak pemerintahan dalam suatu negara juga mulai melibatkan diri untuk berkolaborasi dalam penelitian tingkat internasional, mendukung peneliti untuk melakukan kolaborasi penelitian. Pemerintah meyakini dengan penelitian kolaborasi akan menghemat biaya dan memperoleh keuntungan yang banyak (Delen & Demirkan, 2012).

Menurut Tim O’Rielly, 2005, secara implisit, antusiasme pada penelitian kolaborasi dan kebijakan-kebijakan ditujukan untuk membina sejumlah asumsi berupa:

1. Bahwa konsep “penelitian kolaborasi” wajib dipahami

2. Menghadapi fenomena kolaborasi antar individu, kelompok, institusi, bidang dan negara.

3. Mencari cara mengukur tingkat dari kolaborasi dan menentukan berlaku atau tidak hasil tersebut terhadap suatu kebijakan tertentu.

4. Penelitian kolaborasi sebenarnya lebih baik untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pengembangan hasil-hasil penelitian lebih efektif.

2.3.1. Defenisi Kolaborasi Penelitian

Menurut defenisi kamus, kolaborasi adalah bekerja sama dari individu untuk mencapai tujuan umum bersama. Dengan demikian, penelitian kolaborasi didefinisikan sebagai kerja sama peneliti untuk mencapai tujuan bersama, menghasilkan ilmu pengetahuan yang baru. Namun, hal ini akan menimbulkan pertanyaan, bagaimana penelitian kolaborasi dapat bekerja secara bersama terkhusus dalam suatu komunitas penelitian yang besar, seperti penelitian internasional. Dalam suatu kondisi yang ekstrim tidak bias disangkal bahwa penelitian internasional


(35)

merupakan suatu kolaborasi besar. Bahwa dasar dari suatu penelitian adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara global, para peneliti bekerja bersama untuk meningkatkan ilmu pengetahuan. Para peneliti saling bertukar pikiran tentang percobaan yang akan dilakukan selanjutnya, menguji hipotesa-hipotesa, membangun intrumentasi baru, menemukan hubungan antara hasil eksperimen dan model secara teoritis, dst. Dalam hal ini, antara anggota dalam kelompok penelitian tidak hanya akan berbicara tetapi juga meminta saran dan bantuan dari peneliti-peneliti lain (Katz, 1995).

Defenisi kolaborasi penelitian menurut Katz, 1995 adalah suatu kemungkinan yang menyertakan suatu “kolabolator” yaitu seseorang yang menyediakan masukan pada bagian tertentu dalam suatu penelitian. Defenisi ini lemah, karena akan memunculkan banyak kolabolator yang akan terlalu luas dari tujuan praktis. Namun secara keseluruhan dari defenisi tersebut diperoleh sebuah defenisi yang kuat yaitu kolaborasi penelitian adalah peneliti-peneliti yang hanya memberikan kontribusi secara langsung kepada tugas-tugas dalam proyek penelitian dalam durasi waktu tertentu, disebut sebagai kolabolator (Gholami, et al. 2009).

Gambar 2.3. Jumlah penelitian yang dipublikasikan

Berdasarkan gambar 2.3. diatas, menjelaskan hasil survei Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI) pada tahun 2004, tentang jumlah hasil penelitian yang terpublikasikan. Indonesia berada diperingkat paling akhir, setelah Negara VVietnam dan Malaysia. 5781 2397 2380 83484 57740 24417 23336 453 460 Singapura Thailand Malaysia Jepang Cina Korea India Vietnam Indonesia

Jumlah penelitian yang terpublish


(36)

2.3.2. Manfaat dan Biaya Kolaborasi Penelitian

Penelitian yang modern semakin kompleks dan menuntut keterampilan yang luas. Jarang ada individu peneliti yang menguasai banyak keterampilan dan ilmu pengetahuan. Prinsipnya peneliti harus bisa belajar untuk memperoleh teknik atau pengetahuan untuk memecahkan permasalahan tertentu, tetapi hal ini akan memakan waktu yang lama. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan ada kemungkinan yang besar antara mereka untuk memiliki tekhnik atau pengetahuan yang diperlukan. Manfaat pertama dari kolaborasi penelitian adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan, keterampilan dan tekhnik. Kolaborasi penelitian juga bermanfaat untuk menambah efektifitas dari keterampilan yang dimiliki oleh setiap peneliti (Gholami, et al. 2009).

Manfaat yang kedua dari penelitian kolaborasi terkait manfaat transfer ilmu pengetahuan atau keterampilan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, seorang individu akan memakan waktu yang banyak untuk terus memperbaharui pengetahuan dan melatih keterampilan mereka. Selain itu tidak semua rincian kemajuan ilmu pengetahuan terbaru didokumentasikan. Banyak peneliti tidak memiliki waktu untuk membahas secara detail tentang temuan mereka dalam suatu publikasi ilmiah. Oleh karena itu sering waktu berlalu, temuan yang baru tidak terpublikasikan kepada masyarakat. Penelitian kolaborasi merupakan salah satu cara mentransfer pengetahuan yang baru. Penelitian tidak hanya membutuhkan berbagi dalam hal ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga keterampilan sosial dan manajemen yang diperlukan untuk bekerja sebagai bahan untuk kerjasama tim (Suciu, et al. 2012).

Ketiga, penelitian kolaboratif dapat menimbulkan benturan pandangan, persilangan ide pemikiran yang akan mengubah dan menghasilkan wawasan baru atau perspektif yang mungkin tidak dipahami secara cepat dengan melakukan penelitian secara individual (Lundberg, et al., 2006). Kolaborasi penelitian akan menjadi sumber stimulasi dan kreativitas, karena bidang-bidang yang dibahas akan lebih besar dan luas. Manfaat tersebut akan diperoleh ketika penelitian kolaborasi melibatkan mitra peneliti dari disiplin ilmu yang berbeda. Namun kesulitan untuk bekerja secara produktif bersama-sama sering terkendala masalah biaya (Gholami, et al. 2009).

Manfaat keempat kolaborasi penelitian dapat memberikan pendampingan intelektual, menjadi lapangan pekerjaan bagi para peneliti, menyelidiki proyek penelitian yang masih sedikit batas-batas ilmu pengetahuan dan keterampilan yang


(37)

kurang. Seorang peneliti dapat mengatasi bagian dari isolasi intelektual melalui kolaborasi dengan peneliti lain, membentuk hubungan kerja dan mungkin lebih pribadi dengan peneliti lain (Ju Su, 2012).

Selain itu manfaat dari bekerja dengan peneliti lain tidak terbatas pada hubungan dengan kolabolator secara langsung, penelitian kolaborasi juga memiliki efek memasukkan peneliti ke jaringan yang luas pada kontak komunitas ilmiah. Seorang peneliti mungkin hanya memiliki kontak dengan 50-100 peneliti lain di bidangnya di seluruh duniayang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi dan dan saran. Oleh karena itu berkolaborasi dengan peneliti lain dalam lembaga lain dapat memperluas jaringan peneliti tersebut (Sliman, et al. 2013).

Penelitian kolaborasi dapat meningkatkan potensi visibiltas pekerjaan, menggunakan jaringan mitra kolaborasi, kolabolator dapat berdifusi dengan temuan mereka baik secara formal ( misalnya, pra-cetak, seminar, atau presentasi konferensi) atau melalui diskusi informal. Para kolabolator penelitian akan mengambil suatu keputusan dan mempublikasikan hasil temuan mereka. Setelah terbit akan memudahkan pencarian kepustakaan dengan memidai karya yang dihasilkan oleh salah satu penulis yang berkolaborasi untuk dijadikan bahan acuan referensi karya ilmiah. Jika karya penelitian sering dikutip oleh orang lain akan memberikan dampak yang lebih besar (Sliman, 2013).

Hasil dari kolaborasi penelitian secara prinsip lebih efektif. Namun kolaborasi penelitian memerlukan biaya tertentu. Hal ini terdiri dari berbagai bentuk. Pertama, bentuk finansial, meskipun pendanaan penelitian kolaborasi sering berasal dari lembaga pendanaan penelitian, namun disisi lain masih memerlukan biaya tambahan lain. Seperti kolaborasi penelitian antar lembaga, lintas sektor, dan kolaborasi penelitian internasional memerlukan biaya perjalanan dan biaya hidup yang dikeluarkan peneliti berpindah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Peralatan dan material yang mungkin diangkut juga membutuhkan biaya, teknisi jika peralatan rusak juga membutuhkan biaya lebih lanjut (Katz, 1995).

Kedua, kolaborasi penelitian juga mengeluarkan biaya tertentu dalam segi waktu. Bagi banyak peneliti dalam waktu sekarang ini sangat menghargai waktu dibanding dana uang sebenarnya. Waktu yang diperlukan mulai dari persiapan penyusunan proposal, pencarian sponsor, rintangan masalah dalam penelitian dan perencanaan pendekatan memulai penelitian. Bagian penelitian yang berbeda mungkin dilakukan di


(38)

lokasi yang berbeda, selain biaya dana juga menghabiskan waktu. Waktu juga dikeluarkan dalam menjaga komunikasi antar kolabotor, memberi tahu tentang kemajuan serta memutuskan pekerjaan yang selanjutnya dilakukan. Perbedaan pendapat sering tidak terelakkan dan waktu juga akan dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan secara damai. Selain pengeluaran biaya langsung waktu, ada juga biaya waktu yang tidak langsung, seperti waktu pemulihan efek dari perjalanan jauh saat penelitian, waktu penyesuaian bekerja di tempat penelitian yang baru, dan hubungan pribadi antara kolabolator (Katz, 1995).

2.4. Riset Terkait

Hasil dari penelitian terkait yang telah dihimpun untuk mencari informasi teknologi komputasi awan atau yang berhubungan penelitian. Kemudian penulis melakukan literature review dan hasilnya akan dikategorikan, dicari persamaan dan perbedaannya, dan dapat dideteksi kelemahan dan kelebihannya. Beberapa penelitian yang terkait akan dibahas sebagai berikut:

Bubendorfer, K dan Chard, J (2011) menggunakan model SoCC (Social of Collaborative Cloud) dengan pendekatan kolaborasi online. Menggunakan SoCC sebagai sebuah platform dari aplikasi sosial media Facebook.

Katz, S dan Martin, B (1977) menjelaskan manfaat dari penelitian kolaborasi. Terjadi peningkatan fenomena produktivitas dari penelitian kolaborasi antar individu, kelompok, institusi, bidang dan negara.

Buyya, et al. (2008) dalam penelitianya menjelaskan sistem komputasi awan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat dalam kegiatan bisnis e-market dan perdagangan secara global.

Thomas, (2011) meneliti sebuah aplikasi the Scholarship of Teaching and Learning (SoTL) dan menjelaskan potensial pengembangan komputasi awan di bidang pendidikan, sarana kolaborasi diantara tenaga pendidik dan meraih ide dari SoTL.

Mauch, et al. (2011) meneliti kecepatan kinerja aplikasi komputasi awan berbasis IaaS (Infrastruktur as a service) yang mampu mereduksi biaya dan lebih fleksibel. Dengan model HPC2 dimana virtualization yaitu kemampuan untuk menggabungkan banyak sumber daya menjadi seolah-olah hanya sebuah server tunggal.


(39)

Suciu, et all. (2012) menggunakan model SlapOS berbasis open source, penelitian ini menghasilkan model kolaborasi online seperti wikipedia dan moodle.

Darmaji, P & Ranti, B (2011) meneliti dengan mengkombinasikan metode EVA (Economic Value Added) dan Ranti’s Generic IS/IT untuk memudahkan dalam melakukan kajian manfaat ekonomis dari suatu investasi IT dengan kerangka acuan implementasi teknologi cloud computing.

Lunberg, et.al (2006) meneliti tentang pentingnya kolaborasi penelitian antara universitas dan perusahaan-perusahaan industri. Hasil penelitian berguna untuk pengembangan suatu perusahaan sebagai sponsor penelitian, sekaligus menambah temuan ilmu pengetahuan terbaru.

Rifai, A (2011) membangun sebuah pola community empowerment melalui pendidikan teknologi dengan berkonsentrasi pada bottom up community based development dari infrasktruktur telekomunikasi/internet bagi pemerintah, serta menghasilkan rancangan dan menerapkan system transfer knowlegde berbasis komputasi awan.

Sliman, et al. (2013) hasil penelitian mereka menggunakan model “RunMyCode” yang merupakan suatu sistem berbasis komputasi awan Simulation as a Service menghasilkan simulasi virtual.

Lai, et al. (2012), penelitian ini menjelaskan tentang efektivitas layanan komputasi awan model KaaS (the knowledge as a service) yang memfasilitasi proses komunikasi pertukaran data dalam jaringan. KaaS merupakan kerangka dari komputasi awan yang bertujuan mengembangkan kolaborasi jaringan data dalam layanan industri kesehatan. Penelitian ini berhasil menginvestigasi informasi yang penting dan rahasia dari hasil rekam medis setiap pasien. Data tersimpan secara rahasia dan bisa dipergunakan untuk kolaborasi antara disiplin ilmu dalam dunia medis.

Sultan, N (2012), pada penelitian ini membahas bagaimana perkembangan teknologi komputasi awan dan web 2.0 merupakan inovasi terbaru yang terapkan sebagai pengganti KMS (Knowledge Management System), dimana model KMS selama ini merupakan sistem yang masih manual dan berskala kecil.

Jun Su, et al. (2012), penelitian tentang e-commerce yang semakin sengit dan dibutuhkan. Penelitian ini menggambarkan REST (Representational State Transfer) berdasarkan pemanfaatan teknologi web service dan web 2.0. Memberikan informasi


(40)

platform untuk kolaborasi perkembangan produk yang bersaing, lebih efesien yang menjadi sumber informasi, mudah, lebih cepat, murah dan tingkat kualitas lebih tinggi. Pocatilu, et al. (2009), penelitian ini membahas manfaat-manfaat dari layanan e-learning jika diterapkan pada suatu institusi pendidikan. Manfaat dari segi biaya operasional, aplikasi yang murah, peralatan hardware dan software yang minimal, kemudahan aplikasi dan sistem recovery data yang tidak akan hilang jika terjadi tubrukan data.

Ercan, T (2010) meneliti komputasi awan sebagai perkembangan teknologi yang menarik sebagai alternatif yang signifikan untuk bidang pendidikan saat ini. Siswa dan tenaga administrasi memiliki kesempatan untuk cepat dan ekonomis mengakses berbagai platform aplikasi dan sumber daya melalui halaman web on-demand. Ini secara otomatis mengurangi biaya pengeluaran dan menawarkan kemampuan fungsional yang lebih kuat. Ini akan membantu kita meninjau ulang status dan pertimbangan untuk mengadopsi teknologi cloud.

Berikut tabel penelitian-penelitian yang berkaitan dengan komputasi awan untuk kolaborasi online:

Tabel 2.1. Riset Terkait

No Judul Penelitian Nama Peneliti dan Tahun

1. A social cloud for public e-research Kris Bubendorfer, K .Jhon,

K.Chard. 2011

2. What is research collaboration ? J.Sylvan Katz, Ben R.Martin. 1997

3. Cloud computing and emerging IT

platforms: vision, hype, and reality for delivering computing as the 5th utility.

Rajkumar Buyya, Chee Shin Yeo, Srikumar Venugopal, James Broberg, Ivona Brandic. 2008

4. Cloud Computing : A Potensial

Paradigm for Practising the Scholarship of Teaching and Learning

Thomas P. Y. 2011

5. High performance cloud computing Viktor Mauch, Marcel Kunze,

Marius Hillenbrand. 2011

6. Platform for online collaboration and

e-learning in open source distributed cloud system.

George Suciu, Traian Militaru, Cristian George Cernat, Gyorgy Todoran, Vlad Andrei Peonaru.


(41)

2012 7. Analisis kelayakan ekonomis cloud

computing pada lembaga keuangan mikro di Indonesia dengan metode Ranti’s Generic IS/IT Bussiness value dan Economic value added

Pamela Darmaji, Benny Ranti. 2011

8. Collaboration uncovered: Exploring the

adequacy of measuring university-industry collaboration

through co-authorship and funding

Jonas Lundberg, Goran Tomson, Inger Lundkvist, Jhon Skar, Mats Brommels. 2006

9. Komputasi awan dalam membangun Portal Knowledge Management untuk mendorong implementasi E-Goverment

Ahmad Rifai ZA. 2011

10. A New Collaborative and Cloud Based

Simulation as a Service Platform: Towards a multidisciplinary research simulation support

Layth Sliman, Benoit Charroux, Yvan Stroppa. 2013

11. Knowledge cloud system for network

collaboration: A case study in medical service industry in China

Ivan K.W Lai, Sidney K.T. Tam, Michael F.S. Chan. 2012

12. Knowledge management in the age of

cloud computing and web 2.0 : Experiencing the power of disruptive innovations

Nabil Sultan. 2012

13. Enabling successful Collaboration 2.0: A Rest-based Web Service and Web 2.0 technology oriented information platform for collaborative product development

Chuan- Jun Su, Chang-Yu Chiang, 2012

14. E-learning on the Cloud Mohammed Al-Zoube, 2009

15. Using Cloud Computing for E-learning

System

Paul Pocatilu, Felician alecu, dkk. 2009

16. Effective use of cloud computing in

educational institution


(42)

2.5. Perbedaan dengan Riset Lain

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah pada penelitian ini penulis akan memaparkan konsep model layanan komputasi awan kolaborasi online IaaS dan melakukan penerapan aplikasinya pada WMCloud Project yang telah dilakukan uji coba oleh penulis sendiri dalam melakukan penelitian ini. Adopsi teknologi komputasi awan yang mana yang akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap para peneliti lain dalam melakukan aktivitas kolaborasi penelitian secara online.

2.6. Kontribusi Riset

Hasil dari penelitian ini penulis mengharapkan model layanan komputasi awan yang diteliti mampu memberikan rekomendasi bagi para peneliti yang selalu melakukan aktivitas penelitian secara kolaborasi multidisiplin lintas jarak dan mengembangkan infrastruktur berbasis awan yang telah dioptimalkan untuk wilayah yang luas. Infrastruktur komputasi awan mempercepat adopsi inovasi teknologi yang berbeda dalam dunia akademis.


(43)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan metode analisis dan metode perancangan. Oleh karena itu, metodologi penelitian ini terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :

1. Metode Analisis

Metode analisis yang akan digunakan adalah studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari jurnal-jurnal ilmiah, buku, artikel, internet dan publikasi ilmiah dari penelitian teknologi komputasi awan untuk mendapatkan landasan dasar penulisan tesis.

2. Metode Perancangan

Metode perancangan yang digunakan adalah metode waterfall. Metode ini terdiri dari beberapa fase yang dikerjakan secara beruntun untuk membangun suatu aplikasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan antara lain :

1. Application requirements defenition and analysis

Merupakan proses analisa dan pengumpulan kebutuhan dari aplikasi yang ingin dibuat. Kebutuhan dari aplikasi tersebut harus dibahas dan didokumentasikan bersama-sama dengan pengguna. Pengumpulan kebutuhan menggunakan metode studi literatur.

2. System and Application design

Mendesign alur kerja dari aplikasi yang akan dibuat. 3. Implementation and unit testing


(44)

dari bahasa pemograman yang sesuai dengan kriteria dari aplikasi yang akan dibuat.

4. Integration and system testing

Setelah menyelesaikan kode-kode bahasa pemograman dari tahapan sebelumnya maka dilakukan ujicoba terhadap aplikasi tersebut. Uji coba dipusatkan terhadap error atau bugs yang memungkinkan terjadi akibat kesalahan penggunaan syntax. Setelah ujicoba selesai dilakukan diharapkan aplikasi dapat memberikan hasil yang benar sesuai dengan kebutuhan mendukung kolaborasi online dengan pemanfaatan layanan komputasi awan.

5. Analyzing

Karena penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu model layanan komputasi kolaborasi online dan kemudian menerapkannya pada aplikasi WMCloud Project secara online maka pada tahapan ini peneliti melakukan identifikasi dan melakukan penggambaran kualitas dari pemanfaatan teknologi komputasi awan mendukung kegiatan kolaborasi secara online. 6. Operation and maintenance

Sejalan dengan pemakaian aplikasi, perubahan akan terjadi karena harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan IPTEK yang semakin berkembang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perawatan dan pengembangan dalam periode waktu tertentu untuk menyesuaikan perubahan kebutuhan yang terjadi.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan secara online. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan penelitian ini selama 12 bulan yang dimulai pada Maret 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.

3.3. Alat dan Bahan Penelitian

Untuk mendukung penelitian ini digunakan beberapa peralatan baik perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) serta data trafik perkembangan teknologi komputasi awan.


(45)

3.2.1. Alat Penelitian

Pada penelitian ini digunakan alat penelitian berupa perangkat lunak dan perangkat keras sebagai berikut :

a. Perangkat lunak, yaitu aplikasi adobe photoshop, framework codeigniter (merupakan bahasa programming) dan web hosting sebagai layanan cloud. b. Perangkat Keras, Hardware (Processor Intel Core i3-3120M CPU 2.50GHz;

RAM 2048 MB; Harddisk 500 GB).

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data yang dikumpulkan mengenai perkembangan pemanfaatan teknologi komputasi awan untuk melihat jenis-jenis model layanan dalam menentukan prioritas layanan yang tepat untuk mendukung kolaborasi secara online.

Menurut Pimple (2005), kolaborasi penelitian adalah setiap aktivitas proyek penelitian yang melibatkan peneliti lain. Sebuah proyek penelitian yang bersifat multidisiplin atau berskala besar pada umumnya akan melibatkan lebih dari satu peneliti sesuai dengan tujuan dan sasaran dari penelitian yang akan dilakukan. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan melalui kolaborasi online diantaranya sharing ide, sharing data, metodologi, literature hingga pada penulisan hasil laporan penelitian dan publikasi. Dalam perkembangan teknologi informasi, kolaborasi penelitian tidak hanya antara individu dan instansi saja namun akan terus meluas pada jaringan komunitas yang jauh lebih besar. Teknologi komputasi awan merupakan pengembangan dari Web 2.0 yang menekankan pada online sharing dan collaboration. Sesuai dengan penelitian sebelumnya setidaknya sebuah tool dapat dipergunakan untuk kepentingan kolaborasi karena memiliki 4 fungsi utama, yaitu : web-enabled calender, electronic notebook, repository tools dan database. Web-enabled calender memiliki fungsi untuk sharing agenda dan milestones research, electronic notebook fungsinya sebagai sharing document dan tracking research progress, sedangkan repository tools dan database untuk menyimpan semua dokumen yang terkait selama pelaksanaan kolaborasi penelitian yang sedang atau sudah dilakukan. Maka dari hasil eksplorasi dan penelitian terkait maka penulis mencoba mengimplementasikan teknologi komputasi awan sebagai model kolaborasi online pada aplikasi WMCloud


(46)

project yang cukup potensial sebagai rekomendasi untuk dipergunakan oleh para peneliti dalam melakukan kolaborasi penelitian yang multidisiplin.

3.4. Kerangka Kerja Penelitian

Berikut kerangka kerja yang digunakan sebagai langkah-langkah dalam penyelesaian permasalahan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah secara keseluruhan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

Gambar 3.1. Kerangka Kerja Penelitian

Seperti Gambar 3.1 bahwa mekanisme kerangka kerja penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data dilakukan melalui jurnal ilmiah, publikasi ilmiah dari penelitian teknologi komputasi awan yang telah dilakukan oleh peneliti – peneliti sebelumnya. Melakukan eksplorasi online melalui situs jurnal online seperti IEEE Xplore (The Institute of Electrical and Electronics Engineers),

ScienceDirect, Elsevier, IJARCSSE

(International Journal of Advanced Research in Computer Science and Software Engineering) dan search engine.

2. Identifikasi kebutuhan model layanan yang akan dipergunakan dalam penelitian. Satu proyek penelitian akan melibatkan banyak peneliti untuk melakukan penelitian secara bersama atau berkolaborasi. Sehingga para

Pengumpulan Data & Informasi

Identifikasi Kebutuhan

Pengembangan & Perancangan Model Layanan

Ujicoba Aplikasi


(47)

peneliti dapat berpikir kritis dan mencari cara terbaru secara efektif untuk memanfaatkan teknologi untuk mendukung penelitiannya.

3. Membangun infrastruktur aplikasi WMCloud project berbasis web mendukung aktivitas kolaborasi online. WMCloud Project merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh peneliti dengan pemanfaatan teknologi komputasi awan.

Gambar 3.2. Antaramuka model aplikasi WMCloud Project

4. Melakukan ujicoba aplikasi WMCloud project yang sudah dikembangkan peneliti secara online. Peneliti membandingkan penggunakan aplikasi WMCloud project dengan tools yang sudah dipakai sebelumnya seperti Skydrive, Dropbox, Google Apps.

5. Melakukan analisis hasil aplikasi WMCloud project terhadap implementasi aplikasi kolaborasi online.

Berikut gambar 3.3 Merupakan peta jalan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hasil penelitian dari publikasi jurnal yang berkaitan tentang komputasi awan, peneliti mengembangkan suatu model baru kolaborasi online dari pemanfaatan teknologi komputasi awan yaitu dengan layanan IaaS (Infrastructure as a service) pada aplikasi WMCloud project.


(48)

Gambar 3.3. Peta Jalan Penelitian PETA JALAN PENELITIAN

MODEL LAYANAN KOMPUTASI AWAN

Eksplorasi online melalui web dan search Model Layanan Komputasi Awan Kolaborasi Online dengan Infrastructure RENCAN A ARAH PENELITIA N YANG PENELITIA N YANG

Publikasi jurnal yang berkaitan tentang

komputasi awan Kris Bubendorfer et al. 2011

Deris Setiawan, (2001) Achmad Mardiansyah, Kajian literatur terhadap beberapa jurnal Terdapat klasifika si Publikasi Pendukung Penelitian

Kris Bubendorfer et 2011

P.Y. Thomas, (2011)

Tuncay Ercan, (2010

Pendekatan Metode Analisis : Menjelaskan tentang

beberapa model dan strategi, merumuskan

d l d t i

Terhasiln ya model komputas Deris Setiawan, (2001) Achmad Mardiansyah, (2009)

Kajian literatur terhadap beberapa penelitian sebelumnya yang terkait dengan prosedur dan evaluasi.

Pendekatan Kuantatif :

Terhasilnya satu model aplikasi layanan kolaborasi


(49)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penulis melakukan implementasi teknologi komputasi awan kolaborasi online dengan melakukan pengembangan dan pemanfaatan aplikasi WMCloud Project. Untuk pengujian sistem kolaborasi online penulis mencoba menerapkannya untuk directory data dan pengerjaan bimbingan tesis selama penelitian dengan mengacu pada panduan dan sistem yang telah dibangun sebelumnya. Dimana antara satu peneliti dengan peneliti lain dapat berikteraksi secara interaktif di dalam sistem ini, melakukan dokumentasi dan menginventarisasi semua data penelitian. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sistem pendukung para peneliti dalam melakukan kolaborasi penelitian lintas jarak.

4.1. Konsep Arsitektur Kolaborasi Online WMCloud Project


(50)

Dari arsitektur konsep desain yang ada terdiri dari tiga komponen utama yaitu :

1. Koordinator (coordinator) : dimana koordinator merupakan pengguna yang menetapkan aturan dari portal share kolaborasi online, menentukan proses authorisasi user dan yang bertindak untuk mengorganisasi dari ruang kerja (workspace).

2. Peneliti Pertama: merupakan pengguna yang membuat penelitian dengan model kolaborasi online dan melakukan sharing data yang membuat dan mengedit file dengan peneliti lain.

3. Peneliti Kedua : merupakan pengguna yang melakukan interaksi secara online dengan pengguna lain, mencari topik penelitian yang sesuai untuk melakukan kolaborasi penelitian secara online. Dapat melakukan pencarian informasi, penelusuran folder, pembacaan file dan penelusuran kategori sesuai dengan penelitian yang diinginkan.

Gambar 4.2. Model Sumber Informasi Portal Kolaborasi Online

Komputasi awan merupakan sebuah model untuk memberikan kenyamanan, pada akses jaringan permintaan beberapa pengguna untuk berbagi sumberdaya komputasi yang dikonfigurasi (misalnya, jaringan, server, penyimpanan, aplikasi, dan jasa) yang


(51)

Characteristic

Bo ard N

O n

R es

R ap

M ea

dapat dengan cepat ditetapkan dan dirilis dengan usaha pengelolaan yang minimal atau interaksi penyedia layanan.

Gambar 4.3. Karakteristik Penyedia Layanan Komputasi Awan

Model komputasi awan mendorong ketersediaan dari lima karakteristik penting, tiga model layanan dan empat model penyebaran. Karakteristik penting yang dimiliki teknologi komputasi awan yaitu :

1. On-demand self-service. Seorang konsumen dapat secara sepihak menentukan kemampuan komputasi, seperti waktu server dan penyimpanan jaringan, seperti yang diperlukan secara otomatis tanpa memerlukan interaksi manusia dengan masing-masing penyedia layanan.

2. Broad network access. Kemampuan yang tersedia melalui jaringan dan diakses melalui mekanisme standar yang mempromosikan penggunaan oleh heterogen thin atau thick client platform (misalnya,telepon selular, laptop, dan PDA). 3. Resource pooling. Penyedia sumber daya komputasi dikumpulkan untuk

melayani beberapa konsumen menggunakan model multi-tenant, dengan sumber daya fisik dan virtual yang berbeda yang ditetapkan secara dinamis dan ditugaskan kembali sesuai dengan permintaan konsumen. Terdapat independensi lokasi dimana pelanggan umumnya tidak memiliki kontrol atau pengetahuan atas lokasi dari sumber daya yang disediakan, tetapi mungkin dapat menentukan lokasi di tingkat yang lebih tinggi dari abstraksi (misalnya, negara,negara bagian, atau datacenter). Contoh sumberdaya termasuk penyimpanan, pemrosesan, memori,bandwidth jaringan, dan mesin virtual. 4. Rapid elasticity. Kemampuan dapat dengan cepat dan elastis ditetapkan, dalam

beberapa kasus secara otomatis, untuk skala cepat keluar dan cepat dirilis ke skala cepat masuk. Untuk konsumen, kemampuan yang tersedia untuk


(52)

pengadaan sering muncul menjadi tidak terbatas dan dapat dibeli dalam jumlah setiap saat.

5. Measured Service. Pengendalian otomatis sistem cloud dan optimalisasi penggunaan sumber daya dengan memanfaatkan kemampuan metering pada beberapa tingkat abstraksi yang sesuai dengan jenis layanan (misalnya, penyimpanan,pemrosesan, bandwidth, dan account pengguna aktif). Penggunaan sumber daya dapat dipantau,dikendalikan, dan dilaporkan memberikan transparansi bagi penyedia dan konsumen dari layanan yang digunakan.

Gambar 4.4. Hubungan Karakteristik

Pada bagian karakteristik menjelaskan hubungan-hubungan dan beberapa perbedaan terhadap layanan TI saat ini. Sedangkan pada bagian model-model layanan mengacu pada pemilihan keputusan software, platform dan infrastructure berdasarkan persyaratan-persyaratan fungsional dan strategi sumber daya. Pada bagian model-model implementasi, menjelaskan tentang hak akses dan tanggung jawab. Beberapa organisasi menjatuhkan pilihan pada model implementasi private cloud yang menjalankan layanan TI bagi organisasi itu sendiri dan dapat ditangani baik oleh organisasi tersebut ataupun oleh pihak ketiga. Sebagai tambahan, layanan cloud dapat ditempatkan pada data center milik organisasi itu sendiri (on-premises) atau penempatannya pada institusi yang berbeda (off-premises).

Service Models

SaaS Software as a

IaaS Infrastructure as a

S i

PaaS Platform as a

Deployment

Private Cloud

Public Hybrid Commun


(53)

4.2. Pemrosesan Data Kolaborasi Online

Dalam pemrosesan data yang terjadi di aplikasi WMCloud Project meliputi :

1. File-file static berupa file-file html, doc, pdf, ppt. Sumber file ini dapat berasal dari file standar ataupun merupakan penggabungan dari file-file semi static lainnya.

Gambar 4.5. Back-end Server & Application

2. File-file semi-statik file ini berupa html yang merupakan hasil rendering dari database dengan tujuan untuk mempercepat akses. Misalkan, dalam menampilkan publication dibuat file html dari perenderan beberapa baris data di dalam database.

3. File-file dinamik merupakan hasil pemrosesan secara langsung informasi yang diminta pengguna ke dalam database, pemrosesan ini perlu dilakukan mengingat jenis informasi yang diingini pengguna sangat beragam kriterianya.

Gambar 4.6. Html Generation

d

HTTP SERVER

JAVA TOMCAT


(54)

P e

Sign Up

Create Accou

Activat ion Active

4. Integrasi sistem presentasi antar file ditujukan untuk memudahkan pengguna dalam memilih format data yang diinginkan.

Gambar 4.7. User Request Implementation

4.3. Proses Aplikasi WMCloud Project

4.3.1. Mekanisme Proses Layanan

Mekanisme layanan wmcloud project kolaborasi online ditunjukan dalam proses registrasi seperti dalam gambar berikut :

Gambar 4.8. Mekanisme Proses Registrasi

Untuk melakukan proses registrasi penelitia harus terhubung dengan koneksi internet. Setiap user harus memasukan informasi yang valid sebagai sumber informasi untuk peneliti lain yang tergabung dalam kolaborasi online.


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada akhirnya teknologi informasi hanya alat bantu. Faktor manusia akan sangat menentukan kebaikan teknologi tersebut terutama untuk memberikan manfaat kepada masyarakat luas. Melihat hasil penelitian ini menunjukan bahwa internet memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan kualitas penelitian secara kolaborasi, oleh karena itu maka sebaiknya para peneliti mulai membudayakan bentuk penelitian alternatif kolaborasi secara online yang memanfaatkan teknologi berbasis komputasi awan. Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, tahapan pemanfaatan dan implementasi kolaborasi online dengan menggunakan salah satu model layanan komputasi awan yaitu Infrastructure as a Service dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kualitas informasi aplikasi wmcloud project kolaborasi online dan kualitas pelayanan aplikasi mempengaruhi secara positif proses penelitian secara kolaborasi online dan informasi yang dihasilkan oleh aplikasi wmcloud project di format dengan baik.

2. Variabel – variabel yang realiabel dan valid yang digunakan untuk mengukur kualitas sistem aplikasi wmcloud project dalam tingkatan fungsionalitas (functionality), keandalan (realibility), kegunaan (usability), efisiensi (efficiency), keinteraksian (interactivity) dan aksesibility.

3. Secara keselurahan aplikasi wmcloud project yang digunakan untuk melakukan kolaborasi online sangat efektif meskipun belum terintegrasi dengan situs web para penelitia secara global.


(2)

5.2. Saran

Peneliti mengharapkan untuk peneliti lain yang sedang mencari topik penelitian untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik penerapan teknologi komputasi awan untuk pengembangan di bidang IPTEK yang berbasis kolaborasi online pada kebutuhan masyarakat dan bisnis, sehingga pada akhirnya teknologi komputasi awan menjadi solusi efektif dan mendukung penerapan pada pelayanan teknologi informasi yang lebih baik.

Peneliti juga memberi saran bagi penelitian dengan topik evaluasi efektivitas sistem aplikasi komputasi awan dengan mengembangkan dan memperbaiki aplikasi WMCloud project kolaborasi online yang telah ada untuk memenuhi kebutuhan penelitian lebih lanjut, dan melakukan sosialisasi tentang pemanfaatan teknologi komputasi awan kolaborasi online agar para peneliti tidak tertinggal, sebab pada masa-masa yang akan datang masyarakat pasti akan memanfaatkan TI secara lebih intensif. Untuk mengevaluasi efektivitas penelitian kolaborasi online WMCloud Project membutuhkan waktu yang cukup lama, karena efektivitas dan efesiensi kolaborasi online peneliti harus terus memonitoring penggunaan layanan secara periodik. Oleh karena keterbatasan waktu selama penelitian, peneliti mengambil sampel penelitian yang berkaitan dengan topik layanan komputasi awan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Al Bento, Regina Bento. 2011. Cloud Computing : A New Phase in Information Technology Management. Journal of Information technology Management University of Baltimore. ISSN : 1042-1319.

Ahmad Zamri Mansor. 2011. Top five creative ideas using web 2.0. UKM teaching and Learning Congress 2011. University Kebangsaan Malaysia.

Behnaz Gholami, Fatemeh Kaviani, Eman Zabihi. 2009. Web 2.0 a boost in IT infrastructure flexibility and team collaboration. Second International Conference on Computer and Electrical Engineering.

Cleveland, D. 2009. Cloud Confusion Amongst IT Professionals, Vol. 2011. Chuan Ju Su, Chang Yu Chiang. 2012. Enabling Successful Collaboration 2.0: A

Rest-based Web Service and Web 2.0 Technology Oriented Information Platform for Collaborative Product Development. Elsevier Science. Yuan Ze Universitym Chung Li, Taiwan.

Doina Bein, Wolfgang Bein, Praveen Madiraju. 2009. The Impact of Cloud Computing On Web 2.0. USA.

Dursun Delen, Haluk Demirkan. 2013. Data, information and analytics as services. Elsevier Science. Oklahoma State University, United States.

Eric A. Marks, Bob Lozano. 2010. Executive’s Guide to Cloud Computing. New Jersey. ISBN : 978-0-470-51272-4.

Faith J. Shimba, Renatus Michael. 2011. A critical Performance Analysis of Thin Clients Platform. The Second International Conference on Digital Information adn Communication Technology and Its Applications: Conference Proceedings (383-387).

George Suciu, Traian Lucian Militaru, Cristian George Cernat, Gyorgy Todoran, Vlad Andrei Poenaru. 2012. Platform for Online Collaboration and e-Learning n Open Source Distributed Cloud System. 5th International Symposium ELMAR, Zadar, Croatia.


(4)

Decisions in the Enterprise. Journal of Software: Practice and Experience Volume 42 April 2012. pp. 447-465.

Jonas Lundberg, Goran Tomson, Inger Lundkvist, Jhon Skar. 2006. Collaboration Uncovered: Exploring the Adequacy of Measuring University-Industry Collaboration Through co-Authorship and Funding. Scientometrics, Vol.69, No.3 (2006) 575-589.

Jhon Musser. 2007. Web 2.0 Principles and Best Practices.

J. Sylvan Katz, Ben R. Martin, 1995. What is research collaboration. Science Policy Research Unit. University of Sussex, UK.

K. John, Kris. Bubendorfer, and K. Chard, 2011. A Social Cloud for Public eResearch. In proceedings of the 7th IEEE International Conference on eScience, Stockholm, Sweden.

Kulthida Nugultham. 2012. Using Web 2.0 for innovation and information technology in education course. Procedia Social and Behavioral Science. Kasetsart University, Thailand.

Layth Sliman, Benoit Charroux, Yvan Stroppa. 2013. A New Collaborative and Cloud Based Simulation as a Service Platform : Towards a Multidisciplinary Research Simulation Support. UKSim 15th

Klea Katsouyanni. 2008. Collaborative research: Accomplishments & Potensial. Environmental Health Journal 2008, 7:3, University of Athens, Grecee.

International Conference on Computer Modelling and Simulation.

Kenneth D. Pimple, Ph.D. 2005. Collaborative Research. Avoiding Pitfalls and Sharing Credit. Indiana University

M.Taufer, P.J. Teller, A.Kerstens, R.Romero. 2006. Collaborative Research Tools for Student, Staff, and Faculty. In Proceedings of the Intenational SUN Conference on Teaching and Learning, El Paso, Texas.

Mohammed Al-Zoube. 2009. E-Learning Cloud. International Arab Journal of e-Technology, Vol.1, No.2, June 2009.

Ming Chih Hsieh, Yung Wei Kao, Shyan Ming Yuan. 2008. Web 2.0 toolbar: providing Web 2.0 services for existence web pages. IEEE Asia Pasific Services Computing Conference.


(5)

Nur Subchan, Endang Siti Astuti, Kertahadi. 2011. Mengukur efektivitas sistem informasi dan mengetahui kesuksesan SIAM online. Jurnal Profit Volume 6 No.2, Universitas Brawijaya.

Peter Mell, Tim Grance. 2012. Effectively and Securely Using the Cloud Computing Paradigm. NIST, Information Technology Laboratory.

Pamela Darmadji, Benny Ranti. 2011. Analisis Kelayakan Ekonomis Cloud Computing Pada Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Dengan Metode Ranti’s Generic IS/IT Business Value dan Economic Value Added. Jurnal Sistem Informasi, Vol.7, No.2, Oktober 2011.

Rajkumar Buyya., Yeo, C. S., Venugopa, S., Broberg, J., & Brandic, I. 2009. Cloud computing and emerging It platforms: Vision, hype, and reality for delivering computing as the 5th utility. Future Generation Computer Systems, 25(6), 599–616.

Sanjaya Dahal. 2012. Security Architecture for Cloud Computing Platform. Master of Science Information and Communication Systems Security KTH School Industrial Engineering and Management Stockholm. Sweden.

Siti Nur’Aini. 2011. Efektivitas Bisnis dan Reduksi Biaya dengan cloud computing. Vol.1, No.2, Juli 2011

Shivaji P.Mirashe, N.V. Kalyankar. 2010. Cloud Computing. Jurnal of computing, Volume 2 Issue 3, Maret 2010.

Tim O’Rielly. 2005. What is Web 2.0 : Design Pattern and Business Models for the Next Generation of Software.

T.Sridhar. 2009. Cloud computing – A Primer : Part 1 Models and Technologies. The Intenet Protocol Journal Volume 12, No.13. ISSN : 1944-1134

Thomas, P.Y. 2011. Cloud Computing: A Potential paradigm for practising the scholarship of teaching and learning. The Electronic Library 29 (2), 214-224. Tuncay Ercan. 2020. Effective use of cloud computing in educational institutions.


(6)

DAFTAR PUBLIKASI ILMIAH PENULIS (TESIS)

No. Judul Artikel Penulis Publikasi (Seminar / Jurnal, dll)

Waktu Publikasi

Tempat

1 Model Layanan

Komputasi Awan Untuk Kolaborasi Online Dengan Aplikasi WMCloud Project

Sugianto, Prof. Dr. Muhammad Zarlis, Dr. Mahyuddin, M.IT

Sidang Tesis

7 Februari 2014

Universitas Sumatera Utara