Sistem Perkaw inan Modul 5, Pengelolaan Ternak Secara Berkelanjutan

PENGELOLAAN TERNAK SECARA BERKELANJUTAN 5 j. Tinggi tiang kandang sekurang-kurangnya 200 cm dari lantai kandang k. Atap kandang dibuat dari genteng l. Letak kandang diusahakan lebih rendah dari sumber air dan lebih tinggi dari lokasi tanaman rumput. Hasanudin, 1988. Lokasi pemeliharaan dapat dilakukan pada dataran rendah 100-500 m hingga dataran tinggi 500 m. Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C rata-rata 33 derajat C dan kelembaban 75. m. Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya.

4. Sistem Perkaw inan

Sistem perkawinan pada sapi adalah sebagai berikut : 1. Hand Mating : - Kawin alam yang diatur, dimana sapi betina birahi dibawa ke tempat pejantan untuk dikawinkan sesuai dengan tujuan pemeliharaan - Kawin suntik atai Inseminasi Buatan IB, dimana ternak betina dikawinkan dengan cara inseminasi yaitu spermatozoa ternak jantan yang telah diawetkan disuntikkan ke dalam alat kelamin betina oleh inseminator Gambar 2. I nseminasi Buatan pada Sapi PENGELOLAAN TERNAK SECARA BERKELANJUTAN 6 2. Pasture Mating yaitu perkawinan antara ternak jantan dan betina di padang pengembalaan secara alami tanpa ada peran manusia. Yang perlu diketahui sebelum mengawinkan sapi adalah: Mengetahui Tanda Birahi tanda-tanda birahi yaitu ; selalu gelisah, mencoba menaiki sapi lain, vulva membesar dan kemerahan serta keluar cairan lendir, nafsu makan menurun. Mengetahui tanda-tanda melahirkan diantaranya : - urat daging sekitar vulva mengendor, bengkak, berwarna kemerahan, keluar cairan bening lendir dan bila diraba terasa hangat. - di kiri kanan pangkal ekor kelihatan legok - ambing membesar dan tampak tegang - sapi selalu gelisah, ribut dan menaiki sapi yang lain - nafsu makan menurun. Rencana perkawinan diatur dengan tujuan agar sapi dara tidak terlalu cepat atau terlalu lama dikawinkan pertama kali dan perkawinan ulang setelah melahirkan tidak terlalu cepat atau terlalu lambat, sebagai pedoman data reproduksi sapi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data Reproduksi Sapi No. Tahap Reproduksi Umur Lama Wakt u 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Birahi pertama Siklus birahi Lama birahi Ovulasi Dikawinkan pertama Lama bunting Lama menyusui Birahi kembali Dikawinkan kembali Umur 1,5 – 2 tahun 21 hari 17 jam 10-12 jam sampai saat birahi berakhir Umur 2-2,5 tahun 280-285 hari 3 bulan 5-8 minggu setelah melahirkan 2-3 bulan setelah melahirkan Waktu yang baik untuk mengawinkan sapi yang sudah terlihat birahi dapat dilihat pada tabel 3. PENGELOLAAN TERNAK SECARA BERKELANJUTAN 7 Tabel 3. W aktu yang Baik untuk Mengaw inkan Ternak No. Tanda birahi terlihat pada jam W aktu yang tepat untuk mengaw inkan W aktu yang tidak tepat sudah terlambat 1. 2. 3. Sebelum jam 09.00 pagi Jam 09.00-12.00 Sore hari Siang hari sesudah jam 12.00 Sore sesudah jam 17.00 Pagi keesokan harinya Hari berikutnya Hari berikutnya Sesudah jam 15.00 Untuk dapat mencapai hasil produksi yang optimal maka harus diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : - Mengawinkan ulang sebaiknya jangan terlalu cepat, paling baik adalah 2-3 bulan setelah melahirkan - Pada akhir bunting dan awal laktasi berikan pakan yang berkualitas baik - Hindari perlakuan kasar dan sebaiknya jangan pekerjakan sapi yang sedang bunting muda, bunting tua maupun yang baru melahirkan - Segera berikan pertolongan apabila proses kelahiran tidak normal - Pada umur 8 tahun ke atas sebaiknya di-cullingdikeluarkan karena sudah tidakkurang produktif lagi. - Agar dapat memperoleh keturunan yang baik maka pejantan paling muda berumur 1,5 tahun dan jangan gunakan pejantan yang terlalu sering menjadi pemacek, yang ideal seekor pejantan untuk 10 ekor betina.

5. Kesehatan Hew an