9
I I I . METODOLOGI
3.1. Pendekatan
Pengkajian dilaksanakan di kelompok petani dan kelompok pengolah hasil Maju Besamo di desa Rimbo Pengadang Kabupaten Lebong.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Spesifik Bengkulu terdiri atas:
a. Pengkajian dilaksanakan di kelompok petani kooperator jeruk RGL pada
kawasan pengembangan jeruk RGL dan sekitarnya di desa Rimbo Pengadang di kabupaten Lebong.
b. Jenis komoditas yang digunakan adalah jeruk RGL.
c. Teknologi
yang diimplementasikan
meliputi teknologi
penanganan pascapanen dan teknologi pengolahan buah jeruk RGL.
d. Pengkajian
penanganan pascapanen jeruk RGL
meliputi pemanenan, pembersihan pencucian,
sortasi dan
pengkelasan, pelapisan
lilin, penguningan, penyimpanan, dan pengemasan serta kegiatan pengolahan
jeruk RGL menjadi sari buah jeruk dengan penambahan bulir buah. e.
Pengkajian penerapan penanganan pascapanen jeruk RGL melibatkan petani jeruk sebagai petani kooperator, sementara pengolahan jeruk melibatkan
kelompok pengolahan hasil di sentra budidaya jeruk RGL.
3.3. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Kegiatan pengkajian dilaksanakan pada bulan Januari s.d Desember 2015 di sentra budidaya jeruk RGL di desa Rimbo Pengadang, kecamatan Rimbo
Pengadang, kabupaten Lebong dengan petani jeruk RGL terpilih sebagai kooperator.
3.4. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu meliputi tahapan kegiatan sebagai berikut :
10
3.4.1. Persiapan
Kegiatan pada tahap persiapan meliputi koordinasi dengan instansi terkait Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu dan Dinas Pertanian kabupaten
Lebong dan BB Pascapanen Bogor.
3.4.2. Pelaksanaan Pengkajian A. Penanganan Pascapanen Jeruk RGL Lebong
Bahan dan Alat Bahan :
Buah jeruk RGL siap panen, klorin, larutan ethrel 40 PGR, lilin lebah, air, kayu, kemasan plastik,
dan kardus serta bahan kimia untuk analisis kimia. Alat :
Peralatan yang digunakan dalam pengkajian adalah refraktometer, timbangan, lap, ember, keranjang buah, gunting panen pangkas, alat
semprot, AC pendingin ruangan, termometer, dan alat pencatat. Metode :
Alur penanganan pascapanen mengacu pada penanganan pascapanen jeruk yang dikembangkan oleh SARDI
South Australia Research and Development 2004. Standar mutu buah jeruk mengacu pada standar mutu jeruk keprok
SNI 01-3165-1992. Tahapan penanganan pascapanen buah jeruk RGL adalah sebagai berikut :
1. Pemanenan. Proses pemanenan dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas panen.
2. Pembersihan 3. Sortasi dan Pengkelasan
Grading mengacu pada SNI -01-3165-1992. 4. Pelapisan lilin
waxing Pelapisan lilin menggunakan formulasi lilin lebah 6 hasil invensi BB
Pascapanen 5. Penguningan
Degreening Proses penguningan pada pengkajian ini menggunaan 1000 ppm ethrel
40 PGR 6. Penyimpanan
11
Rancangan Perlakuan :
•
Perlakuan diterapkan pada tahap pembersihan dan penyimpanan. Buah jeruk yang sudah dibersihkan kemudian dilakukan penguningan dan
pelilinan, selanjutnya disimpan pada suhu ruang dan suhu dingin.
•
Rancangan perlakuan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan dua taraf perlakuan yakni pembersihan pencucian P dan
penyimpanan pada suhu yang berbeda T. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Kombinasi perlakuan tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kombinasi
Perlakuan Tahap
Pembersihan Pencucian dan
Penyimpanan Perlakuan
Suhu ruang
T1 Suhu dingin
9-11
o
C T2
Tanpa dicuci lap P0 P0T1
P0T2 Pencucian dengan air biasa P1
P1T1 P1T2
Pencucian dan pencelupan dalam air hangat P2 P2T1
P2T2 Pencucian dan pencelupan dalam klorin P3
P3T1 P3T2
Parameter Pengamatan : Buah Jeruk yang telah melewati penanganan pascapanen dari tahap
pembersihan pencucian, sortasi dan pengkelasan, penguningan, pelilinan, kemudian disimpan selama 8 minggu pada suhu ruang dan suhu dingin. Suhu
penyimpanan dingin mengacu pada hasil penelitian penyimpanan jeruk Keprok SOe yang dilakukan oleh Pangestuti dan Supriyanto 2011, yakni
pada suhu optimum 9-11
o
C. Parameter yang diamati pada perlakuan pembersihan pencucian dan
penyimpanan adalah sebagai berikut :
•
Umur simpan Jeruk RGL Umur simpan buah Jeruk RGL
ditentukan dengan membandingkan penampilan fisik buah dengan skor kelayakan jual yaitu: layak jual 3,
kurang layak jual 2, tidak layak jual 1
•
Pengamatan warna kulit buah secara visual
•
Bobot buah yang diukur dengan timbangan digital
•
Susut bobot buah yang diukur dengan timbangan digital
•
Total Padatan Terlarut diukur dengan refraktometer
•
Total asam dengan titrasi NaOH AOAC, 1995
12
•
Kandungan Vit C mg 100g dengan metode titrasi I odium Jacobs
Sudarmadji et al.,1997.
•
Kadar jus buah diukur sebagai berat jus buah dibagi bobot bagian buah yang dapat dimakan dan dinyatakan dalam persen.
B. Pengolahan Buah Jeruk RGL menjadi Sari Buah Jeruk dengan penambahan Bulir Buah
Bahan dan Alat Bahan :
Bahan baku yang digunakan pada pembuatan sari buah jeruk adalah buah gugur jeruk RGL dengan kualitas yang baik buah jeruk afkiran hasil sortiran
yang berdiameter 50 mm utuh, aromanya segar, dan tidak busuk yang berasal dari kebun petani jeruk. Bahan penunjang lainnya adalah gula pasir,
bahan penstabil, pewarna sistesis untuk makanan, pewarna alami ekstrak wortel, air, gas LPG, kemasan botol plastik, serta bahan-bahan kimia untuk
analisis mutu sari buah dengan penambahan bulir buah. Alat :
Alat-alat yang digunakan adalah alat pembuatan sari buah dan alat analisis mutu sari buah jeruk RGL, refraktometer, neraca analitik, alat
Kjehdahl, alat Soxhlet, dan alat gelas yang lain.
Metode : Formulasi sari buah jeruk RGL dilakukan secara
trial dan error dengan tahapan meliputi sortasi bahan baku jeruk, ekstraksi jus buah jeruk,
pencampuran, pasteurisasi, dan pengemasan. Sementara itu, bahan
penunjang seperti gula pasir, asam sitrat, dan bahan penstabil masing- masing ditambahkan sebanyak 10-15 , 0,1 , dan 0,1 dari total ekstrak
jeruk yang diperoleh. Rancangan Perlakuan :
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL faktorial dengan dua taraf perlakuan Tabel 3.
13
Tabel 3. Kombinasi Perlakuan pada Pembuatan Sari Buah Jeruk RGL
Perlakuan Penambahan Pewarna
Tanpa pewarna
B
1
Pewarna alami
B
2
Pewarna sintetis
B
3
Ekstraksi sari buah dengan cara pengepresan A
1
A
1
B
1
A
1
B
2
A
1
B
3
Ekstraksi sari buah dengan juice
extractor A
2
A
2
B
1
A
2
B
2
A
2
B
3
Parameter Pengamatan
•
Komposisi buah jeruk dan produk sari buah jeruk RGL berbulir terdiri
atas kadar air, kadar abu, kadar lemak dan kadar protein AOAC, 1995, kandungan energi, kandungan vitamin C
metode titrasi I odium Jacobs
diacu dalam Sudarmadji et al.,1997, Total Asam Tertitrasi yang diukur
dengan metode titrasi AOAC, 1995, dan Total Padatan Terlarut yang diukur dengan
refraktometer.
•
Skor tingkat kesukaan panelis terhadap produk sari buah jeruk RGL Uji organoleptik. Uji organoleptik melibatkan 25 orang panelis sebagai
ulangan. Contoh disajikan secara acak dan panelis diminta untuk menguji tingkat kesukaan panelis terhadap atribut sensori sari buah Jeruk
RGL meliputi warna, aroma, rasa, tekstur kerenyahan, dan keseluruhan sari buah jeruk RGL. Pengujian dilakukan satu persatu atau secara
bersamaan dan tanpa melakukan pembandingan antar sampel akan tetapi merupakan respon spontan terhadap kesukaan sari buah jeruk RGL. Skor
kesukaan panelis meliputi 7 kisaran skala yakni skala 1 sangat tidak suka, skala 2 tidak suka, skala 3 agak tidak suka, skala 4 netral,
skala 5 agak suka, skala 6 suka, dan skala 7 sangat suka.
•
Data komponen analisis nilai tambah.
Metode Analisis Data
•
Analisis Data Hasil Uji Organoleptik. Data hasil uji organoleptik kemudian dianalisis menggunakan Analysis of
Variance ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 P 0.05 lalu dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan.
14
•
Analisis Nilai Tambah Besarnya nilai tambah dihitung dengan Metode Hayami sehingga
diperoleh nilai tambah produk jeruk RGL menjadi sari buah dalam setiap kali proses produksi Tabel 4.
Tabel 4. Komponen Perhitungan Nilai Tambah Sari Buah Jeruk RGL dalam Satu Kali Proses Produksi Mengikuti Metode Hayami Hayami
et al., 1987
No. Variabel Output, I nput, Harga
Notasi 1.
Hasil produksi kg proses A
2. Bahan baku kg proses
B 3.
Tenaga kerja orang proses C
4. Faktor konversi 1 2
a b = m 5.
Koefisien tenaga kerja 3 2 c b = n
6. Harga produk rata-rata Rp. kg
D 7.
Upah rata-rata Rp. kg E
8. Harga bahan baku Rp. kg
F 9.
Sumbangan input lain Rp. kg G
10. Nilai produk Rp. kg 4x6
m x d = k 11.
a. Nilai tambah Rp. kg 10-8-9 k – f – g = l
b. Rasio nilai tambah 11a 10 l k = h
3.4.3. I mplementasi Teknologi
Penanganan Pascapanen
dan Pengolahan Jeruk RGL
I mplementasi teknologi dilakukan dalam kegiatan temu lapang dan pelatihan bagi kelompok petani dan petugas lapangan. Bersamaan
dengan kegiatan tersebut, dilakukan evaluasi terhadap perilaku
pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dalam penanganan
pascapanen dan pengolahan Jeruk RGL. Skor penilaian tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan interval kelas.
I ndikator perilaku petani yang dianalisis meliputi :
•
Penanganan pascapanen jeruk RGL yang kegiatannya meliputi : 1 pemanenan;
2 pembersihan pencucian;
3 sortasi
dan pengkelasan
grading; 4 pelapisan lilin waxing; 5 penguningan degreening; 6 penyimpanan; serta 7 pengemasan dan
pengangkutan.
•
Pengolahan jeruk RGL menjadi sari buah dengan tahapan proses yang terdiri atas : 1 sortasi bahan baku jeruk; 2 ekstraksi jus
buah jeruk; 3
pencampuran dan pemasakan, serta 4
pengemasan produk sari buah jeruk.
15
Pemberian skor untuk setiap item indikator yaitu skor 3 untuk kriteria perilaku tinggi, skor 2 untuk kriteria perilaku sedang, dan skor 1
untuk kriteria perilaku rendah, dan dapat dilihat dengan menggunakan pembagian interval kelas.
Metode Analisis Data
I nterval kelas ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : NR
: Nilai Range NST
: Nilai Skor Tertinggi NSR
: Nilai Skor Terendah PI
: Panjang I nterval JI K
: Jumlah I nterval Kelas Perhitungan untuk membuat interval kelas pada tiap indikator perilaku petani
dalam penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk RGL dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai I nterval Kelas Skor Total dan Kriteria Nilai I ndikator Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Jeruk RGL
No. Nilai I nterval Kelas
Skor Total Kriteria Nilai
1. 2.
3. 1,00 ≤ x ≤ 1,66
1,67 x ≤ 2,33 2,34 x ≤ 3,00
Rendah Sedang
Tinggi NR = NST – NSR
PI = NR : JI K
16
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN
Tahapan pelaksanaan kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu meliputi tahap persiapan, pengkajian di
tingkat petani, dan implementasi teknologi penanganan pascapanen dan
teknologi pengolahan jeruk RGL melalui kegiatan Temu Lapang. Kegiatan Pengkajian Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Buah Jeruk Spesifik Bengkulu
yang telah dilaksanakan tahun 2015 adalah:
4.1. Tahap Persiapan 4.1.1. Koordinasi dan Penetapan Lokasi
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap persiapan antara lain koordinasi internal tim pengkaji dan koordinasi dan konsultasi dengan instansi
yang terkait. Koordinasi dengan instansi terkait bertujuan menggali informasi lokasi dan sumber bahan baku yang direkomendasikan dan sesuai dengan
kriteria lokasi dan ketersediaan bahan baku untuk
pengkajian. Selain berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan BPP kabupaten Lebong, koordinasi
dalam rangka konsultasi juga dilakukan dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian BB Pascapanen
Bogor. Konsultasi
tersebut bertujuan untuk mengetahui teknologi penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk keprok yang telah dikembangkan oleh BB Pascapanen.
Berdasarkan hasil koordinasi dengan Dinas Pertanian kabupaten Lebong, diperoleh informasi bahwa kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan
jeruk RGL di kabupaten Lebong untuk tahun 2015 bukan merupakan fokus program kerja instansi tersebut. Pengembangan produk yang diprioritaskan oleh
Dinas Pertanian kabupaten Lebong diarahkan pada pengembangan produk setengah jadi tanaman pangan. Namun, pada prinsipnya Dinas Pertanian
kabupaten Lebong tetap mendukung kegiatan pengkajian
penanganan pascapanen dan pengolahan jeruk RGL. Hal ini sejalan dengan kegiatan
pengembangan pertanaman jeruk RGL yang sudah dicanangkan oleh Pemerintah Kabupaten Lebong beberapa tahun yang lalu.
Hasil koordinasi dengan petugas penyuluh BPP Rimbo Pengadang diperoleh informasi bahwa kebun jeruk RGL yang dimiliki petani masih banyak
yang belum menghasilkan karena umur pertanaman jeruk rata-rata 2-3 tahun. Sementara itu, terdapat beberapa orang petani jeruk RGL dengan kebun yang
17
sudah menghasilkan secara kontinyu. Namun, setelah dilakukan survei terhadap lokasi yang direkomendasikan tersebut, selanjutnya ditetapkan lokasi pengkajian
pada kelompok tani Maju Besamo. Hal ini karena anggota kelompok tani Maju Besamo yang kooperatif, kebun jeruk RGL yang telah menghasilkan, buah jeruk
RGL yang dihasilkan belum terlalu banyak terkena serangan hama penyakit karena telah menerapkan pengendalian hama penyakit pada kebun jeruk
mereka. Kelompok Maju Besamo merupakan kelompok tani yang sebagian besar
anggotanya membudidayakan jeruk RGL dan jeruk Siam yang berlokasi di desa Rimbo Pengadang. Selain itu, pada lokasi yang sama terdapat kelompok yang
anggotanya sebagian besar merupakan istri-istri petani jeruk yang tidak bekerja. Kelompok ini baru dirintis menjadi kelompok pengolahan hasil, sehingga nama
kelompok masih menginduk pada Kelompok Maju Besamo. Selanjutnya
berdasarkan hasil survei tersebut, Kelompok Maju Besamo ditetapkan sebagai lokasi pengkajian.
4.2. Sosialisasi Teknis Pengkajian