Dasar Pertimbangan Tujuan peningkatan nilai tambah jeruk

2 Sejak tahun 2011 jeruk RGL telah ditetapkan sebagai komoditas prioritas nasional untuk dikembangkan. Program pengembangan jeruk di kabupaten Lebong dimulai tahun 2010 sehingga luas tanam jeruk RGL sampai tahun 2013 telah mencapai 250 ha. Selanjutnya, program pengembangan wilayah komoditas jeruk pada tahun 2014 adalah seluas 200 ha. Namun, salah satu permasalahan dalam pengembangan jeruk RGL Lebong adalah kualitas buah yang dihasilkan masih beragam dan daya simpan buah yang masih rendah mudah busuk. Hal ini menyebabkan minat masyarakat untuk membeli buah jeruk RGL berkurang. Tidak hanya konsumen, distributor buah juga lebih memilih untuk memasarkan jeruk siam dan jeruk impor karena memiliki daya simpan yang lebih lama. Daya simpan Jeruk RGL yang rendah menyebabkan kerugian bagi distributor. Selain permasalahan tersebut, dalam budidaya jeruk RGL tingkat kehilangan hasil buah masih cukup tinggi. Sekitar 30 buah gugur akibat berbagai faktor diantaranya pengaruh iklim. Prosentase kehilangan hasil tersebut apabila dikalikan dengan luas lahan pertanaman jeruk RGL saat ini menunjukkan besarnya kerugian yang dialami petani. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan pada pengembangan jeruk RGL, dilakukan pengkajian penerapan teknologi pascapanen dan pengolahan buah gugur jeruk RGL menjadi sari buah.

1.2. Dasar Pertimbangan

Selama ini petani jeruk RGL belum menerapkan penanganan pascapanen buah jeruk dengan baik. Sementara, produk sari buah jeruk dipilih sebagai produk olahan jeruk RGL karena saat ini sari buah jeruk merupakan produk yang sedang populer di kalangan masyarat dan digemari oleh sebagian orang dari berbagai usia. Terkait dengan produk olahan sari buah jeruk RGL, BPTP Bengkulu pada tahun 2012 telah melakukan pengkajian tentang pengolahan jeruk RGL menjadi produk sari buah dengan penggunaan penghilang rasa pahit. Teknologi pengolahan sari buah tersebut dapat meningkatkan nilai tambah jeruk RGL sebesar Rp. 22.500,-. Pengkajian pembuatan sari buah jeruk RGL juga telah dilaksanakan pada tahun 2014 yang menghasilkan formula terbaik sari buah dengan penambahan asam sitrat sebesar 0.1 dan bahan pengisi agar-agar sebagai alternatif CMC. 3 Namun, teknologi pengolahan sari buah jeruk RGL masih perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu sari buah baik dari aspek sensori maupun komposisi nutrisinya. Ditinjau dari aspek sensorinya, warna produk sari buah jeruk RGL perlu diperbaiki dengan penambahan pewarna. Sementara, untuk meningkatkan kesukaan konsumen terhadap rasa dan penampilan sari buah perlu ditambahkan bulir buah.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Akhir : Mengkaji dan mengembangkan model inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk melalui penanganan pascapanen dan pengolahan komoditas jeruk spesifik lokasi. 1.3.2. Tujuan Tahun 2015 : a. Mendapatkan teknologi penanganan pascapanen buah jeruk spesifik Bengkulu. b. Mendapatkan teknologi pengolahan buah jeruk spesifik Bengkulu. c. Mengkaji implementasi teknologi penanganan pascapanen dan teknologi pengolahan jeruk spesifik Bengkulu oleh kelompok petani jeruk. 1.3.3. Tujuan Tahun 2016 : a. Mengkaji tahapan adopsi inovasi yang diimplementasikan. b. Pengembangan penerapan inovasi teknologi pada kawasan yang lebih luas.

1.4. Keluaran