Pemanenan Pembersihan Pencucian Sortasi dan Pengkelasan Grading Pelapisan lilin w axing Penguningan Degreening

5 I I . TI NJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis A.

Penanganan Pascapanen Buah Jeruk Buah jeruk termasuk buah yang mudah mengalami kerusakan dan termasuk buah nonklimaterik. Buah nonklimaterik setelah dipanen masih mengalami proses transpirasi, respirasi, dan kematangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan pascapanen yang tepat untuk mencegah kehilangan hasil. Tahap penanganan pascapanen jeruk meliputi proses pemanenan, pembersihan pencucian, sortasi dan pengkelasan grading, penguningan degreening, pelapisan lilin waxing, penyimpanan, pengemasan, dan pengangkutan SARDI , 2004 diacu dalam Handoko, dkk. 2005

a. Pemanenan

Proses pemanenan yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan gunting pangkas panen. Pemanenan dilakukan dengan memotong tangkai buah sependek mungkin tanpa melukai buah. Tangkai buah dapat menjadi sumber kerusakan mekanik selama pengemasan dan pengangkutan.

b. Pembersihan Pencucian

Metode yang cukup sederhana dan mudah diaplikasikan pada tahap ini adalah pencucian menggunakan klorin. Pencucian menggunakan klorin dilakukan untuk menghilangkan kontaminasi residu fungisida yang disemprotkan, spora jamur, dan tanah kotoran. SARDI , 2004 diacu dalam Handoko, dkk., 2005.

c. Sortasi dan Pengkelasan Grading

Sortasi bertujuan untuk memisahkan buah yang rusak. Sementara pengkelasan dilakukan untuk membagi buah ke dalam kelas mutu yang sesuai dengan permintaan pasar. Standar mutu buah jeruk Keprok sudah diatur dalam SNI -01-3165-1992 Tabel 1.

d. Pelapisan lilin w axing

Pelapisan lilin pada buah bertujuan membuat kulit buah tampak bersinar dan mencegah kehilangan hasil. 6

e. Penguningan Degreening

Penguningan dilakukan untuk membuat warna kulit buah jeruk lebih merata dan seragam. Penguningan merupakan proses perombakan pigmen hijau klorofil pada kulit jeruk secara kimiawi dan sekaligus membentuk warna kuning jingga karotenoid pada kulit jeruk Handoko, dkk., 2005. Penguningan biasanya menggunakan zat perangsang metabolik berupa gas alifatis tidak jenuh yang disebut etilen. Etilen sulit diperoleh harus diimpor, dan sebagai pengganti digunakan asetilen karbid dan ethrel asam 2-kloroetilfosfonat. Menurut Napitupulu, et all. 1990, diacu dalam Handoko, dkk. 2005, penggunaan 1000 ppm ethrel 40 PGR dengan waktu pencelupan 30 detik merupakan dosis yang optimal dan efektif mengubah warna kulit buah jeruk siem madu Berastagi menjadi berwarna kuning merata setelah 7 hari penyimpanan pada suhu kamar. Tabel 1. Kriteria Kelas Mutu Jeruk Keprok SNI 01-3165-1992 Kelas Mutu Bobot gram buah Diameter mm A ≥ 151 ≥ 71 B 101-150 61-70 C 51-100 51-60 D ≤ 50 40-50 Kriteria Mutu Syarat Mutu Mutu I Mutu I I Kesamaan sifat varietas Seragam Seragam Tingkat ketuaan Tua tapi tidak terlalu matang Tua tapi tidak terlalu matang Kekerasan Keras Cukup keras Ukuran Seragam Kurang seragam Kerusakan maksimum 5 10 Kotoran maksimum Bebas Bebas Busuk maksimum 1 2

f. Penyimpanan