C. Belajar dari Taman Siswa dan Kayu Tanam
Ada dua sekolah penting dalam sejarah pendidikan Indonesia. Dua sekolah ini bukan pesantren namun sejak awal adalah sekolah yang bisa membawa dan membangun
manusia Indonesia baru. Bagaimana tidak, sekolah ini meski kualitas dan fasilitas pengajaran kurikulum modern-nya kalah disbanding sekolah pemerintah milik
pemerintah colonial, sekolah ini sudah berpikir tentang pendidikan karakter. Dua sekolah itu bisa dibilang modern di zamannya.
Tamansiswa adalah badan perjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat yang menggunakan pendidikan dalam arti luas untuk mencapai cita-citanya. Bagi
Tamansiswa, pendidikan bukanlah tujuan tetapi media untuk mencapai tujuan perjuangan, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang merdeka lahir dan batinnya.
Merdeka lahiriah artinya tidak dijajah secara fisik, ekonomi, politik, dan lain sebagainya. Sedangkan merdeka secara batiniah adalah mampu mengendalikan
keadaan.
10
Begitulah kira-kira cita-cita Ki Hajar Dewantara sang pendiri taman Siswa. Bisa dibilang, Tamansiswa cukup anti intelektualisme juga.Artinya siapa pun tidak
boleh hanya mengagungkan kecerdasan dengan mengabaikan faktor-faktor lainnya. Tamansiswa mengajarkan azas keseimbangan balancing, yaitu antara intelektualitas di
satu sisi dan personalitas di sisi yang lain. Maksudnya agar setiap anak didik itu berkembang kecerdasan dan kepribadiannya secara seimbang.
11
Dimana kemampuan intelektual terarah dengan baik dan tidak melahirkan generasi frustasi yang arahnya
mengarah pada pengerusakan.
Tujuan dari pendidikan yang dijalankan Tamansiswa adalah membangun anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, merdeka
lahir batin, luhur akal budinya, cerdas dan berketerampilan, serta sehat jasmani dan rohaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab atas
kesejahteraan bangsa, tanah air, serta manusia pada umumnya. Meskipun dengan susunan kalimat yang berbeda namun tujuan pendidikan Tamansiswa ini sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional.
12
Ki Hadjar Dewantara mendirikan Tamansiswa dengan tujuan tercapainya masyarakat tertib dan damai orde en vrede serta keluarga bahagia. Ketertiban atas nama kadaver
disiplin ala diktator tentu tidak menimbulkan kedamaian, demikian pula kedamaian tanpa ketertiban tentu akan membahayakan perdamaian itu sendiri.
13
10
Sejarah Taman SIswa, http:tamansiswa.orgsejarah-tamansiswa.html
11
Ibid.
12
Ibid.
13
Ki Priyo Dwiarso, Problem Pendidikan Ala Ki Hajar Dewantara, Kedaulatan Rakyat, 3 April 2008.
http:tamansiswa.orgmagazinepijarproblem--solving--ala--ki-hadjar-dewantara.html
Pendidikan yang diajarkan pelopor bagi kaum pribumi Indonesia di jaman penjajahan Belanda itu sifatnya mandiri, merdeka dan swadaya. Hal itu sangat cocok untuk
dikembangkan untuk pendidikan nasional.
14
Di masa Ki Hadjar, perbedaan pendidikan dengan persekolahan tidak dirasa mendesak. Ketika itu, kehidupan relatif sederhana dan lembaga-lembaga religius, adat, keluarga,
melalui nilai-nilai kemanusiaan yang dipegangnya, masih efektif mempengaruhi perilaku individu. Walaupun begitu, Ki Hadjar sudah mendasarkan pendidikan
kebangsaannya pada kebudayaan, agar natur pembelajaran tidak tergelincir ke luar rel pendidikan dan demi pengukuhan kesadaran berbangsa dan bertanah air sama.
15
Pendidikan, sebagai bagian konstitutif dari kebudayaan, adalah suatu proses yang membiasakan anak didik mengenal, mempelajari, menguasai, dan menerapkan nilai-
nilai yang diakui berguna bagi dirinya, keluarganya, humanitas, bangsa, dan negara. Persekolahan adalah bentuk institusional dari pendidikan yang berusaha, karena resmi
ditugasi oleh pendidikan, menetapkan bentuk-bentuk yang relevan dari nilai-nilai tadi- aneka pengetahuan, keterampilan, seni, norma, dan lain-lain-dan mentransmisikannya
kepada anak didik. Sekolah memang yang melayani keseluruhan pendidikan untuk anak the whole of education for the child, tapi pendidikanlah yang mendidik
keseluruhan pribadi anak the whole child.
16
Maka pendidikan adalah usaha yang mempengaruhi hidup dan kehidupan, di dalam dan di luar sekolah, yang mengakibatkan perubahan dalam perilaku individu, apakah dalam
kebiasaan, karakter, atau intelektualitasnya. Perubahan ini terjadi selama hidup, tak perlu berkaitan dengan kelulusan atau suatu kejadian tertentu yang bersifat publik atau
privat. Artinya, pendidikan terjadi dalam situasi dan institusi di luar sekolah-dalam pendidikan nonformal, di rumah, atau pendidikan informal, dan dalam pergaulan sehari-
hari media massa, peer group dan non-peer group, dan lain-lain. Pendidikan yang terakhir disebut ini tak jarang merusak karena sulit dimintai pertanggungjawabannya.
17
Selain Tamansiswa, Indonesia masih punya INS Kayutanam kita memiliki banyak tokoh pendidikan yang hebat dalam konsep pendidikan dalam membangun bangsa
Indonesia. Sebagai contoh, Engku Moehammad Syafei yang hidup pada masa penjajahan kolonial Belanda, ia mendirikan INS Kayu Tanam. Tokoh pendidikan ini
14
Menurut Wuryadi, ketua Ketua Majelis Luhur III Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Persatuan Tamansiswa Yogyakarta.
http:metrotvnews.comindex.phpmetromainnews2010050216814Ajaran-Ki-Hajar- Dewantara-mulai-Ditinggalkan
15
Daoed Joesoef, Kebudayaan, Pendidikan dan Persekolahan, Tempo, 3 Mei 2010 http:majalah.tempointeraktif.comidarsip20100503KLmbm.20100503.KL133434.id.html
16
Ibid.
17
Ibid.
berkeyakinan konsep yang ada di INS Kayu Tanam akan mendidik siswa berwatak mandiri, berkemauan, dan bekerja keras.
18
Seorang guru INS Kayu Tanam menulis:
INS Kayutanam didirikan oleh Engkoe Mohammad Syafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayutanam sebuah desa kecil yang terdapat di Kecamatan
2X11 Kayutanam, Kabupaten Padang Pariaman. Engkoe Mohammad Sjafei adalah anak angkat Inyiak Marah Sutan dan Andung Khadijah. 31 Mei tahun
1922 Moh. Sjafei dikirim belajar ke Belanda oleh Inyiak Marah Sutan dan kembali tahun 1924. Tahun 1925 lagu Indonesia Subur diciptakan yang
merupakan gubahan puisi Anduang Khadijah dan Inyiak Marah Sutan sebagai cikal bakal dan cita-cita besar lahirnya INS Kayutanam.
19
Tujuan sistem INS Kayu Tanam adalah mendidik murid agar memiliki etos kerja di suatu sisi atau dalam istilah lain ialah menumbuhkan sikap “tidak senang diam” selalu
saja ingin berbuat atau memikirkan sesuatu yang berfaedah, sedangkan di sisi lain menumbuhkan sifat aktif dan kreatif.
Di INS Kayutanam, ditekankan pula untuk menghilangkan sikap mental ikut-ikutan atau ikut arus; Memantapkan pendirian atau
sikap mandiri; Menumbuhkan semangat kompetitif yang sehat.
20
Ttujuan INS kayu tanam yang didirikan oleh muhamad syafei adalah agar peserta didik mermiliki kemampuan penting dalam dirinya dalam bersikap. Pertama,
menumbuhkembangkan budiperkerti dan akhlak mulia sesuai dengan ajaran agama, etika dan moral. Kedua, menumbuhkembangkan kemerdekaan berpikir aktif-kreatif.
Ketiga, menumbuhkembangkan pengetahuan, bakattalenta dan potensi diri sesuai dengan kebutuhan masyarakat; menumbuhkembangkan etosunjuk kerja yang tinggi.
Keempat, menanamkan percaya diri, kreativitas, kemandirian, dan kewirausahaan entrepreneurship. Dan keenam, mewujudkan dalam tindakan nyata semboyan: “cari
sendiri dan kerjakan sendiri ”, artinya sekolah harus mampu membiayai dirinya dan tidak mau menerima bantuan yang dapat mengurangi kebebasan untuk mencapai cita-
cita.
Sangat penting bagi dunia pendidikan Indonesia untuk lebih bisa berkaca pada INS Kayu Tanam mengenai pendidikan berkarakter. Harus disadari, dunia pendidikan
Indonesia kurang belajar dari sekolah yang dibangun pada zaman pergerakan nasional itu. Dunia pergerakan nasional adalah dunia yang menganggap penting untuk
menjadikan pendidikan sebagai investasi mada depan.
18
Konsep INS Kayu Tanam, http:edu-articles.comkonsep-ins-kayutanam
19
Pariadi, Sistem Pendidikan INS Kayu Tanam, 2008, http:iti-ins.commoduls.php?
op=sis_articlecategory_id=255article_id=96
20
Ibid.
D. Masalah Dalam Pelajaran Sejarah