1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A KVA bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan
kesehatan anak. Menurut WHO, kebutaan anak di dunia kini telah mencapai 1,5 miliar dengan temuan setengah juta kasus baru dalam 1 tahun, gangguan penglihatan
ini terutama terjadi pada awal kehidupan. Kekurangan vitamin A pada anak selama periode ini berisiko dan berdampak negatif pada kelangsungan hidup anak dan juga
dapat mempengaruhi perkembangan anak ketika anak mencapai usia sekolah Ernita, 2011, hal.1.
Sejak tahun 1992, Indonesia dinyatakan bebas masalah xeropthalmia, namun 50 balita masih mempunyai serum retinol kurang dari 20 µgdl yang akan
berdampak pada risiko kebutaan dan kematian karena infeksi. Survei pemetaan vitamin A yang di lakukan di Provinsi Sumatera Utara, dilaporkan bahwa prevalensi
xeropthalmia sebesar 0,12 lebih rendah dari batas WHO yaitu sebesar 0,5. Namun, bila dilihat dari kecenderungan pencapaian cakupan pemberian kapsul
vitamin A yang mengalami penurunan sejak tahun 2005, dikhawatirkan akan muncul kembali kasus tersebut.
Keller 2006, dalam soetarini, Yulifah Wirastuti, 2009, hal. 96 mengatakan bahwa vitamin A merupakan salah satu zat gizi yang tidak dapat di buat
oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin ini berfungsi merangsang pertumbuhan epitel seluruh tubuh diantaranya epitel otak dan payudara. Di dalam
pertumbuhan epitel otak vitamin A merangsang sekresi hormon prolaktin sebagai prokuser proses laktasi.
1
Universitas Sumatera Utara
Vitamin A, penting dalam menyintesis pigmen sel-sel retina yang fotosensitif, dan deferensiasi normal struktur epitel penghasil lendir. Kekurangan yang parah
menyebabkan rabun senja, serosis, dan keratinisasi konjungtiva dan kornea yang pada akhirnya menimbulkan ulkus serta nekrosis kornea. Kebutaan yang disebabkan
oleh malnutrisi merupakan akibat dari defisiensi vitamin A yang berkepanjangan. Vitamin A sendiri sangat penting dalam menopang fungsi tubuh termasuk
penglihatan integritas sel, kompetensi sistem kekebalan, serta pertumbuhan Arisman. 2007.hlm.121.
Penelitian epidemiologis memperlihatkan faktor-faktor risiko KVA, yang meliputi campak, infeksi saluran napas meningkat risiko sebanyak 2,5 kali, dan
diare risiko naik 2,5 kali. Diare, infestasi cacing, dan gangguan lain pada saluran pencernaan mengganggu penyerapan vitamin A, sementara campak, infeksi saluran
napas, dan demam meningkatkan metabolisme tubuh, serta tidak jarang pula merusak nafsu makan. Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan
organ tubuh, dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernapasan, saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif
lebih awal terjadi ketimbang kerusakanyang terdeteksi pada mata. Namun, karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang spesifik
didasarkan pada pemeriksaan mata Arisman. 2007.hlm.122. . Dinkes 2005 mengatakan bahwa kekurangan vitamin A dosis tinggi di
Indonesia masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 ada 50,2 balita yang
mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang dari 20 µgdL dan ada 66,4 ibu nifas yang mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang dari 40 µgdL.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Arisman 2007, hlm. 126 telah terbukti bahwa bayi baru lahir, terutama di negara sedang berkembang yang kasus defisiensi vitamin A-nya bersifat
endemis, memiliki cadangan vitamin A yang sangat rendah. Asupan vitamin A di awal kehidupan akan tercukupi melalui air susu ibu, terutama pada ibu yang
memiliki status vitamin A yang baik. Pernyataan ini menyiratkan bahwa bayi yang tidak disusui berisiko menderita kekurangan dan karenanya harus diberi
suplementasi, terutama jika makanan pengganti ASI tidak diperkaya dengan vitamin A. Status vitamin A yang baik diawal kehidupan akan mempengaruhi status dan
cadangan vitamin A pada tahap kehidupan lebih lanjut. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu, apabila
makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein, lemak, dan vitamin serta
mineral yang cukup Ambarwati Wulandari. 2009.hlm.27. Pemberian kapsul vitamin A untuk ibu nifas memiliki manfaat penting bagi
ibu dan bayi yang disusuinya, selain untuk meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kelangsungan hidup anak juga dapat membantu pemulihan kesehatan
ibu, oleh sebab itu pemerintah ditingkat kabupaten dapat meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak dengan cara memperkuat program vitamin A ibu nifas, akan
tetapi kebijakan yang dibuat masih berupa pengadaan, sedangkan untuk kegiatan distribusi, sosialisasi dan kunjungan rumah masih sangat terbatas Ernita, 2011,
hal.1.
Universitas Sumatera Utara
Pada asuhan masa nifas yang berhubungan dengan nutrisi, ibu nifas mempunyai kebutuhan dasar yaitu mengkonsumsi vitamin A 200.000 unit agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI Depkes, 2006, ¶ 1. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling
sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang, terutama pada 2 tahun pertama IDAI. 2008.hlm.2.
Asupan vitamin A pada perempuan Indonesia sangat rendah, baru 13 dari jumlah yang dianjurkan sebesar 500 RE Retino Ekivalen per hari. Jumlah ini
meningkat menjadi 700 RE per hari pada ibu hamil dan 850 RE per hari pada masa menyusui.Untuk memenuhi kebutuhan vitamin A tersebut pemerintah mengeluarkan
program suplementasi vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas tetapi kendala program ini adalah sosialisasi yang masih terbatas.
Pada bulan Desember 2002, The International Vitamin A Consultative Group IVACG mengeluarkan rekomendasi bahwa seluruh ibu nifas seharusnya menerima
400.000 SI atau dua kapsul dosis tinggi 200.000 SI. Pemberian kapsul pertama dilakukan segera setelah melahirkan, dan kapsul kedua diberikan sedikitnya satu hari
setelah pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian Keller, 2004, ¶ 12.
Tambahan vitamin A melalui suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh, dan dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak.
Oleh sebab itu, pemerintah di tingkat kabupaten dapat meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak dengan cara memperkuat program vitamin A ibu nifas
Dinkes, 2005. Pada ibu hamil dan menyusui, vitamin A berperan penting untuk memelihara
kesehatan ibu selama masa kehamilan dan menyusui. Penyakit Buta senja pada ibu
Universitas Sumatera Utara
menyusui, merupakan kondisi yang sering terjadi karena kekurangan vitamin A KVA. Kekurangan vitamin A juga berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu,
kekurangan berat badan, kurang gizi, meningkatnya risiko infeksi dan penyakit reproduksi Keller, 2004, ¶ 2.
Pedoman nasional yang ada pada saat ini merekomendasikan bahwa 100 ibu nifas menerima satu kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 SI paling lambat 30
hari setelah melahirkan. Walaupun begitu, data NSS di beberapa propinsi menunjukkan bahwa cakupannya hanya berkisar antara 15-25. Keller, 2004, ¶13.
Menurut Ridwanamiruddin 2007, dalam Soetarini,Yulifah Wirastuti, 2009, hal. 96 cakupan pemberian kapsul vitamin A bagi ibu nifas di Jawa Timur
hanya 54,9 dan di Malang 41,29. Di Kecamatan Dau 93 di Desa Kalisongo baru 73 dari target yang ditentukan yaitu 100. Masih rendahnya cakupan tersebut
menurut ibu yaitu salah satunya disebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang pentingnya vitamin A bagi ibu nifas. Ibu hanya mengetahui bahwa pemberian
vitamin A khusus untuk bayi dan anak Data Puskesmas Dau,2007. Menurut Direktorat Bina Gizi Masyarakat 2006, pencapaian pemberian
vitamin A pada ibu nifas tahun 2006 60 provinsi di Indonesia. Sekitar 20 baru mencapai kisaran 45,01-60. Provinsi dengan presentasi tertinggi adalah Jawa
Tengah 88,18, sementara 5 provinsi dengan presentasi terendah adalah Sumatera Utara 40,46, Sulawesi Barat 34,66, Lampung 26,65, DKI Jakarta
18,06, dan Papua 4,97 www.depkes.go.idPetakesehatan2006. Dengan cakupan pemberian vitamin menurun dan target pemberian ASI
Eksklusif yang juga masih rendah peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A dengan pengeluaran Air Susu Ibu pada ibu post partum di
Klinik cahaya Medan Tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan masalah