Kerangka Teoritik PENELITIAN TINDAKAN KELAS SMA - Blog Sekolah Dasar ARTIKEL DELIK 2010

yang diperlihatkan oleh guru bisa melalui LCD, c aktivitas kerja yaitu mengerjakan tugas-tugas yang dibeikan guru yang berkenaan dengan bahan pengajaran Purwanto : 1997 . Model delikan berorientasi pada CBSA, sebagai bentuk operasional dari pendekatan ketrampilan proses.

B. Permasalahan

Apakah pembelajaran dalam pokok bahasan gerak harmonis dengan model delikan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal dalam pokok bahasan gerak harmonis melalui pembelajaran model delikan. 2. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 3 Tegal melalui pembelajaran model delikan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi siswa Diharapkan siswa terampil dalam mengerjakan soal-soal fisika khususnya tentang gerak harmonis, aktif berdiskusi kelompok dan meningkatnya sifat kerja sama sesama teman. 2. Manfaat bagi guru Meningkatkan kreativitas guru dalam pengembangan materi pelajaran, sumbangan positif cara berfikir dan meningkatkan keakraban siswa terhadap guru. 3. Manfaat bagi sekolah Dengan penelitian ini diharapkan terjadinya perubahan pendekatan pembelajaran di lingkungan SMA Negeri 3 Tegal ke arah lebih baik sehingga menunjang keberhasilan belajar di sekolah. Sekaligus memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan inovasi pendidikan, dan praktisi pendidikan di SMA Negeri 3 Tegal. KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Belajar Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukan beberapa definisi. a. Morgan, mengemukakan: ”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.” b. Witherington, mengemukakan: ”Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar. Menurut M. Ngalim Purwanto 1990:85 bahwa pengertian belajar adalah sebagai berikut. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan- perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. 2. Model Mengajar Dengar – Lihat – Kerjakan Delikan Model delikan diangkat dan dikembangkan oleh Nana Sudjana atas dasar pengalaman empiris di lapangan. Kenyataan ini kemudian dikaji dari sudut teori dalam bidang pengajaran, terutama dari segi kegiatan belajar siswa dalam hubungannya dengan guru dan siswa Nana Sudjana:1996. Mendengar – melihat merupakan kegiatan manusia yang paling utama dalam kehidupannya dalam rangka memperluas wawasan. Nana Sudjana 1966 menegaskan bahwa kegiatan mendengar dan melihat merupakan bagian penting dari aspek kognitif. Dengan demikian, kegiatan tersebut merupaqkan awal dalam proses belajar mengajar sebelum mengarah siswa menuju pada kegiatan belajar mengajar yang lebih kompleks. Mengerjakan doing merupakan perwujudan sikap dan tingkah laku manusia aspek psikomotorik. Aspek ini berkaitan dengan aspek kognitif dalam pengertian bahwa aspek kognitif mempengaruhi aspek efektif sikap dan aspek psikomotorik perbuatan, behavior. Apabila ditinjau dari segi jenjang kognitif dalam proses belajar, kegiatan mendengar dan melihat terutama menunjang tercapainya aspek kognitif tingkat rendah, yakni pengetahuan dan pemahaman, sedangkan kegiatan mengerjakan menunjang aspek kognitif tingkat tinggi, yakni aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Oleh karena itu model delikan ini dapat digunakan untuk mencapai semua jenjang aspek kognitif. Dalam aplikasinya model delikan menempuh beberapa tahapan meliputi tahapan Pra Instruksional, Instruksional, Evaluasi dan Tindak Lanjut. Untuk proses dengar, lihat dan kerjakan dilakukan pada tahapan instruksional, sedangkan pada tahapan eveluasi meliputi kegiatan proses, hasil dan kesimpulan. Untuk perbaikan dan pengayaan dilakukan pada tahapan tindak lanjut. TAHAPAN MODEL DELIKAN 3. Proses Pembelajaran Fisika Berdasarkan pengamatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika di lapangan, ternyata masih belum memuaskan. Jika diamati lebih dalam lagi, ternyata kemampuan siswa dalam unit-unit tertentu sangatlah beraneka ragam. Misalnya, ada sebagian siswa yang pandai dalam hafalan teori atau hafal rumus tetapi dalam proses matematikanya lemah atau mengalami hambatan. Ada juga sebagian siswa yang pandai dalam hitungan, tetapi dalam pemahaman konsep masih juga mengalami hambatan. Pelajaran fisika mempunyai sifat sekrup, suatu materi melandasi materi berikutnya, sehingga suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk mempelajari fisika hendaklah berprinsip pada hal-hal berikut. a. Materi fisika disusun menurut urutan tertentu atau setiap topik fisika berdasarkan subtopik tertentu. b. Seorang siswa dapat memahami suatu topik fisika jika telah memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya. c. Mengulangi pelajaran yang telah dipelajari atau diajarkan merupakan suatu kebutuhan dan bukan suatu beban sehingga dapat dilaksanakan dengan ikhlas dalam mengerjakan tugas yang berupa latihan soal-soal. 4. Uraian Materi yang Terkait dengan Penelitian Sebelum diberikan materi tentang gerak harmonis , siswa perlu diberi stimulus dengan cara siswa diminta untuk menceritakan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan gerak yang bersifat berulang-ulang. Pegas diberi bandul atau tali diberi bandul kemudian diayunkan. F = K. Δx F = gaya Newton Δx = pertambahan panjang meter K = tetapan pegas Newton meter T = 2π √ lg T = periode ayunan secon l = panjang tali meter g = percepatan gravitasi bumi meters2 T = 2π √mK m = massa kilogram K = tetapan pegas Newton meter

B. Hipotesis Tindakan