MAHASISWA DAN GAYA HIDUP

BAB IV MAHASISWA DAN GAYA HIDUP

4.1. Defenisi Mahasiswa

Mahasiswa 93 adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Sepanjang sejarah 94 , mahasiswa di berbagai bagian dunia telah mengambil peran penting dalam sejarah suatu negara. Misalnya, di Indonesia pada Mei 1998, ribuan mahasiswa berhasil memaksa Presiden Soeharto untuk mundur dari jabatannya. Mahasiswa 95 dituntut untuk menjadi seorang ikon-ikon pembaharu dan pelopor-pelopor perjuangan yang respect 93 dan tanggap terhadap isu-isu sosial serta permasalahan umat dan bangsa. Mahasiswa merupakan generasi penerus dan cerminan bagi bangsa di masa yang akan datang. Mahasiswa sebagai pemuda penerus nilai-nilai luhur budaya bangsa, tentunya mahasiswa juga berperan mewujudkan cita- cita Bangsa Indonesia, yakni membawa Indonesia menjadi bangsa yang tegas, berwibawa dan disegani di mata dunia internasional. Mahasiswa adalah aset bangsa dalam segi sumber daya manusia untuk pembangunan nasional. Mahasiswa seyogianya merupakan seorang pelajar yang mempunyai segudang aktivitas kampus secara internal maupun eksternal. Yakni mulai dari kegiatan belajar mengajar di kampus, mengerjakan berbagai macam tugas yang diberikan oleh para staff pengajar dosen, kegiatan-kegiatan kampus yang dilakukan dengan teman sejawatnya di kampus seperti organisasi kemahasiswaan yang ada di setiap kampus, hingga kegiatan mereka di luar kampus, seperti aktivitas nongkrong diantara para mahasiswa. http:id.wikipedia.orgwikiMahasiswa akses 28 Desember 2013. 94 Ibid., 95 http:waris007.student.umm.ac.id20100128hello-world akses 28 Desember 2013. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa mengandung makna bahwa mahasiswa yang kelak mampu untuk meneruskan pembangunan dan mengendalikan negara di masa depan nantinya. Mahasiswa juga dituntut untuk menjadi generasi yang jauh lebih bermutu di masa depan daripada generasi yang ada pada saat ini, karena para pemimpin bangsa yang ada sekarang, tentunya akan digantikan oleh bibit- bibit penerus baru, yaitu mahasiswa yang ada sebagai kelak pembawa perubahan besar bagi Bangsa Indonesia. Jika dilihat dari makna tersebut, maka mahasiswa dituntut untuk menjadi orang yang memiliki pengetahuan, kemampuan skill di suatu bidang. Mahasiswa merupakan benih cendikiawan muda, untuk itu seharusnya mahasiswa jauh lebih berfokus dalam menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, agar ilmu yang telah mereka pelajari dapat digunakan sebagai konsep pembangunan, yang diharapkan membawa kesejahteraan bagi Bangsa dan Negara Indonesia. Maka dari itu, mahasiswa harus mampu memupuk dirinya menjadi orang-orang yang kuat dalam artian tersebut. Selain itu, mahasiswa juga harus mempunyai moral yang baik, yang dapat diperlihatkan kepada masyarakat sebagai golongan orang- orang terpelajar. Karena tidak dapat dipungkiri, mahasiswa sebagai penghubung antara pemerintah dan masyarakat. Arti sebagai penghubung disini yaitu, mahasiswa harus mampu menyampaikan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah terkait dengan kepentingan umum yang menyangkut dengan kehidupan bermasyarakat. Dan juga sebaliknya, mahasiswa juga harus mampu mengetahui makna dan fungsi program- program yang dilaksanakan pemerintah, agar mahasiswa mengetahui fungsi dari program yang berjalan. Apabila program tersebut hanya merugikan masyarakat, maka mahasiswa berhak untuk menanyakan kepada pemerintah akan tanggung jawab dari program yang diterapkan oleh pemerintah tersebut. Defenisi Mahasiswa lainnya yang didapatkan penulis melalui hasil wawancara dengan salah seorang Mahasiswa yang bernama Samuel UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Juniko, berusia 22 Tahun, Samuel juga merupakan Ketua Himpunan Mahasiswa Antropologi FISIP USU, menurut Samuel : “Mahasiswa adalah sebuah jenjang ataupun sebuah gelar pendidikan yang sedang dijalani oleh seseorang di perguruan tinggi, jenjang pendidikan tersebut dapat berupa gelar pendidikan diploma maupun sarjana. Mahasiswa dalam hal ini tidak hanya sebagai gelar tersebut, namun ada hal-hal lain juga yang menjadi tanggung jawab mereka. Dalam artian disini, mahasiswa memiliki tanggung jawab dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni : Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian”. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 20 Ayat 2 berisi : “Perguruan Tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat” . Tri Dharma perguruan tinggi 96 merupakan tiga pilar dasar pola pikir dan menjadi kewajiban bagi mahasiswa sebagai kaum intelektual di negara ini. Karena mahasiswa adalah ujung tombak perubahan bangsa kita ke arah yang lebih baik. Pernyataan ini menjadi terbukti ketika kita melihat sejarah bangsa ini dimana sebagian perubahan besar yang ada di negara ini dimulai oleh mahasiswa, dalam hal ini pemuda-pemudi Indonesia. Adapun Tri Dharma Perguruan tinggi itu sendiri meliputi 97 1. Pendidikan : Mahasiswa sebagai kaum intelektual bangsa yang menduduki 5 persen dari populasi warga negara Indonesia berkewajiban meningkatkan mutu diri secara khusus agar mutu bangsa pun meningkat pada umumnya dengan ilmu yang mereka pelajari selama pendidikan di kampus sesuai 96 http:p5feunpad.wordpress.com20110717tri-dharma-perguruan-tinggi-dan-pemahamannya akses 26 November 2013. 97 Ibid., UNIVERSITAS SUMATERA UTARA bidang keilmuan tertentu. Mahasiswa dan pendidikan merupakan 1 kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga ketika mahasiswa melakukan segala kegiatan dalam hidupnya, semua harus didasari pertimbangan rasional, bukan dengan adu otot. Itulah yang disebut kedewasaan mahasiswa. 2. Penelitian dan Pengembangan Ilmu yang mereka kuasai melalaui proses pendidikan di perguruan tinggi harus diimplementasikan dan diterapkan. Salah satunya dengan langkah ilmiah, seperti melalui penelitian. Penelitian mahasiswa bukan hanya akan mengembangkan diri mahasiswa itu sendiri, namun juga memberikan manfaat bagi kemajuan pperadaban dan kepentingan bangsa kita dalam menyejahterakan bangsa. Selain pengembangan diri secara ilmiah dan akademis. Mahasiswa pun harus senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya dalam hal softskill 3. Pengabdian pada masyarakat dan kedewasaan diri dalam menyelesaikan segala masalah yang ada. Mahasiswa harus mengembangkan pola pikir yang kritis terhadap segala fenomena yang ada dan mengkajinya secara keilmuan. Mahasiswa menempati lapisan kedua dalam relasi kemasyarakatan, yaitu berperan sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah. Mahasiswa adalah yang paling dekat dengan rakyat dan memahami secara jelas kondisi masyarakat tersebut. Kewajiban sebagai mahasiswa menjadi front line dalam masyarakat dalam mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah terhadap rakyat karena sebagaian besar keputusan pemerintah di masa ini sudah terkontaminasi oleh berbagai kepentingan politik tertentu dan kita sebagai mahasiswa yang memiliki mata yang masih bening tanpa ternodai kepentingan-kepentingan serupa mampu melihat secara jernih, melihat yang terdalam dari yang terdalam terhadap intrik politik yang tidak jarang mengeksploitasi kepentingan rakyat. Disini mahasiswa berperan untuk membela kepentingan masyarakat, tentu tidak dengan jalan kekerasan dan aksi chaotic, namun menjunjung tinggi nilai- nilai luhur pendidikan, kaji terlebih dahulu, pahami, dan sosialisasikan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada rakyat, mahasiswa memiliki ilmu tentang permasalahan yang ada, mahasiswa juga yang dapat membuka mata rakyat sebagai salah satu bentuk pengabdia terhadap rakyat. Samuel juga berpendapat bahwa mahasiswa dapat menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut secara bersamaan. Samuel menjelaskan arti bersamaan tersebut yakni, ketika mahasiswa masih memiliki jadwal kuliah yang padat, mahasiswa tersebut juga dapat melakukan penelitian untuk masyarakat, dimana hasil dari penelitian yang dilakukan tersebut pastinya juga berguna untuk masyarakat. Hasil diskusi penulis dengan Samuel juga mendapatkan defenisi mahasiswa itu merupakan identitas yang dimiliki seseorang dalam memperoleh gelar kesarjanaannya. Tidaklah semua mahasiswa dapat menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, namun bukan berarti mahasiswa yang tidak dapat menjalankan tidak patut disebut sebagai mahasiswa, karena jika ditinjau kembali mahasiswa adalah seseorang yang melanjutkan pendidikannya setelah jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di Perguruan Tinggi.

4.1.1. Defenisi Mahasiswa Menurut Peraturan Pemerintah dan Para Ahli

Pengertian Definisi Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No.30 tahun 1990, Tentang Pendidikan Tinggi, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1, Ayat 6, yang berisi : “Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu” 98 . Mengambil makna dari Undang-undang Republik Indonesia No. 20 99 98 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Tinggi. 99 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Bab VI, Bagian Keempat Pendidikan Tinggi, Pasal 19, Ayat 1 : Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. . Tahun 2003, Bab VI, Bagian Keempat Pendidikan Tinggi, Pasal 19, Ayat 1, Mahasiswa juga merupakan sebutan bagi orang-orang yang sedang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengambil jenjang pendidikan di perguruan tinggi yang mencakup program diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Sedangkan menurut Sarwono 1978 100 Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi : “Mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun”. 101 Pengertian Mahasiswa menurut Knopfemacher dalam Suwono, 1978 . Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. 102 Mahasiswa sebagai kaum terpelajar tentunya memiliki peran dan fungsi yang harus dipegang teguh. Peran dan fungsi ini berguna untuk membentuk mahasiswa sebagai insan terpelajar dan juga terarah dalam menjalani kehidupannya di lingkungan masyarakat. Adapun peran dari mahasiswa yaitu “Mahasiswa adalah insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi yang makin menyatu dengan masyarakat, dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual”.

4.1.2. Peran, Fungsi dan Posisi Mahasiswa

103 1. Agent Of Change Generasi Perubahan : Mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan.Artinya jika ada sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitar dan itu salah, mahasiswa 100 http:definisipengertian.com2012pengertian-definisi-mahasiswa-menurut-para-ahli akses 26 November 2013. 101 Ibid., 102 Ibid., 103 http:catatanaktivismuda.blogspot.com201308peran-fungsi-mahasiswa-pfm.html akses 26 November 2013 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dituntut untuk merubahnya sesuai dengan harapan sesungguhnya. Dengan harapan bahwa suatu hari mahasiswa dapat menggunakan disiplin ilmunya dalam membantu pembangunan indonesia untuk menjadi lebih baik kedepannya. Mahasiswa adalah salah satu harapan suatu bangsa agar bisa berubah ke arah lebih baik.hal ini dikarenakan mahasiswa dianggap memiliki intelek yang cukup bagus dan cara berpikir yang lebih matang, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi jembatan antara rakyat dengan pemerintah. 2. Social Control Generasi Pengontrol Sebagai generasi pengontorol seorang mahasiswa diharapkan mampu mengendalikan keadaan sosial yang ada di lingkungan sekitar. Jadi, selain pintar dalam bidang akademis, mahasiswa juga harus pintar dalam bersosialisasi dan memiliki kepekaan dengan lingkungan. Mahasiswa diupayakan agar mampu mengkritik, memberi saran dan memberi solusi jika keadaan sosial bangsa sudah tidak sesuai dengan cita- cita dan tujuan bangsa, memiliki kepekaan, kepedulian, dan kontribusi nyata terhadap masyarakat sekitar tentang kondisi yang teraktual. Asumsi yang kita harapkan dengan perubahan kondisi sosial masyarakat tentu akan berimbas pada perubahan bangsa. Intinya mahasiswa diharapkan memiliki sense of belonging yang tinggi, sehingga mampu melakukan hal- hal yang bermanfaat bagi masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang senantiasa mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Iron Stock Generasi Penerus Sebagai tulang punggung bangsa di masa depan, mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya di pemerintahan kelak. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan bangsa Indonesia . Tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan. Dalam hal ini mahasiswa diartikan sebagai cadangan masa depan. Pada saat menjadi mahasiswa kita diberikan banyak pelajaran, pengalaman yang suatu saat nanti akan kita pergunakan untuk membangun bangsa ini. 4. Moral Force Gerakan Moral Mahasiswa sebagai penjaga stabilitas lingkungan masyarakat, diwajibkan untuk menjaga moral-moral yang ada. Bila di lingkungan sekitar terjadi hal-hal yang menyimpamg dari norma yang ada, maka mahasiswa dituntut untuk merubah dan meluruskan kembali sesuai dengan apa yang diharapkan. Mahasiswa sendiri pun harus punya moral yang baik agar bisa menjadi contoh bagi masyarakat dan juga harus bisa merubah ke arah yang lebih baik jika moral bangsa sudah sangat buruk, baik melalui kritik secara diplomatis atau pun aksi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disamping memiliki peran, mahasiswa juga memiliki fungsi-fungsi tertentu. Fungsi Mahasiswa 104 1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat. berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan M.Hatta yaitu membentuk manusia susila dan demokrat, yakni : 2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan. 3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan di masyarakat. Berdasarkan pemikiran M.Hatta tersebut 105 a. Insan akademis harus memiliki sense of crisis yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. , dapat disederhanakan bahwa tugas perguruan tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu mengembangkan dirinya. b. Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa harus mencari nilai-nilai kebenaran itu 104 Ibid., 105 Ibid., UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sendiri, kemudian meneruskannya kepada masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut. Selain memiliki peran dan fungsi, mahasiswa juga memiliki posisi yang penting di dalam masyarakat. Karena posisinya yang penting di dalam masyarakat itu, maka mahasiswa berada diantara masyarakat dan pemerintah yang sarat dengan berbagai permasalahan. Adapun posisi mahasiswa yakni : 1. Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke pemerintah 106 2. Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke masyarakat dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat, dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat. 107 dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswa lah yang harus “menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut agar mudah dimengerti masyarakat. 106 Ibid., 107 Ibid., UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.2. Defenisi Gaya Hidup

Gaya hidup adalah sesuatu yang menggambarkan pemilihan atas citra rasa seseorang di dalam kehidupannya. Pemilihan citra rasa yang dimaksudkan penulis yakni pemilihan dalam bidang pendidikan, fashion, hiburan dan lain sebagainya. Konsep gaya hidup seseorang pastinya mempengaruhi perilakunya sendiri. Gaya hidup juga merupakan cara bagaimana seseorang hidup. Gaya hidup dapat dilihat melalui kumpulan aktivitas dan pola hidup yang menyangkut bagaimana seseorang menggunakan waktu dan materi yang dimilikinya. Gaya hidup adalah cara seseorang memupuk konsep yang ada di dalam benaknya yang mampu menciptakan perbedaan antara masing- masing individu, karena setiap individu memiliki gaya hidup yang berbeda-beda, tergantung tempat dimana ia hidup dan dibesarkan. Gaya hidup tidaklah terlepas dari beberapa faktor, yakni faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor awal pembentukan kepribadian seseorang, yakni keluarga sebagai ruang sosialisasi utama manusia di dalam kehidupannya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan tempat seorang anak manusia hidup dan berkembang sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Faktor intern keluarga sangat mempengaruhi seorang individu dalam pembentukan gaya hidupnya sehari-hari. Karena gaya hidup masyarakat sederhana tentunya berbeda dengan gaya hidup masyarakat pada tingkatan ekonomi menengah ke atas. Jadi, melalui gaya hidup juga mampu mempertegas identitas pribadi yang dimiliki seseorang. Faktor eksternal yang dimaksudkan penulis yakni, lingkungan sosial tempat individumasyarakat hidup pastinya mempunyai nilai dan norma yang berlaku. Melalui nilai dan norma tersebut lahirlah gaya hidup yang mereka miliki, yang diyakini dapat membawa masyarakat tersebut ke suatu hal yang dianggap baik menurut mereka. Gaya hidup tersebut dapat berupa pola hidup sehat yang berlaku di suatu lingkungan tertentu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gaya hidup biasanya membayangkan sikap, nilai, dan pandangan dunia seseorang 108 Pengertian gaya hidup menurut KBBI adalah . Melalui gaya hidup, maka ada perbedaan di tiap individu dalam menyikapi suatu realitas sosial yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat. 109

4.2.1. Gaya Hidup Menurut Para Ahli

: pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, kehidupan masyarakat, perilaku di depan umum, dan upaya membedakan statusnya dari orang lain melalui lambang-lambang sosial. Gaya hidup atau life style dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu masyarakat tertentu. Gaya hidup sangat mempengaruhi setiap penampilan seseorang, dan orang-orang akan cenderung memilih produk, aktivitas atau jasa yang dapat menunjang penampilannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 110 108 , gaya hidup diartikan sebagai pola tingkah laku sehari-hari terkait dengan interaksi manusia dalam masyarakat. Gaya hidup menurut Weber Sunarto, 2000:93, berarti persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol-simbol gaya hidup yang sama. Gaya hidup menurut Nugroho J. Setiadi 2003:148 secara luas didefenisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka aktivitas, apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya minat, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya. http:ms.wikipedia.orgwikiGaya_hidup akses 30 November 2013. 109 http:carapedia.compengertian_gaya_hidup_menurut_kbbi_info1832.html akses 20 Desember 2013 110 http:kbbi.web.id , Loc.Cit. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gaya hidup dapat dipahami sebagai sebuah karakteristik seseorang secara kasatmata, yang menandai sistem nilai, serta sekap terhadap diri sendiri dan lingkungannya. Menurut Piliang 1998:208 111 Gaya hidup dalam tempo cepat dapat didefenisikan sebagai suatu cara pandang untuk melihat interaksi manusia melalui simbolisme yang kasat mata dan terjadi secara cepat , Gaya hidup merupakan kombinasi dan totalitas cara, tata, kebiasaan, pilihan, serta objek-objek yang mendukungnya, dalam pelaksanaannya dilandasi oleh sistem nilai atau sistem kepercayaan tertentu. 112

4.3. Mahasiswa dengan Gaya Hidup Dunia Gemerlap

. Bambang Hidayat 2004:194 juga menjelaskan bahwa gaya hidup masyarakat mencerminkan tingkah laku masyarakat pada masanya. Sedangkan M.E. Sobel 1981:56 mengartikan bahwa gaya hidup menjadi cara manusia memberikan makna pada kehidupannya, membutuhkan medium dan ruang untuk mengekspresikan makna tersebut. Dalam tulisan ini, penulis mendeskripsikan mahasiswa dengan gaya hidup dugemnya. Dimana penulis melihat fenomena mahasiswa bergaya hidup dugem di Kota Medan bukan lagi menjadi suatu hal yang dianggap tabu dikalangan mahasiswa itu sendiri. Dalam hal ini, kebiasaan mahasiswa yang suka atau gemar pergi ke tempat hiburan malam dapat digolongkan pada gaya hidup dalam tempo cepat. Karena mahasiswa dapat dengan mudah terpengaruh oleh budaya yang datang dari luar. Seperti yang kita ketahui, mahasiswa dalam kesehariannya cenderung mencari suatu hal yang baru demi menemukan jati dirinya, dan ini merupakan suatu proses yang wajar, dimana mereka memasuki tahapan yang juga jauh lebih dewasa di dalam pergaulan mereka, baik itu pergaulan mereka di dunia kampus, maupun di luar kampus. Mereka selalu 111 http:carapedia.compengertian_gaya_hidup_menurut_kbbi_info1832.html. Loc.Cit., 112 Yasraf Amir Piliang, Op.Cit., UNIVERSITAS SUMATERA UTARA membuka diri terhadap hal-hal yang belum pernah mereka geluti sebelumnya. Bahkan tak jarang terdapat pemikiran pada diri mereka, bahwa jika mereka tidak mengikuti tren yang sedang berkembang, mereka akan merasa sangat ketinggalan zaman, sehingga mereka akan senantiasa mencari informasi dan apabila mereka merasa tertarik, mereka akan terjun ke dalam hal yang baru itu. Mahasiswa di dalam aktivitasnya sehari-hari di kampus, pastinya akan ada rasa jenuh dan ingin mencari kesenangan bagi dirinya sendiri, ini merupakan hal yang wajar bagi manusia. Karena memang sudah suatu kenyataan yang tidaklah dapat dipungkiri lagi, apabila manusia memiliki keinginan dan hasrat ingin menyenangkan dirinya. Mahasiswa merupakan manusia biasa yang tidak dapat terlepas dari sifat-sifat dasar manusia tersebut, maka dengan adanya sifat itu, mahasiswa cenderung akan selalu mengikuti tren yang sedang berkembang. Tren yang dimaksudkan penulis disini yakni tren mahasiswa dengan gaya hidup dugem bersama teman-teman mereka, baik itu teman mereka di kampus, maupun teman mereka yang dikenal di dunia gemerlap itu sendiri. Dalam suatu wawancara penulis dengan informan, penulis mendapatkan data dari informan yang tidak ingin disebutkan namanya, beliau merupakan mahasiswa stambuk 2010 dari suatu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Medan, dan dia juga penduduk asli dari Kota Medan, sebut saja namanya Metro Pria, berusia 21 Tahun : “awalnya aku cuma ikut-ikutan teman bang, itu waktu di awal tahun 2010. Kemarin itu awalnya kami berangkat lima orang sama kawan-kawanku satu kampus. Pertama aku diajak masuk ke Tobasa bang, disitu kami minum, merokok-merokok lah bang. Akhirnya jadi keseringan masuk bang. Kadang kami di NZ, atau kadang kalau kami lagi rame, CK nya pun lumayan, kami masuk ke Entrance bang, kan disitu lebih elit bang, gak dayak-dayak kali pengunjungnya bang”. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Selain itu, penulis juga mewawancarai informan lainnya, kita sebut saja namanya Gery, dia seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta, stambuk 2012, berusia 19 Tahun : “aku mulai masuk-masuk gini bang sejak SMA kelas 3 akhir bang, waktu itu kan libur panjang, nunggu keluar ijazah, sambilan aku bimbingan, sambil latihan-latihan masuk angkatan juga bang, eh malah ga jebol juga masuk angkatan bang. Heheheee.. Waktu itu kami lagi ngumpul-ngumpul aja di warkop bang, ga tau mau kemana, terakhirnya kami arahkan aja mobil kami ke NZ bang, masuklah kami disitu, kan lagian bukannya mahal kali masuknya bg. Cuma modal CK-CK sama kawan untuk beli minum di dalam bang. Penulis tidak hanya mewawancarai mahasiswa yang berasal dari Kota Medan saja, penulis juga mendapatkan data dari mahasiswa yang saya samarkan namanya, sebut saja namanya Sasya Wanita, seorang mahasiswa stambuk 2009 di perguruan tinggi negeri di Kota Medan, berusia 22 Tahun, dia mengatakan : “kalau aku taunya dugem ini dari kawanku yang anak medannya bang. Sebelum tau dugem, aku sering diajak nongkrong-nongkrong dulu di warkop-warkop anak muda disini bang. Terus diajak open lah aku bang, baru aku tau bang. Tapi sampai sekarang masih sering aku bang, apalagi kalau lagi suntuk, terus diajak kawan, manalagi baru datang kiriman dari ortuku bang, jelas lah kami open bang”. Menurut hasil wawancara mendalam penulis dengan seorang mahasiswa yang juga tidak ingin disebutkan namanya, tetapi penulis memberi inisial Ltf, bahwa menurut dia, tidak lah semua mahasiswa yang sering dugem merupakan mahasiswa yang bergaya hidup dugem. Dia sendiri sebagai mahasiswa yang sudah tingkat atas, merasa bahwa dugem UNIVERSITAS SUMATERA UTARA itu tidak lah menjadi suatu hal yang wajib baginya. Memang dia mengakui, bahwa hingga saat ini, dia masih sering berdugem ria bersama teman-temannya, bahkan bukan hanya temannya yang satu kampus saja. Dia juga sudah memiliki banyak teman yang dikenal melalui pergaulannya di tempat hiburan malam. Menurut hasil percakapan kami, setiap bulannya, minimal dia 2-3 kali pergi ke tempat hiburan malam bersama temannya. Ltf bersama teman-temannya memang sudah memiliki banyak cerita berdugem di tempat hiburan malam. Dia juga bercerita saat dia memakai obat agar mereka merasa lebih fun sewaktu berjoget di arena. Menurut dia juga, bahwa dugem yang sesungguhnya itu, yakni ketika kita berada di arena berjoget dengan teman-teman ataupun pengunjung lainnya. Ketika saya berbincang-bincang lama dengan Ltf, saya menanyakan kepadanya, dugem mana yang lebih asyik, di arena atau ketika berada di ruang KTV ?. Dan dia pun menjawabnya, lebih asyik di arena, karena kalau di KTVan, itu hanyalah seperti Private Party antara dia dan teman-temannya yang sudah membuat janji. Tetapi kalau di arena, dia dapat berkenalan dengan pengunjung lain yang memiliki kesamaan suka berdugem. Ltf juga berprofesi sebagai Host di acara-acara anak muda, dia sering diundang sebagai pembawa acara di acara-acara yang dibuat oleh Event Organizer yang ada di Kota Medan. Ltf tidak menyangkal, bahwa banyak juga anak muda, khususnya mahasiswa, yang sering keluar masuk tempat hiburan malam dan berdugem ria. Ltf juga tidak keberatan, apabila kebiasaan dugem dikatakan sebagai gaya hidup di kalangan mahasiswa, karena menurut dia, ada juga kawan-kawannya yang masih berstatus mahasiswa, dan mereka menjadikan dugem itu sebagai gaya hidup mereka. Dimana menurut dia, mahasiswa cenderung ingin dikenal dan memiliki banyak relasi pertemanan baik itu di kampus, maupun di luar kampus. Jadi tidak lah merupakan hal yang buruk, apabila mahasiswa itu memiliki banyak UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pertemanan yang dikenal melalui aktivitas dugem yang mereka geluti selama ini. Terkadang Ltf pun berpamitan kepada orang tuanya apabila dia ingin masuk ke tempat hiburan malam bersama teman-temannya. Dan saya pun menanyakan kepada dia, bagaimana respon orang tuanya ketika dia berpamitan. Maka dia menjawab, orangtuanya tidak marah atau mengekang dia untuk tidak pergi ke tempat hiburan malam, orang tuanya hanya berpesan, boleh pergi ke tempat hiburan malam, tetapi jangan sampai membuat masalah ketika sedang berada di tempat hiburan malam, pintar-pintar jaga diri saja, itu lah pesan orang tuanya kepada dia. Dia juga menceritakan, bahwa biaya yang sering dihabiskan dia untuk masuk tempat hiburan malam sekitar Rp.300-500,-orangnya. Ltf mengatakan, biaya itu sudah termasuk untuk biaya minum di dalam, karena Ltf sering masuk bersama teman-temannya, terkadang mereka ramai-ramai, dan terkadang juga hanya sekitar lima orang saja. Dia juga menjelaskan, biaya untuk obat itu tergantung berapa butir yang dibeli. Untuk masalah obat, dia mengakui, baru sekitar 3 kali saja dia mau ngobat, sebelumnya dia hanya minum dan merokok saja di dalam. Harga obat yang sering mereka pakai yakni Pink Love dan Summer Love. Untuk Pink Love berwarna merah muda, memiliki harga Rp.150.000,- untuk dua butir obat, dan harga Summer Love berwarna kecoklatan, memiliki harga sekitar Rp.300.000,- untuk dua butir obat. Ketika kami berbincang-bincang lagi, dia juga memberitahu kepada saya, harga obat itu ada juga yang mencapai jutaan rupiah, tetapi dia dan teman-temannya belum pernah membeli obat yang seharga jutaan rupiah. Menurut Ltf, gaya hidup dugem saat ini sudah bukan lagi hal yang tabu bagi mahasiswa. Karena setiap mahasiswa itu masing-masing memiliki gaya hidup tersendiri, dan gaya hidup yang mereka punya sangat berkaitan dengan lingkungan tempat menuntut ilmu di kampus serta lingkungan tempat tinggal. Bagi mahasiswa yang tinggal di areal kost- kostan, apabila banyak dari teman-teman kostnya yang suka berdugem, bisa saja mahasiswa tersebut juga terikut dengan teman-temannya untuk UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berdugem. Sekarang tergantung kita sendiri sebagai mahasiswa, menganggap itu baik apa tidak, mau terjun kesana apa hanya sekedar mengetahui realitas tempat hiburan malam saja. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB V AKTIVITAS MAHASISWA DAN DUNIA GEMERLAP MALAM