Asas “LEX CERTA” Transparant dalam proses pemeriksaan di depan penyidikpenuntut umum.

Kebalikan dari norma terbuka adalah norma tertutup. Makna norma tertutup ini artinya keberadaan norma tersebut tidak multitafsir, perumusan norma dilakukan secara limitatif. Dengan perkataan lain, dengan perumusan norma secara tertutup ini, baik aparat penegak hukum maupun masyarakat, tidak akan memberikan penafsiran sesuai dengan selera atau kepentingan mereka sendiri- sendiri. Melalui perumusan norma secara tertutup ini, akan terjamin adanya rasa kepastian hukum bagi pencari keadilan. Aparat penegak hukumpun, dengan adanya penormaan yang tertutup ini, akan tidak dapat melakukan kesewenang-wenangan. Salah satu contoh pasal dengan penormaan secara tertutup, yaitu pengaturan dalam Pasal 21 ayat 4 tentang tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan. Diluar tindak pidana tersebut tidak dapat dikenakan penahanan.

6. Asas “LEX CERTA”

a. Rumusan harus pasti certainty b. Jelas concise c. Tidak membingungkan unambagious. 9 7. Lex temporis delicti Makna asas “lex temporis delicti” yaitu bahwa ketentuan hukum pidana, baik hukum pidana materiil maupun hukum pidana formil, berlaku pada saat tindak pidana tersebut dilakukan dan bukan pada saat tindak pidana tersebut diproses. Hal ini sangat wajar, mengingat tidak menutup kemungkinan seseorang melakukan tindak pidana kemudian kabur dan ternyata aparat penegak hukum cukup lama dapat menangkap dan memroses yang bersangkutan. Pada saat dapat ditangkap dan diproses ternyata hukum acara pidananya sudah berubah. Dalam kondisi yang seperti ini, berlakulah asas “lex temporis delicti”. 10 9 Romli Atmasasamita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Kencana, Bogor, 2003, h. 24 10 Moelyatno, Azas-azas Hukum Pidana.

8. Transparant dalam proses pemeriksaan di depan penyidikpenuntut umum.

Berdasarkan KUHAP, yang nampak jelas adanya tranparansi pemeriksaan, dengan tegas diatur dalam Pasal 153 KUHAP. Sedangkan khusus pemeriksaan oleh penyidik Polri dan Kejaksaan untuk tindak pidana tertentu, misalnya korupsi, sangat tertutup, seringkali penasihat hukum kesulitan berhubungan dengan kliennya yang sedang diperiksa oleh penyidik. Dalam Pasal 115 KUHAP sudah diatur 2 dua doktrin yaitu 1. P.H. melihat dan mendengar proses pemeriksaan tersangka oleh penyidik Pasal 115 ayat 1 KUHAP; 2. P.H. melihat dan tanpa mendengar proses pemeriksaan tersangka oleh penyidik Pasal 115 ayat 2 KUHAP; Menurut Romli Atmasasmita “Pembangunan hukum nasional masa reformasi saat ini sesungguhnya merupakan konsekuensi lanjutan masa transisi, dari sistem otoratirian kepada sistem yang demokrasi yang mengedepankan tranparansi, akuntabilitas, hak asasi manusia dan membuka akses publik kepada kinerja pemerintah”. 11

9. Asas Perlindungan saksi dan korban