16 Prinsip Pembatasan Penahanan
Penahanan dengan sendirinya mempunyai nilai dan makna perampasan kebebasan dan kemerdekaan orang yang ditahan, menyangkut nilai-nilai
perikemanusiaan dan harkat martabat kemanusiaan, juga menyangkut nama baik dan pencemaran atas kehormatan diri pribadi atau pembatasan dan pencabutan
sementara sebagian hak-hak asasi manusia.
Guna menyelamatkan manusia dari perampasan dan pembatasan hak-hak asasinya secara tanpa dasar, perlu penetapan secara ‘limitatif’ dan terperinci
wewenang penahanan yang diperbolehkan dilakukan oleh setiap jajaran aparat penegak hukum dalam setiap tingkat pemeriksaan
29
.
17 Asas Penggabungan Pidana Dengan Ganti Rugi
Asas penggabungan perkara pidana dan gugatan ganti rugi yang bercorak perdata.
30
: - haruslah berupa kerugian yang dialami korban sebagai akibat langsung dari
tindak pidana yang dilakukan terdakwa; - jumlah besarnya ganti rugi yang dapat diminta hanya terbatas sebesar kerugian
material yang diderita korban; - penggabungan perkara pidana dan gugatan ganti rugi yang bersifat perdata
dapat dimajukan pihak korban sampai proses perkara pidananya belum memasuki taraf proses penuntut umum mengajukan requisitor.
18 Asas Unifikasi
28
M. Yahya Harahap mengartikan landasan asas atau prinsip sebagai dasar patokan hukum yang melandasi
KUHAP dalam penerapan hukum. Asas-asas atau prinsip hukum mana menjadi tonggak pedoman bagi instansi jajaran aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal KUHAP
M. Yahya Harahap, Op.Cit., Hlm. 33-59
29
M. Yahya Harahap, Ibid.
30
M. Yahya Harahap, Ibid.
Unifikasi hukum dilaksakanan dalam rangka mengutuhkan kesatuan dan persatuan nasional di bidang hukum dan penegakan hukum, guna tercapainya cita-
cita wawasan nusantara di bidang hukum, serta hukum yang mengabdi kepada kepentingan wawasan nusantara
31
.
19 Prinsip Differensial Fungsional
Yang dimaksud dengan differensi fungsional adalah penjelasan dan penegasan pembagian tugas wewenang antara jajaran aparat penegak hukum secara
instansional.
Peletakan suatu asas ‘penjernihan’ clarification dan ‘modifikasi’ modification fungsi dan wewenang antara setiap instansi penegak hukum yang
diatur sedemikian rupa sehingga tetap terbian saling korelasi dan koordinasi dalam proses penegakan hukum yang saling berkaitan dan berkelanjutan antara
satu instansi dengan instansi lain, sampai ke taraf proses pelaksanaan eksekusi dan pengawasan pengamatan pelaksanaan eksekusi
32
.
20 Prinsip Saling Koordinasi
Walaupun ada penggarisan tegas pembagian wewenang secara instansional, ada ketentuan-ketentuan yang menjalin isntansi-instansi penegak hukum dalam
suatu hubungan kerjasama yang menitikberatkan bukan hanya untuk menjernihkan tugas wewenang dan efisiensi kerja, tetapi titik berat kerjasama
tersebut juga diarahkan untuk terbinanya suatu tim aparat penegak hukum yang dibebani tugas tanggung jawab saling awas mengawasi dalam sistem cekking
antara sesama mereka.
31
M. Yahya Harahap, Ibid.
32
M. Yahya Harahap, Ibid.
Dengan penggarisan pengawasan yang berbentuk sistem ceking, diciptakan dua bentuk sistem pengawasan dan pengendalian pelaksanaan penegakan hukum,
yaitu
33
: - ‘built in control,’ pengawasan ini dilaksanakan berdasarkan struktural oleh
amsing-masing instansi menurut jenjang pengawasan span of control oleh atasan kepada bawahan.
- demi untuk tercapainya penegakan hukum yang lebih bersih dan manusiawi, penegakan hukum harus diawasi dengan baik. Semakin baik dan semakin
teratur mekanisme pengawasan dalam suatu satuan kerja, semakin tinggi prestasi kerja, karena dengan mekanisme pengawasan yang teratur, setiap
saat akan dapat diketahui penyimpangan yang terjadi. Jika sedini mungkin penyimpangan dapat dimonitor, masih mudah lagi untuk mengembalikan
penyimpangan ke arah tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.
21 Verbod van eigen richting.
Tidak boleh main hakim sendiri, artinya semua erkara yang sudah masuk di penyidik, harus dituntaskan sampai di pengadilan. Tidak diperknankan suatu
perkara berhenti di dpean penyidik atau kejaksaan.
Kecuali perkara tidak pidan aduan, yang memang dimungkinkan adanya pencabutan perkara, sehingga perkara berhenti.
34
22 Iudex ne procedat ex officio.
Hakim pasif dalam proses penuntutan, artinya hakim menunggu pelimpahan perkara oleh penuntut umum
35
.
33
M. Yahya Harahap, Ibid.
34
P.A.F. Lamintang, KUHAP dengan Pembahasan Secara Yuridis menurut Yurisprudensi dan Ilmu Pengetahuan Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1984.
35
P.A.F. Lamintang , Ibid
23 Kebebasan hakim dalam mengadili suatu perkara pidana.
Hal ini merupakan wujud dari kekuasan kehakima yang bebas dan merdeka dari tekanan kekuasaan manapun. Hakimpun bebas memutus prkara sesuai
dengan koridor peraturan yang berlaku
36
.
Tabel: Asas RUU HAP menurut beberapa Ahli Andi Hamzah
Luhut MP Pangaribuan
M. Yahya Harahap PAF. Lamintang