Norma dalam Hukum Pidana Materiil dan Norma Hukum Pidana Formil

Di sini karena terjadi perubahan dalam hukum pidana materiil, maka hukum acara pidanapun untuk proses tersebut mengikuti perkembangan, artinya aparat penegak hukum terikat dengan perubahan yang terjadi.

4. Norma dalam Hukum Pidana Materiil dan Norma Hukum Pidana Formil

Sebagaimana sudah disebutkan di atas bahwa hukum acara pidana merupakan suatu proses atau prosedur atau tata cara yang harus dilakukan atau diterapkan oleh aparat penegak hukum manakala disangka terjadi suatu tindak pidana. Hal ini mengandung suatu konsekuensi logis bahwa norma yang diatur oleh hukum acara pidana merupakan norma kewenangan bevoegdheidsnormen. Dengan demikian bagian terbesar KUHAP adalah tentang wewenang dan penggu- naan wewenang. Pengaturan wewenang dan penggunaan wewenang, tidaklah semata-mata soal pembagian wewenang kepada berbagai instansi yang terlibat dalam penanganan perkara pidana, yaitu aparat kepolisian, kejaksaan, pengadilan, namun yang paling penting di sini ialah di satu sisi norma itu membatasi penggu- naan wewenang tersebut di sisi yang lain dengan pembatasan tersebut hak-hak tersangkaterdakwa dilindungi. 8 Sebagai norma kewenangan, berarti manakala tidak diatur dalam hukum acara pidana, maka tidak ada kewenangan untuk itu. Misalnya masalah penahanan, dalam Pasal 1 butir 21 KUHAP disebutkan bahwa: Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini huruf besar dan miring dari penulis. Berdasarkan bunyi Pasal 1 butir 21 KUHAP di atas, nampak bahwa yang berhak atau mempunyai wewenang melakukan penahanan adalah: 1. penyidik; 8 Philipus Mandiri Hadjon, Norma Hukum sebagai Norma Kewenangan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik AAUPB dalam rangka Perlindungan Hukum Bagi Rakyat TersangkaTerdakwa, dalam Dwi Windu KUHAP Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana: Problematika Penegakan Hukumnya, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, Januari 1998, h. 22 2. penuntut umum; 3. hakim. Di luar ketiga aparat tersebut tidak berhak atau berwenang melakukan penahanan. Apabila ada pihak di luar ketiga aparat di atas yang melakukan pena- hanan, maka tindakan penahanan tersebut merupakan tindak pidana yang diancam dengan Pasal 333 KUHP yaitu tindak pidana perampasan kemerdekaan dan diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun. Sebagai perbandingan, berbeda halnya dengan norma yang diatur dalam hukum acara pidana yaitu norma kewenangan, maka dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP norma yang diaturnya merupakan norma keharusan atau norma kewajiban dan norma larangan. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa apabila tidak diatur dalam KUHP, maka bukan merupakan keharusan atau kewajiban atau bukan merupakan larangan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dengan asas legalitas dalam hukum pidana yaitu tidak ada suatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana manakala undang-undang belum menetapkan sebagai tindak pidana atau suatu perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana, manakala undang-undang sudah mengaturnya lihat Pasal 1 ayat 1 KUHP. Secara singkat dapat dilihat skema di bawah ini: NORMA HUKUM PIDANA HUKUM PIDANA MATERIIL K.U.H.P. HUKUM PIDANA FORMIL K.U.H.A.P. 1. NORMA LARANGAN 2. NORMA KEHARUSAN KEWAJIBAN NORMA KEWENANGAN

5. Norma terbuka dan norma tertutup a. Norma terbuka