8. Transparant dalam proses pemeriksaan di depan penyidikpenuntut umum.
Berdasarkan KUHAP, yang nampak jelas adanya tranparansi pemeriksaan, dengan tegas diatur dalam Pasal 153 KUHAP.
Sedangkan khusus pemeriksaan oleh penyidik Polri dan Kejaksaan untuk tindak pidana tertentu, misalnya korupsi, sangat tertutup, seringkali penasihat hukum
kesulitan berhubungan dengan kliennya yang sedang diperiksa oleh penyidik. Dalam Pasal 115 KUHAP sudah diatur 2 dua doktrin yaitu
1. P.H. melihat dan mendengar proses pemeriksaan tersangka oleh penyidik Pasal 115 ayat 1 KUHAP;
2. P.H. melihat dan tanpa mendengar proses pemeriksaan tersangka oleh penyidik Pasal 115 ayat 2 KUHAP;
Menurut Romli Atmasasmita “Pembangunan hukum nasional masa reformasi saat ini sesungguhnya merupakan
konsekuensi lanjutan masa transisi, dari sistem otoratirian kepada sistem yang demokrasi yang mengedepankan tranparansi, akuntabilitas, hak asasi manusia dan
membuka akses publik kepada kinerja pemerintah”.
11
9. Asas Perlindungan saksi dan korban
Berdasarkan Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban, beredaan saksi dan korban, juga harus mendapat pengaturan dalam Hukum Acara Pidana.
Seseorang sudah berani melaporkan adanya suatu tindak pidana sudah merupakan keberanian tersendiri, sehingga perlu mendapat perlindungan. Jangan sampai
seseorang yang sudah melaporkan suatu kasus korupsi misalnya justru dijadikan tersangka dengan sangkaan dan dakwaan pencemaran nama baik.
Di sisi yang lain, korban tindak pidana juga perlu mendapat perlindungan hukum.
10. Asas keseimbangan, antara kedudukan tersangkaterdakwa dengan APH
11
Romli Atmasasamit, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Kencana, Bogor, 2003, h. 13
Asas keseimbangan di sini mengandung makna bahwa kedudukan tersangkaterdakwa bukan merupakan obyek pemeriksaan. Mereka juga perlu
mendapat kedudukan yang seimbang dengan aparat penegak hukum. Adanya pemberian kedudukan yang seimbang ini, akan dapat berdampak
tersangkaterdakwa dapat melakukan pembelaan secara maksimal. Aparat penegak hukumpun tidak akan sewenang-wenang.
11. Asas Pemeriksaan dalam waktu yang wajar
Pemeriksaan yang dilakukan baik oleh aparat penyidik Polri maupun kejaksaan harus mempertimbangan kewajaran waktu pemeriksaan. Kewajaran waktu
pemeriksaan ini bisa dilihat dari:
a. lamanya waktu pemeriksaan, aparat penegak hukum harus mempertimbangkan ketahanan seseorang yang diperiksa. Tidak boleh seseorang diperiksa mulai
pagi hari sampai sore hari. Bagaimanapun juga seseorang yang diperiksa kedudukan lebih tertekan daripada yang memeriksa. Tidak menutup
kemungkinan dalam batas tertentu, oleh karena kecapaian, sehingga seseorang yang diperiksa mengakui, demi menghindarkan diri dari tekanan lebih kanjut,
suatu perbuatan yang tidak dia lakukan.
b. Waktu pemeriksan dilakukan. Seringkali dalam pemeriksaan dilakukan pada malam hari, sehingga dengan
kondisi yang lelah, mengantuk dan ingin segera terbebas dari tekanan, mereka yang diperiksa mengikuti apa saja keinginan yang memeriksa.
Kondisi, dengan memeriksa seseorang dengan rentang waktu yang cukup lama atau malam hari, merupakan pelanggaran terhadap hak asasi seseorang.
B. ASAS-ASAS KETENTUAN HAP MENURUT BEBERAPA AHLI
Selain asas-asas tersebut, para ahli hukum pidana seperti, Andi Hamzah, Luhut
MP Pangaribuan, M. Yahya Harahap, dan PAF. Lamintang juga telah memetakan
beberapa asas materi muatan yang harus ada dalam HAP. Beberapa asas yang akan dikemukakan ini bahkan memang sudah ada dalam KUHAP sekarang. Setidaknya ada