5. Norma terbuka dan norma tertutup a. Norma terbuka
Makna suatu norma dikatakan sebaga norma yang terbuka, artinya norma tersebut merupakan norma yang multitafsir. Dengan perkataan lain, masing-
masing baik aparat penegak hukum maupun masyarakat dapat menafsirkan sendiri makna dari norma tersebut. Contoh norma terbuka, misalnya kata
segera, dapat, rasa khawatir. Konsekuensi suatu norma yang terbuka, dapat menyebabkan adanya perbedaan
penafsiran multitafsir yang ujung-ujungnya menyebabkan terjadinya ketidakpastian hukum. Di sisi yang, dengan adanya norma yang terbuka ini,
dapat menyebabkan aparat penegak hukum menyalahgunakan wewenangnya atau justru sewenang-wenang.
Sudah menjadi menjadi rahasia umum, masalah penahanan, oleh karena merupakan norma yang terbuka yaitu merupakan “hak” dan “bukan kewajiban
aparat penegak hukum”, hal ini nampak dari rumusan Pasal 21 ayat 1 KUHAP, yang ada kalimat “... adanya rasa khawatir ...”, maka ada seorang pencuri
semangka langsung ditahan, sedangkan seorang koruptor tidak ditahan. Dalam pengaturan norma-norma KUHAP, sebisa mungkin dihindari norma yang
terbuka ini.
b. Norma tertutup
TIDAK DIATUR TIDAK DIATUR
BOLEH TIDAK DILARANG TIDAK DIHARUSKAN
TIDAK BOLEH TIDAK BERWENANG
Kebalikan dari norma terbuka adalah norma tertutup. Makna norma tertutup ini artinya keberadaan norma tersebut tidak multitafsir, perumusan norma
dilakukan secara limitatif. Dengan perkataan lain, dengan perumusan norma secara tertutup ini, baik aparat penegak hukum maupun masyarakat, tidak akan
memberikan penafsiran sesuai dengan selera atau kepentingan mereka sendiri- sendiri. Melalui perumusan norma secara tertutup ini, akan terjamin adanya
rasa kepastian hukum bagi pencari keadilan. Aparat penegak hukumpun, dengan adanya penormaan yang tertutup ini, akan
tidak dapat melakukan kesewenang-wenangan. Salah satu contoh pasal dengan penormaan secara tertutup, yaitu pengaturan dalam Pasal 21 ayat 4 tentang
tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan. Diluar tindak pidana tersebut tidak dapat dikenakan penahanan.
6. Asas “LEX CERTA”