4. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
Dalam suatu set sistem produksi terdapat suatu batas nilai maksimum produktivitas yang tidak dapat dilampaui tanpa merubah set sistem produk itu
sendiri Pusposutardjo, 1991. Hasil perhitungan nilai pertambahan berat kering tanaman padi W sebagai potensi produksi padi per satuan luas lahan selama 5
tahun terakhir disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan Berdasarkan Berat Beras
Bersih dan Berat Padi Giling
Tahun S
Rs kalcm
2
hari W kgha
W
padi kering giling
kwha
2009 49
231,61 4342,69
86,85 2010
51,75 216,65
4062,19 81,24
2011 47,50
227,93 4273,69
85,47 2012
57,33 259,75
4870,31 97,41
2013 49,17
242,07 4538,81
90,78 Rataan
50,95 235,60
4417,54 88,35
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2014 Tabel 4 menunjukkan nilai W sebagai nilai karbohidrat fotosintesis
bersih yang dihasilkan per tahun. Jika nilai W ini dianggap sebagai berat beras maka dengan mengkonversikan 0,50 dari berat gabah kering giling akan diperoleh
produksi padi kering giling per ha seperti ditunjukkan pada Tabel 4 kolom 5 diatas. Rata-rata produksi gabah kering bersih atau berat beras di wilayah
Kabupaten Deli Serdang yaitu 4417,54 kgha atau setara dengan 44,18 kwha. Sementara, rata-rata potensi produksi padi kering giling yang dihasilkan yaitu
88,35 kwha. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa potensi produksi padi tertinggi terjadi
pada tahun 2012 yaitu sekitar 97,41 kwha padi kering giling. Sementara, pada
Universitas Sumatera Utara
tahun lainnya potensi produksi padinya lebih rendah. Hal ini diakibatkan salah satunya oleh karena nilai Rs tertinggi yang terjadi pada tahun 2012.
5. Produktivitas Tanaman Padi
Produktivitas total adalah jumlah produksi total dalam satu tahun untuk satu satuan luas lahan, dinyatakan dalam kwhatahun. Produktivitas tanaman padi
sawah irigasi di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari Tabel 5. Tabel 5. Produktivitas Total Tanaman Padi di Kabupaten Deli Serdang
Tahun Luas Lahan
Sawah Ha
Luas Panen Ha
Produksi Kw
Produktivitas KwHa
Puso Ha
2009 45.534
74.737 3.895.970
52,13 190
2010 45.534
84.582 4.418.970
52,24 -
2011 45.612
84.286 4.455.980
52,87 1.067
2012 45.311
80.508 4.461.140
55,41 232
2013 42.482
79.741 4.484.630
56,24 2.219
Rataan 44.895
80.771 4.343.338
53,78 742
Keterangan: Luas total termasuk lahan non irigasi Puso untuk lahan sawah total dari lahan irigasi dan non irigasi
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang 2014 Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa selama 5 tahun terakhir 2009-2013
terjadi perkembangan terhadap kenaikan total produktivitas tanaman padi dimana nilai produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 56,24 KwHa. Dari tabel
juga dapat dilihat bahwa kenaikan nilai produktivitas ini turut dipengaruhi oleh kenaikan nilai produksi atau dengan kata lain produktivitas berbanding lurus
dengan total produksi. Sementara, luas panen pada tabel diatas tampak tidak sebanding dengan nilai produksi dan produktivitas totalnya. Hal ini dapat dilihat
bahwa pada tahun 2013 luasan panen padi menurun dari tahun sebelumnya yaitu hanya 79.741 Ha. Salah satu penyebab penurunan luas panen ini ialah angka
kerusakan panen puso yang tinggi pada tahun 2013 Tabel 5. Kerusakan panen puso di Deli Serdang sendiri menurut Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang
Universitas Sumatera Utara
umumnya diakibatkan oleh kekurangan air baik di sawah tadah hujan maupun sawah irigasi serta penggunaan pupuk tanaman. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Asnawi dalam Varley 1993 yang menyatakan bahwa air irigasi tidak saja meningkatkan hasil produksi secara langsung tetapi juga memberikan respon
tanaman terhadap pupuk kimia. Kenaikan nilai produksi dan produktivitas padi ini dipengaruhi oleh
kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi lahan oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang. Dalam BPS Deli Serdang 2013 dinyatakan bahwa Pemkab Deli
Serdang telah melakukan upaya perluasan lahan persawahan dan peningkatan produksi secara bertahap dengan konsisten.
Menurut Minardi 2009, pembangunan pertanian di Indonesia selama ini
terfokus pada
peningkatan produksi
pangan, terutama
beras Manuwoto, 1991, sehingga sebagian besar dana dan daya telah dialokasikan
untuk program-program seperti intensifikasi, jaringan-jaringan pengairan dan pencetakan sawah. Usaha intensifikasi pertanian di lahan sawah lebih efektif
apabila dibandingkan dengan lahan kering, sehingga wajar kalau lahan sawah memberikan sumbangan yang paling besar terhadap tingginya peranan
subsektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian. Dalam Setyorini et al. 2013 juga dinyatakan bahwa melalui berbagai kegiatan
intensifikasi seperti Bimas bimbingan massal, Insus intensifikasi khusus, Inmas, Inmun, Opsus Operasi khusus dan supra Insus dapat diproduksi padi
dengan laju peningkatan rata-rata sebesar 6,9 per tahun.
Universitas Sumatera Utara
6. Luas dan Perkembangan Lahan Irigasi