Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku di Desa Panjalu
Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis Jawa Barat)
Skripsi
Diajukan Untuk Menempuh Sidang Skripsi (S1) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas
Oleh :
Andhika Anugrah Utama NIM : 41810018
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI HUMAS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
ix DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ………. i
SURAT PERNYATAAN……….. ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ……….. iii
ABSTRAK ……… iv
ABSTRACT……….. v
KATA PENGANTAR ………. vi
DAFTAR ISI………..….. ….. ix
DAFTAR TABEL……….. xiv
DAFTAR GAMBAR……….. xv
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1.Latar Belakang Masalah…..…………..………..……….. 1
1.2.Rumusan Masalah………..………. 10
1.2.1 Pertanyaan Makro ………….………. 10
1.2.2 Pertanyaan Mikro………….………. 10
1.3.Maksud Dan Tujuan Penelitian………….……….. 10
1.3.1 Maksud Penelitian ………….………. 10
(3)
x
1.4.2 Kegunaan Praktis..……….…….………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 13
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu………...……... 13
2.2 Tinjauan Pustaka……….. 15
2.2.1 Tinjauan Tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi. 15 2.2.1.1 Pengertian Komunikasi………... 15
2.2.1.2 Konteks Komunikasi………... 18
2.2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi………... 19
2.2.1.4 Tujuan Komunikasi………... 22
2.2.1.5 Fungsi Komunikasi………... 23
2.2.1.6 Prinsip-Prinsip Komunikasi………... 26
2.2.2 Tinjauan Komunikasi Non Verbal……... 28
2.2.2.1 Definisi Komunikasi Non Verbal………... 28
2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal………... 29
2.2.2.3.Klasifikasi Pesan Non Verbal………... 31
(4)
xi
2.2.2.5 Sentuhan……….………... 35
2.2.2.6 Busana……….………... 36
2.2.2.7 Parabahasa………..………... 38
2.2.2.8 Konsep Waktu………... 39
2.2.2.9 Bau-Bauan………..………... 40
2.2.2.10 Artefak……….………... 41
2.2.3 Tinjauan Budaya………... 42
2.2.4.1 Definisi Budaya………..….………... 42
2.2.4.2 Karakteristik Budaya.,………….………... 43
2.3 Kerangka Pemikiran………...……... 47
2.3.1Kerangka Teoritis………... 47
2.3.2 Kerangka Konseptual………... 48
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 51 3.1.Objek Penelitian...……….………….…………..………… 51
3.1.1 Keadaan Geografis Dan Panjalu Sebagai Daerah Wisata.... 51
3.1.2 Sejarah Kerajaan Panjalu... 54
3.1.3 Panjalu Jaman Pengaruh Islam... 57
3.1.4 Upacara Adat Nyangku... 64
(5)
xii
Teknik Pengumpulan Data……….
3.2.2.1 Studi Pustaka………..………... 74
3.2.2.1 Studi Lapangan….…………..………... 75
3.2.3 Teknik Pengumpulan Informan………... 78
3.2.4 Teknik Analisa Data……….………... 79
3.2.5 Uji Keabsahan Data……..………... 83
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian... 85
3.3.1 Lokasi Penelitian……... 85
3.3.2 Waktu Penelitian……... 85
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 87
4.1Profil Informan Penelitian../……….………….…………..………… 87
4.2 Hasil Penelitian ………... 93
4.2.1 Makna Yang Terkandung Dalam Upacara Nyangku…….... 94
4.2.2 Makna Perilaku Dalam Pelaksanaan Upacara Nyangku... 98
4.2.3 Makna Ruang Dan Waktu Dalam Pelaksanaan Nyangku … 110 4.3 Pembahasan Penelitian ……….. 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128 5.1 Kesimpulan ……… 128
5.2 Saran ……….. 131
(6)
xiii LAMPIRAN-LAMPIRAN
(7)
xiv
Tabel 3.1 Daftar Nama Informan …………....………..……….. 66
(8)
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pengalaman……….…..….27
Gambar 2.2 Model Kerangka Konseptual………….….…..……… 49
Gambar 3.1 Museum Bumi Alit….………..………...…. 53
Gambar 3.2 Denah Situ Lengkong.………..………...…. 57
Gambar 3.3 Peta Desa Panjalu ………. 62
Gambar 3.4 Sembilan Sumber Mata Air ……… 66
Gambar 3.5 Tujuh Macam Sesaji ………... 67
Gambar 3.6 Arak-Arakan Pusaka ……….. 68
Gambar 3.7 Iring-iringan Menuju Nusa Gede ……….. 69
Gambar 3.8 Kasur Penyimpanan Pusaka ……….. 70
Gambar 3.9 Pusaka Pedang Baginda Ali r.a ………. 71
Gambar 4.1 Foto R. Haris R. Cakradinata ………. 89
Gambar 4.2 Foto R. H. Edi Hernawam Cakradinata ………. 90
Gambar 4.3 Foto Aleh Wira Atmaja ……….. 91
Gambar 4.4 Foto Doni Heriyanto ……….. 92
Gambar 4.5 Pakaian yang dikenakan dalam Upcara Nyangku ………… 99
Gambar 4.6 Postur Tubuh dan Gerakan Dalam Pelaksanaan Nyangku.. 101
Gambar 4.7 Prosesi Membawa Pedang Pusaka ……… 104
Gambar 4.8 Prosesi Penyucian Pusaka ………. 105
Gambar 4.9 Menyan Dibakar Sebagai Wewangian ……… 108 Gambar 4.10 Bumi Alit Lokasi Penyimpanan Benda Pusaka Panjalu…. 111
(9)
(10)
133
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada
Koeswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Bandung. Widya Padjajaran Bandung
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta. Pelajar Offset Yogyakarta
Machfoedz, Mahmud. 2010. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta: Cakra Ilmu
Meloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke-29. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Satori, Djam’an. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif
Tubbs, L Stewart. 2000. Human Communication-Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
(11)
Uchjana Effendy, Onong. 2004. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Uchjana Effendy, Onong, 2003. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
B. Rujukan Jurnal/Thesis :
Sharafri, Az. 2012. Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingaan Pada Masyarakat Desa Tembakmekar Di Kabupaten Subang.
Ramadhani, Dinda. 2012. Makna Komunikasi Nonverbal Dalam Kesenian Debus Di Kebudayaan Banten
Susanti, Aries. 2008. The History Of Situ Lengkong And Nyangku Tradition As Religious Symbol Of Panjalu Society In Ciamis West Java
C. Penelusuran Data Online
http://id.m.wikipedia.org/wiki/kerajaan_panjalu_ciamis (24 Januari 2014 jam 21.00)
http://ranahpasundan.wordpress.com/2009/09/01/sejarah-kerajaan-panjalu/ (Senin 24 Januari 2014 jam 21.45)
http://www.disparbud.jabarprov.go.id/wisata/dest-det.php?id=21&lang=id (Senin, 24 Januari 2014 jam 22.00)
(12)
vi
KATA PENGANTAR
AssalamualaikumWr. Wb
Alhamdulillah segala puji syukur kita panjatkan kepada Yang Maha Agung dan Maha Tinggi Allah SWT. Karena atas Rahmat dan KaruniaNya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul
“Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu ini dengan tepat waktu.
Dalam menyusun laporan ini peniliti tidak lepas dari mengalami hambatan dan kesulitan. Terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan wawasan menjadi hambatan besar dalam penyusunan Proposal Usulan Penelitian ini. Namun berkat kerja keras dari semua pihak, pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan semaksimal mungkin. Saran dan kritik yang membangun penulis harapkan juga dapat member manfaat bagi peningkatan penulis di masa mendatang.
Penulis berterima kasih kepada Ibunda tercinta yang selalu memberikan motivasi serta dukungan baik materi maupun doa kepada penulis selama ini dan kepada almarhum Ayahanda tercinta yang selalu menjadi sumber semangat dan inspirasi bagi penulis. Terimakasih kepada saudara-saudara yang tak pernah berhenti memberikan dukungan untuk penulis. Tidak lupa juga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada:
(13)
vii
2. Yth. Bapak Drs. Manap Solihat, M.Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang sudah bersedia memberikan pengesahan pada Proposal Usulan Penelitian ini. 3. Yth. Melly Maulin, S.sos.,M.Si selaku sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi
FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah ikut membantu kelancaran menyusun Proposal Usulan Penelitian bagi penulis. 4. Yth. Drs. H. Ali Syamsuddin Amin, S.Ag., M.Si selaku dosen
pembimbing selama penyusunan Skripsi.
5. Yth. Bapak Inggar Prayoga, S.I.Kom selaku Dosen Wali peneliti yang telah memberikan motivasi dan bantuan moril kepada penulis.
6. Yth. Astri Ikawati, A.md.Kom, selaku staf sekretariat Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung yang telah membantu semua keperluan penulis sebelum dan sesudah peneliti menyusun Proposal Usulan Penelitian ini.
7. Yth. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi, Konsentrasi Humas Universitas Komputer Indonesia.
8. Yth. R. Harris R. Cakradinata, SE , R. H. Edi Hernawam Cakradinata, Aleh Wiraatmaja, dan Doni Heriyanto selaku Pengurus
(14)
viii
Yayasan Borosngora Panjalu dan memberikan banyak informasi sebagai informan penelitian.
9. Kakak-kakak peneliti Atty Rahayu, Sony Taryana, Susi Warastuti, dan Bobby Pujarama yang telah memberikan dukungan moril maupun materil
10.Para teman terdekat terutama Riezka Budiastri yang selalu menyemangati dan kepada Rizky Cahya, Okke Mahdani, Elbi Melvin, A.Pradana, Giri, Ajeng Dwita, Bagus Sukma, yang senang hati membantu peneliti untuk menyelesaikan masalah penelitian
11.Kepada teman-teman IK Humas 2 2010 yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.
12.Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyelesaikan Proposal Usulan Penelitian ini dengan baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat kepada semua pihak yang berkepentingan.
Bandung , April 2014
Andhika Anugrah Utama 41810018
(15)
Nama : Andhika Anugrah Utama
TTL : Ketapang (Kal-Bar), 24 Oktober 1990
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tinggi Badan : 170cm
Berat Badan : 75kg
Alamat : Jl. Kubang Utara 2 No.40
Email : [email protected]
No. Hp : 087824023328 / 082126596324
Pendidikan
1996-1999 : SDN 07 Ketapang (LULUS)
(16)
2002-2005 : SMPN 1 Pontianak (LULUS)
2006-2008 : SMIP Sandhy Putra Bandung Jurusan Usaha Jasa Pariwisata (LULUS)
2010-2014 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Jurusan Ilmu Komunikasi Konsentrasi Humas (LULUS)
Pengalaman Organisasi
2006 : Tour Leader untuk Tour Angkatan SMIP Sandhy Putra ke Lembang
2007 : Tour Conductor untuk Study Tour SMIP Sandhy Putra 3hari 2malam Jogjakarta
2012 : - Ketua Panitia Kelas acara Entrepreneurship Humas Unikom 2012
- Ketua Panitia Tour Industri Humas ke Media 2012
Pengalaman Bekerja
2008 : Meditour Bandung, sebagai ticketing domestic staff
2008-2010 : PT. Dasa Lintas Biatama (Superticket) sebagai ticketing dan tour inbound staff
2010-2014 : Free Lance Tour Leader dari Citra Jaya Utama Tour and Travel, Wakatra Tour And Travel, dan Jaya Prima Tour and Travel
(17)
(18)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku merupakan suatu upacara pembersihan benda-benda pusaka peninggalan leluhur masyarakat Panjalu. Upacara yang ditujukan selain untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, acara Nyangku juga dimaksudkan untuk mengenang jasa Prabu Sanghyang Borosngora (Raja Islam Pertama Panjalu) yang telah menyampaikan ajaran Islam kepada rakyat dan keturunannya. Sebenarnya apabila kita melihat kedalam segi agama khususnya dalam ajaran Islam sendiri tidak mengajarkan suatu prosesi ataupun kegiatan yang seolah-olah memperlakukan suatu alat atau benda seperti suatu hal yang keramat terlebih lagi mengatas namakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kenyataanya dalam upacara ini memang dilaksanakan untuk memperingati Hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan prosesi yang seolah-olah mengkeramatkan suatu benda ataupun yang sering disebut sebagai pusaka. Dari kondisi itulah terdapat kesenjangan antara bagaimana seharusnya dan bagaimana kenyataan di lapangan dan Budaya terkadang berada di lingkup dari kesenjangan tersebut. Upacara Adat ini konon sudah dilaksanakan sejak jaman pemerintahan Prabu Sanghyang Borosngora pada masa itu sebagai media untuk penyebaran agama islam. Nyangku adalah suatu rangkaian prosesi adat penyucian benda-benda pusaka peninggalan Prabu
(19)
Sanghyang Borosngora dan Para Raja serta Bupati penerusnya yang tersimpan di Pasucian (tempat suci) Bumi Alit yang pada dasarnya cukup unik bila masih tetap bisa bertahan dan dilaksanakan pada era modern saat ini yang serba tergantung kepada teknologi dan orang-orang mulai melupakan hal-hal yang berbau budaya masa lampau yang selalu berusaha menyampaikan makna-makna pesan dalam tindak komunikasi yang berbentuk prosesi upacara. Istilah Nyangku sendiri berasal dari bahasa Arab “yangko” yang artinya membersihkan dan kemungkinan karena kesalahan pengucapan oleh orang Sunda sehingga kata yanko berubah menjadi Nyangku. Upacara Adat ini dilaksanakan pada hari senin atau kamis terakhir Bulan Maulud (Rabiul Awal).
Panjalu adalah nama suatu desa dimana juga sebagai salah satu kota kecamatan di wilayah Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Peranan yang menonjol dari Panjalu adalah sebagai daerah wisata termasuklah wisata alam, wisata budaya maupun sebagai wisata ziarah. Untuk mendukung itu Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tanggal 17 Maret 2004 mengukuhkan Panjalu sebagai Desa Wisata. Desa ini terletak sekitar 35 km sebelah barat dari Desa Kawali, berbatasan di sebelah utara dengan wilayah Talaga Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, suatu lingkup wilayah komunitas yang dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Panjalu. Wilayah Desa Panjalu sendiri berupa perbukitan yang subur, di lereng utara Gn. Syawal dengan ketinggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut. Disebelah barat laut dan utara daerah ini juga berupa perbukitan subur dari lereng Gunung Bitung, Gunung Cendana, dan Gunung Cakrabuana, dimana
(20)
3
sungai Citanduy berasal, sehingga secara menyeluruh wilayah Panjalu merupakan dataran perbukitan yang diapit gunung-gunung yang ada disekitar.1
Masyarakat Desa Panjalu mayoritas adalah beragama Islam dan hingga kini masih setia menjunjung tinggi adat-istiadat yang menjadi warisan leluhur mereka dibuktikan dengan adanya Yayasan Borosngora yang bertanggung jawab untuk melaksanakan Upacara Adat dan yang dipercaya sebagai juru kunci bagi tempat-tempat ziarah yang ada di Desa Panjalu.
Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku merupakan hasil dari kebudayaan yang diturunkan turun-temurun dari nenek moyang masyarakat Panjalu dan hingga saat ini masih terus dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan pelestarian budaya yang dimiliki masyarakat Desa Panjalu. Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku ini sangat berhubungan erat dengan penyebaran Agama Islam yang berada di wilayah tatar sunda dan ini sudah pasti kembali lagi dari latar belakang sejarah Desa Panjalu itu sendiri yang pada mulanya adalah suatu kerajaan yang bercorak Hindu hingga akhirnya berubah menjadi Kerajaan bercorak ajaran Islam.
Dalam pelaksanaan penyucian benda pusaka tersebut panitia dari pelaksanaan Nyangku mengumpulkan air suci yang berasal dari sembilan mata air yang kemudian dimasukkan kedalam wadah air yang terbuat dari batang bambu yang nanti akan digunakan untuk mencuci pusaka tersebut, kesembilan dari sumber mata air tersebut adalah :
1. Sumber Air Situ Lengkong
(21)
2. Sumber Air Karantenan Gunung Syawal
3. Sumber Air Kapunduhan (makam Prabu Rahyang Kuning) 4. Sumber Air Cipanjalu
5. Sumber Air Kubang Kelong 6. Sumber Air Pasanggrahan 7. Sumber Air Bongbang Kancana 8. Sumber Air Gunung Bitung 9. Sumber Air Ciomas
Pada malam harinya sebelum upacara Nyangku, dilaksanakanlah acara Muludan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dihadiri oleh para sesepuh Panjalu serta segenap masyarakat yang datang dari berbagai pelosok sehingga suasana malam itu benar-benar meriah, apalagi di alun-alun Desa Panjalu juga diselenggarakan pasar malam yang semarak dengan juga menampilkan atraksi Kesenian Debus khas Panjalu.
Tahap akhir, setelah benda-benda pusaka itu selesai dicuci lalu diolesi dengan minyak kelapa yang dibuat khusus untuk keperluan upacara ini, kemudian dibungkus kembali dengan cara melilitkan janur lalu dibungkus lagi dengan tujuh lapis kain putih dan diikat dengan memakai tali dari benang boeh. Setelah itu baru kemudian dikeringkan dengan asap kemenyan lalu diarak untuk disimpan kembali di Pasucian Bumi Alit.
Jawa Barat merupakan suatu provinsi yang memiliki keanekaragaman budaya yang luar biasa menarik. Hampir di setiap daerah di Jawa Barat dapat kita
(22)
5
temukan kebudayaan yang menjadi ciri khas dan membedakan satu daerah dengan daerah yang lain. Khususnya dalam hal upacara adat yang merupakan warisan yang diturunkan turun temurun oleh nenek moyang. Keberadaan warisan budaya khas daerah masing-masing yang berada di Jawa Barat tersebut memiliki nilai yang sangat penting bagi masyarakat yang mendiami wilayah tersebut, sebab dengan warisan budaya ini tiap individu masyarakat yang mendiami wilayah tersebut dapat menunjukkan karakteristik yang membedakan dengan masyarakat di daerah yang lain. Dari sekian banyak warisan budaya yang terdapat di wilayah Jawa Barat, beberapa memiliki daya tarik yang cukup kuat sehingga sampai saat ini kita masih dapat menemukan dan menyaksikan hasil dari warisan budaya nenek moyang tersebut. Salah satu dari sekian banyak budaya warisan leluhur yang berada di Jawa Barat adalah Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku yang berasal dari masyarakat Desa Panjalu Kabupaten Ciamis.
Dalam setiap nafas yang berhembus dalam diri manusia sejak lahir hingga meninggal, tidak akan pernah terlepas dengan berinteraksi dan berkomunikasi. Komunikasi yang dijalin baik antar orang lain, dengan Tuhan maupun dengan diri sendirii. Di Indonesia sendiri kita mengenal berbagai macam budaya, dari sabang sampai merauke di seluruh pulau yang ada di Indonesia memiliki latar belakng budayanya masing-masing. Letak geografis, kondisi cuaca dan suhu serta cara bermasyarakatlah yang membuat kebudayaan itu dapat tumbuh dan menghasilkan kondisi kebudayaan yang berbeda antar satu dan lainnya. Kebudayaan sendiri bukanlah sesuatu yang abadi, dalam hal ini tentu saja apabila suatu kelompok telah mengalami pergeseran karena suatu dan lain hal maka tentu saja kebudayaan
(23)
yang telah lama dimiliki bisa saja sewaktu-waktu hilang ditelan oleh kemajuan jaman.
Keberagaman komunikasi yang dilakukan oleh manusia salah satunya menghasilkan sebuah produk yang kita banyak kenal sebagai Budaya. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi (Tubbs, 2000:237). Budaya dan kebudayaan adalah kata yang pasti selalu kita temukan dalam kegiatan bersosialisasi dalam bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia saling berhubungan satu dan lainnya dalam masyarakat dan hasil dari hubungan tersebut menghasilkan budaya. Budaya itu sendiri tidak dapat dipisahkan dengan hidup bermasyarakat, hal ini karena tidak ada satupun manusia yang dilahirkan tanpa budaya dan tidak akan ada budaya tanpa adanya masyarakat. Suatu jati diri, latar belakang dan bagaimana seseorang berpandangan itu adalah bagian dari yang bisa kita dapat dari berbudaya.
Dalam setiap prosesi yang berlangsung dalam Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku memiliki makna dan arti tertentu, dalam artian setiap perilaku dari manusia yang melaksanakan prosesi dari adat tersebut membawa pesan tersendiri yang ingin dikomunikasikan kepada para masyarakat. Setiap gerakan, komponen maupun tahapan-tahapan dari upacara adat Nyangku ini memiliki maknanya tersendiri, akan tetapi tentu saja diperlukan kesamaan persepsi dari pelaku dari Upacara Adat Nyangku ini dengan masyarakat yang mungkin tidak berasal dari kebudayaan yang sama. Manusia dalam kesehariannya berinteraksi dengan dua macam komunikasi yang kita kenal dengan komunikasi verbal dan komunikasi
(24)
7
non verbal. Lebih dari setengah perilaku komunikasi yang kita lakukan di dominasi oleh komunikasi non verbal, karena bila diibaratkan dengan masakan, komunikasi non verbal merupakan bumbu yang diperlukan agar masakan itu baik dan enak dikonsumsi, begitu pula komunikasi non verbal apabila komunikasi verbal tidak diringi dengan bentuk komunikasi non verbal berkemungkinan besar akan terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan suatu pesan yang disampaikan.
Komunikasi non verbal tentu saja memiliki perbedaan dengan komunikasi verbal, karena sebagaimana kita tahu komunikasi verbal adalah kesemuaan bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, sedangkan komunikasi non verbal adalah segala bentuk komunikasi yang tidak menggunakan dan melibatkan anggota tubuh sebagai media penyampaian pesan. Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata (Mulyana 2005:308).
Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter sebagaimana yang telah dikutip oleh Deddy Mulyana.
“komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam satu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana 2005:308)
Burgeon dan Saine pada tahun 1978 yang dikutip oleh Alo Liliweri juga menegaskan.
“Komunikasi non verbal merupakan tindakan & atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seseorang kepada orang lain bagi pertukaran makna, yang selalu dikirimkan dan diterima secara sadar oleh dan untuk mencapai umpan balik atau tujuan tertentu” (Liliweri 2004:138)
(25)
Komunikasi non verbal memiliki keterkaitan yang amat sangat tinggi dengan budaya dan kebudayaan suatu daerah tertentu, dapat kita buktikan dengan melihat banyak sekali pola kebudayaan yang ditampilkan oleh suatu bangsa lebih sering dipresentasikan melalui bentuk, perilaku, gerak tubuh yang kebanyakan tidak termasuk dalam komunikasi verbal.Kesemua hal itu dapat diartikan juga sebagai simbol yang memiliki makna. Makna dari komunikasi non verbal yang ditampilkan oleh suatu budaya adalah sesuatu yang memiliki makna yang sangat kompleks hal itu bisa menjadi demikian karena simbol yang ditampilkan oleh suatu daerah tidak dapat diartikan sama oleh orang yang berasal dari daerah lain, hal ini kembali pada latar budayanya masing-masing, hal ini menunjukkan bahwa pesan dan komunikasi non verbal sangat tergantung oleh budaya.
Pemaknaan dari komunikasi non verbal yang berlatarbelakang budaya akan membutuhkan komunikasi lintas budaya yang mengakibatkan seseorang harus paham benar dengan suatu bentuk budaya yang berbeda dari kebudayaan miliknya agar tidak mengartikan hanya pada satu satu paham dari budaya yang dianut. Komunikasi antar budaya adalah komunikasi orang-orang yang berbeda suku bangsa, etnik dan ras.
Larry A. Samovar dan Richard E. Porter telah mengklasifikasikan pesan yang terkandung dalam komunikasi non verbal menjadi dua.
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa. 2. ruang, waktu dan diam (Mulyana, 2005 : 308)
(26)
9
Seperti yang kita lihat dari Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku ini, setiap atribut dan prosesi yang dilakukan dalam pelaksanaan upacara tersebut memiliki arti dan maksud tersendiri yang bisa saja berbeda pentafsirannya bila coba diartikan oleh orang-orang yang berasal dari kebudayaan lain.
Dari yang dapat kita tangkap, kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, adat istiadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai suatu anggota masyarakat. Masyarakat panjalu sebagai suatu bentuk masyarakat yang mendiami suatu daerah mencoba untuk menunjukkan keberadaan budaya mereka dengan melaksanakan Upacara Pencucian Pusaka Nyangku yang secara sadar hal ini merupakan apa yang mereka percayai dan menjadi bagian kebiasaan dan juga adat istiadat yang dianut
Uraian diatas menjadi landasan peneliti mengangkat masalah ini kedalam
penelitian, karena peneliti menganggap bahwa “Makna Komunikasi Non Verbal
Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku di Desa Panjalu”dapat menjadi suatu kajian yang menarik mengingat kita pada hakikatnya adalah manusia yang berbudaya, dan bahasan mengenai komunikasi dengan berlandasakan budaya adalah bahasan yang tidak akan pernah habis hingga kapanpun sehingga dengan diangkatnya permasalahan ini diharapkan dapat memberikan lagi sedikit pengetahuan kita mengenai kebudayaan yang ada di Indonesia khususnya di daerah Jawa Barat.
(27)
1.2Rumusan Masalah
1.2.1 Pertanyaan Makro
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pertanyaan makro peneliti dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Makna Pesan Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu?”
1.2.2 Pertanyaan Mikro
Berdasarkan pertanyaan makro di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan mikro sebagai berikut:
1. Bagaimana makna Penampilan dan Pakaian dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
2. Bagaimana makna Gerakan dan Postur tubuh dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
3. Bagaimana Makna Sentuhan dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
4. Bagaimana Makna penggunaan Bau-bauan dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
5. Bagaimana makna Ruang dan Waktu dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
(28)
11
1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam dalam dan rinci mengenai “Makna Pesan Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu.
1.3.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui makna Penampilan dan Pakaian dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku
2. Untuk mengetahui makna Gerakan dan Postur tubuh dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku.
3. Untuk mengetahui Makna Sentuhan dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku
4. Untuk mengetahui Makna penggunaan Bau-bauan dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku
5. Untuk mengetahui makna Ruang dan Waktu dalam pelaksanaan Upacara Adat Pencucian Pusaka Nyangku?
1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis
Sebagai kajian Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai Makna Komunikasi Non Verbal.Kegunaan penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengembangkan kajian Ilmu Komunikasi secara
(29)
umum dan khususnya menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Makna Komunikasi Non Verbal yang terdapat dalam Upacara Adat Nyangku.
1.4.2 Kegunaan Praktis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas dalam bidang komunikasi, juga sebagai bentuk aplikasi Ilmu Komunikasi secara umum dan secara khusus mengenai Makna Komunikasi Non Verbal b. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa Universitas Komputer Indonesia secara umumnya sebagai literature dan perolehan informasi tentang Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Pencucian Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu.
c. Bagi Masyarakat
Kegunaan penelitian ini bagi masyarakat secara umum adalah untuk mengetahui bahwa Negara kita Indonesia ini memiliki beranekaragam juga keunikan dalam hal kebudayaan dan Nyangku merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang ada di Indonesia yang memiliki arti dan makna dalam komunikasi non verbalnya tersendiri.
(30)
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Dalam tinjauan pustaka, peneliti mengawali denan menelaah mengenai penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan dengan peneliti.Dengan demikian peneliti dapat memiliki rujukan pendukung dan juga pelengkap, pembanding serta mendapatkan gambaran awal mengenai kajian terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.
Berikut ini peneliti temukan beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai Studi Etnografi Komunikasi yang mengkaji Makna Pesan Non Verbal:
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Judul Penelitian Nama Peneliti Metode Yang Digunakan
Hasil Penelitian Perbedaan Dengan Penelitian Skripsi
Ini
1 Makna
Komunikasi nonverbal Dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingaan Pada Az Sharafri (UNIKOM) Kualitatif dengan studi Etnografi Komunikasi
Setiap prosesi dan tahapan upacara sisingaan memiliki makna komunikasi nonverbalnya tersendiri dan kesemuanya menggambarkan bagaimana kondisi tertekannya Penelitia Az Sharafri menjelaskan makna kinesik, paralinguistic, prosemik, artifaktual untuk menjelaskan makna komunikasi nonverbal
(31)
Masyarakat Desa Tambakmekar di Kabupaten Subang masyarakat Subang pada masa penjajahan Belanda sedangkan dalam penelitian ini berfokus pada makna penampilan dan pakaian, gerakan, postur tubuh, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa untuk menjelaskan makna komunikasi nonverbal
2 Makna
Komunikasi Nonverbal dalam Kesenian Debus di Kebudayaan Banten Dinda Ramadhani (UNIKOM) Kualitatif dengan studi etnografi Adanya makna nonverbal dalam ekspresi wajah dan dalam pelaksanaan tidak dibatasi oleh
waktu, makna nonverbal terlihat pada gerakan pembukaan upacara Penelitian ini meneliti mengenai makna komunikasi non verbal pada upacara Nyangku yang berfokus pada makna penampilan dan pakaian, gerakan, postur tubuh, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa 3 The History
Of Situ Lengkong And Nyangku Tradition As Religious Symbol Of Panjalu Society In Ciamis West Java Dian Aries Susanti (Universitas Siliwangi) Kualitatif dengan Studi Deskriptif Masyarakat Desa Panjalu masih menjaga, melestarikan, menghargai tradisi Nyangku. Selain itu
Sejarah Situ Lengkong dijadikan simbol keagamaan masyarakat Desa Panjalu Penelitian Dian Aries lebih menekankan pada Studi deskriptif yang hanya menceritakan keseluruhan dari upacara tersebut tanpa mencari makna khususnya,dan tidak mencari makna komunikasi nonverbal secara terperinci, sedangkan yang dilakukan dalam
(32)
15
penelitian ini lebih menjelaskan makna komunikasi non verbal dalam upacara Nyangku
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Tinjauan Tentang Pengertian dan Ruang Lingkup Komunikasi 2.2.1.1 Pengertian Komunikasi
Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari masalah komunikasi.Komunikasi selalu hadir dalam setiap aktifitas atau kegiatan manusia.Oleh karena itu komunikasi menjadi bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Seperti aksioma dalam komunikasi dari William & Smith yang berbunyi “A person cannot not communicate”yang bermakna seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi.
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.
Dari asal kata komunikasi diatas jelas, bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan yaitu tercapainya suatu kesamaan makna atau arti, diantara individu yang terlibat dalam
(33)
interaksi dalam suatu komunikasi.Untuk lebih jelas lagi mengenai pengertian komunikasi, dapat dilihat beberapa definisi komunikasi menurut para ahli.
Definisi Ilmu Komunikasi Menurut Carl I. Hovland sebagaimana dikutip oleh Onong Uchjana Effendy,mengatakan bahwa ilmu komunikasi adalah :
“Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.
Definisi Hovland diatas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa : “Communication is the process to modify the behavior of other individuals.” (Komunikasi adalah proses mengubah mengubah perilaku orang lain).
Melihat komunikasi yang berawal dari proses penyampaian suatu lambang :
(34)
17
“A transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to that intended by the source.”(Proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.) (Rakhmat, 2007:3)
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Laswell.Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut :Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Laswell diatas menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yakni :
1. Komunikator ( communicator, source, sender) 2. Pesan ( Message)
3. Media ( channel, media)
4. Komunikan ( communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek ( effect, impact, influence)
Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
(35)
2.2.1.2 Konteks Komunikasi 1. Komunikasi Intrapribadi
Komunikasi intrapribadi adalah komunikasi dengan diri sendiri, baik yang kita sadari atau tidak.Contohnya adalah berpikir.Komunikasi ini adalah landasan dari komunikasi antarpribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya.
2. Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik yang hanya melibatkan dua orang, seperti suami-istri, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya.
3. Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, tetangga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah
(36)
19
atau suatu komite yang tengah rapat untuk memecahkan suatu masalah.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi public adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah orang banyak (khalayak).Komunikasi public juga sering disebut ceramah, pidato.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi terjadi dalam sebuah organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang besar daripada komunikasi kelompok.
6. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik dengan menggunakan media cetak seperti surat kabar, majalah ataupun media elektronik seperti radio dan televisi, yang dikelola oleh suatu lembaga, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar dibanyak tempat, anonim dan heterogen.
2.2.1.3 Unsur-Unsur Komunikasi
Unsur komunikasi merupakan persyaratan terjadinya komunikasi.(Effendy, 2004:6).Menurut Onong Effendy dalam buku
(37)
yang berjudul “ Dinamika Komunikasi”, unsur-unsur komunikasi adalah :
1. Komunikator (sumber) yaitu orang yang menyampaikan pesan . 2. Pesan yaitu pernyataan yang didukung oleh lambang .
3. Komunikan yaitu orang yang menerima pesan .
4. Media atau saluran yaitu sasaran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
5. Efek yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. (Effendy, 2004:6).
Dalam komunikasi kelima unsur tersebut tidak lepas dari komunikasi karena unsur – unsur tesebut merupakan penunjang berjalannya suatu komunikasi.Tanpa adanya unsur – unsur tersebut maka komunikasi tidak dapat terjadi.
Untuk itu, Lasswell memberikan paradigma bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.
1. Komunikator.
Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi pesan yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas. Kejelasan kalimat dan kemudahan
(38)
21
bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan.
2. Pesan
Pesan adalah pernyataan yang didukung oleh lambang. Lambang bahasa dinyatakan baik lisan maupun tulisan. Lambang suara berkaitan dengan intonasi suara. Lambang gerak adalah ekspresi wajah dan gerakan tubuh, sedangkan lambang warna berkaitan dengan pesan yang disampaikan melalui warna tertentu yang mempunyai makna, yang sudah diketahui secara umum, misalnya merah, kuning, dan hijau pada lampu lalu lintas
3. Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka dengan pesan yang diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya. Satu hal penting yang harus diperhatikan adalah persepsii komunikan terhadap pesan harus sama dengan persepsi komunikator yang menyampaikan pesan.
4. Media
Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio, visual dan audio-visual. Gangguan atau
(39)
kerusakan pada media akan mempengaruhi penerimaan pesan dari komunikan.
5. Efek
Efek atau dapat disebut pengaruh, juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Namun, efek ini dapat dikatakan sebagai akibat dari proses komunikasi yang telah dilakukan. Seperti yang dijelaskan Cangara, masih dalam bukunya “Pengantar Ilmu Komunikasi”, pengaruh atau efek adalah:
“Perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.Pengaruh ini bias terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang” (De Fleur, 1982, dalam Cangara, 2004:25).
Oleh sebab itu, Cangara mengatakan, “Pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang sebagai akibat penerimaan pesan” (Cangara, 2004:25).
2.2.1.4 Tujuan Komunikasi
Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan yang berbeda-beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Efendy :
(40)
23
a. Perubahan sikap (attitude change) b. Perubahan pendapat (opinion change) c. Perubahan perilaku ( behavior change) d. Perubahan sosial ( social change
Dari empat point yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, prilaku, dan perubahan social masyarakat. Sedangkan funsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur, dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan bertindak.
2.2.1.5 Fungsi Komunikasi
Komunikasi dalam terjalinnya tidak hanya berjalan begitu saja akan tetapi memiliki fungsi bagi yang menggunakannya. Menurut Onong Uchajana Effendy dalam buku yang berjudul, “Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi”, fungsi komunikasi adalah :
1. Menginformasikan (To Inform)
Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide (pikiran dan tingkah laku orang lain), serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.
(41)
2. Mendidik (To Educate)
Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikirannya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan.
3. Menghibur (To Entertain)
Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi. Pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.
4. Mempengaruhi (To Influence)
Adalah fungsi memperngaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jika pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapkan.
Manusia yang memiliki kebutuhan untuk memenuhi kebutuhannya yang salah satunya dapat dicapai melalui komunikasi. Maka manusia akan merasakan keempat fungsi komunikasi setelah menjalankan komunikasi.
Sedangkan berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh William I. Gorden ada empat fungsi komunikasi lain yang berbeda, yakni
(42)
25
Komunikasi social, komunikasi ekspresif, komunikasi ritual dan komunikasi instrumental.
1) Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk berlangsung hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan, dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur dan memupuk hubungan dengan orang lain.
2) Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi social adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendiri maupun secara berkelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan mempengaruhu orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
3) Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan
(43)
sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, lamaran, sungkeman, ijab Kabul, perkawinan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik.
4) Komunikasi Instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasive).Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasive dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. (Mulyana, 2005 : 5)
2.2.1.6 Prinsip-Prinsip Komunikasi
Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindih satu sama lain. Daerah yang bertindij itu
(44)
27
disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang menunjukkan adanya antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau simbol
Gambar 2.1
Kerangka Pengalaman
(Sumber : Cangara, 2004 : 21).
Dari gambar diatas, kita dapat menarik empat prinsip dasar komunikasi, yakni :
1. Komunikasi hanya bisa terjadi bila terdapat pertukaran pengalaman yang sama antara pihak – pihak yang terlibat dalam proses komunikasi (sharing similar experiences).
2. Jika daerah tumpang tindih (the field of experience) menyebar menutupi lingkaran A dan B, menuju terbentuknya satu lingkaran yang sama, makinbesar kemungkinannya tercipta suatu proses komunikasi yang mengena (efektif).
3. Tetapi kalau daerah tumpang tindih ini makin mengecil dan menjauhi sentuhan kedua lingkaran, atau cenderung mengisolasi
(45)
lingkaran masing – masing, komunikasi yang terjadi sangat terbatas. Bahkan besar kemungkinannya gagal dalam menciptakan suatu proses komunikasi yang efektif.
4. Kedua lingkaran ini tidak akan bisa saling menutup secara penuh (100%) karena dalam konteks komunikasi antarmanusia tidak pernah ada manusia diatas dunia ini yang memiliki perilaku, karakter, dan sifat – sifat yang persis sama (100%), sekalipun kedua manusia itu dilahirkan secara kembar. (Cangara, 2004 : 20 – 21).
2.2.2 Tinjauan Komunikasi Non Verbal 2.2.2.1 Definisi Komunikasi Non Verbal
Secara sederhana, pesan non verbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter (dalam Mulyana), komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan dari individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima; jadi definisi ini mencakup perilaku yang sengaja juga yang tidak sengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara keseluruhan; kita banyak
(46)
29
mengirim banyak pesan non verbal tanpa menyadari pesan-pesan tersebut bermakna bagi orang lain. (Mulyana, 2005 : 308)
Sebagian budaya, subkultur pun sering memiliki bahasa non verbal khas. Dalam suatu budaya boleh terdapat variasi bahasa non verbal, misalnya bahasa tubuh, bergantung pada jenis kelamin, agama, usia, pekerjaan, pendidikan, kelas social, tingkat ekonomi, lokasi geografis, dan sebagainya. Beberapa subkultur tari dan musik menunjukan kekhasan perilaku non verbal penari dan penyanyinya.Dibandingkan dengan studi komunikasi verbal, studi komunikasi non verbal sebenarnya masih relative baru.Banyak orang mengkaji pentingnya komunikasi nonverbal demi keberhasilan komunikasi, bukan hanya orang-orang ahli komunikasi saja, tetapi juga antropolog, psikolog, dan sosiolog.Simbol-simbol non verbal lebih sulit ditafsirkan daripada sosiolog.Simbol-simbol-sosiolog.Simbol-simbol verbal. Tidak ada satupun rumus andal yang dapat membantu menerjemahkan simbol non verbal (Mulyana 2005:309-110)
2.2.2.2 Fungsi Komunikasi Non Verbal
Meskipun secara teoritis komunikasi non verbal dapat dipisahkan dari komunikasi verbal, dalam kenyataannya kedua jenis komunikasi itu jalin menjalin dalam komunikasi tatap muka dalam kehidupan sehari-hari.Dalam komunikasi ujaran, rangsangan verbal dan rangsangan
(47)
nonverbal itu hampir selalu berlangsung bersama-sama dalam kombinasi.Kedua jenis rangsangan itu diinterprestasi bersama-sama oleh penerima pesan.Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku non verbal ini ditafsirkan melalui symbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku non verbal itu tidak bersungguh-sungguh bersifat nonverbal. (Mulyana,2005:312)
Dilihat dari fungsinya, perilaku nonverbal mempunyai beberapa fungsi. Paul Ekman dalam Mulyana menyebutkan lima fungsi pesan nonverbal, seperti yang dapat dituliskan dengan perilaku mata, yakni sebagai:
Emblem. Gerakan mata tertentu merupakan simbol yang memiliki kesetaraan dengan symbol verbal. Kedipan mata dapat mengatakan, “saya tidak sungguh-sungguh.”
Ilustrator. Pandangan kebawah dapat menunjukan depresi atau kesedihan.
Regulator. Kontak mata berarti saluran percakapan terbuka. Memalingkan muka menandakan ketidaksediaan berkomunikasi.
(48)
31
Penyesuaian. Kedipan mata yang cepat meningkat ketika orang berada dalam tekanan. Itu merupakan respon yang tidak disadariyang merupakan upaya tubuh untuk mengurangi kecemasan.
Affect Display. Pembesaran manic mata (pupil dilation) menunjukan peningkatan emosi. Isyarat wajah lainnya menunjukan perasaan takut, terkejut, atau senang. (Mulyana,2005:314)
2.2.2.3 Klasifikasi Pesan Non Verbal
Perilaku non verbal kita terima sebagai suatu “paket” siap pakai dari lingkungan social kita, khususnya orangtua. Kita tidak pernah mempersoalkan mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan suatu hal atau isyarat begitu untuk mengatakan hal lain. Sebagaimana lambing verbal, asal-usul isyarat nonverbal sulit dilacak, meskipun adakalanya kita memperoleh informasi terbatas mengenai hal itu, berdasarkan agama, sejarah, atau cerita rakyat (folklore).
Kita dapat mengklasifikasikan pesan-pesan nonverbal ini dengan berbagai cara. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan isyarat nonverbal menjadi tiga bagian.Pertama, bahasa tanda (sign language) – acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis; bahasa isyarat tunarungu;
(49)
kedua, bahasa tindakan (action language)- semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk memberikan sinyal, misalnya berjalan; ketiga, bahasa objek (object language)-pertunjukkan benda, pakaian, dan lambing nonverbal bersifat public lainnya seperti ukuran ruangan, benddera, gambar (lukisan), music (misalnya marching band), dan sebagainya, baik secara sengaja maupun tidak.
Secara garis besar Larry A. Samovar dan Richard E. Porter membagi pesan-pesan nonverbal menjadi dua kategori besar, yakni; pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua, ruang, waktu dan diam. (Mulyana 2005:316-317)
2.2.2.4 Ekspresi Wajah
Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika (kinesisc), suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell.Setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan pandangan mata), tangan, kaki, bahkan tubuh secara keseluruhan dapat digunakan sebagai isyarat simbolik.
Para dramawan, pelatih tari bali, dan pembuat topeng dinegara kita paham benar mengenai perubahan suasana hati dan makna yang terkandung dalam ekspresi wajah. Masuk akal bila banyak orang
(50)
33
menganggap perilaku non verbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangnan mata, meskipun mulut tidak berkata-kata. Okulesika (oculesisc) merujuk pada studi penggunaan kontak mata (termasuk reaksi manic mata) dalam berkomunikasi. Menurut Albert Mehrabian, andil wajah bagi pengaruh pesan adalah 55%, sementara vocal 30%, dan verbal hanya 7%. Menurut Birdwhistell, perubahan sangat sedikit saja dapat menciptakan perbedaan yang besar. Ia menemukan, misalnya, bahwa terdapat 23 cara berbeda dalam mengangkat alis yang masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. (Mulyana, 2005:330)
Bisa dibuktikan sendiri bahwa ekspresi wajah, khusus nya mata, paling ekspresif. Cobalah anda saling memandang dengan orang lain, baik dengan pria ataupun wanita. Anda pasti tak akan kuat memandangnya terus menerus. Anda mungkin akan tersenyum atau tertawa. Kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi antarpribadi.Pertama, fungsi pengatur, untuk memberitahu orang lain apakah anda akan melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindar darinya. Kedua, fungsi ekspresif, memberi tahu orang lain bagaimana perasaan anda terhadapnya. Pentingnya pandangan mata sebagai pesan nonverbal terlukis dalam kalimat atau fase yang terdapat dalam banyak lagu: “sepasang mata bola”, “dari mata turun kehati”. (Mulyana, 2005:331)
(51)
Ekspresi wajah merupakan perilaku nonverbal utama yang mengekspresikan keadaan emosional seseorang. Sebagian pakar mengakui, terdapat beberapa keadaan emosional yang dikomunikasikan oleh ekspresi wajah yang tampaknya dipahami secara universal: kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan, kejijikan, dan minat. Ekspresi-ekspresi wajah tersebut dianggap “murni”, sedangkan keadaan emosional lainnya (misalnya rasa malu, rasa berdosa, bingung, puas) dianggap “campuran”, yang umumnya telah bergantung pada interpretasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa makna ekspresi wajah dan pandangan mata tidaklah universal, melainkan sangat dipengaruhi oleh budaya. Lelaki dan perempuan punya cara ang berbeda dalam hal ini. Perempuan cenderung lebih banyak senyum dari pada lelaki tetapi senyuman mereka sulit untuk ditafsirkan.Senyuman lelaki umumnya berarti perasaan positif, sedangkan senyuman perempuan mungkin merupakan respon terhadap afiliasi atau keramahan.Dalam suatu budaya pun terdapat kelompok-kelompok yang menggunakan ekspresi wajah secara berbeda dengan budaya dominan. Pearson, West and Turner melaporkan bahwa dibandingkan dengan pria, wanita menggunakan lebih banyak ekpresi wajah dan ekspresif, lebih cenderung membalas senyum dan lebih tertarik kepada orang lain yang tersenyum. Ekspresi wajah boleh sama, namun maknanya mungkin berbeda. Bahkan seperti pesan verbal,
(52)
35
dalam budaya yang sama pun ekspresi wajah yang sama dapat berbeda makna dalam kontekls komunikasi yang berbeda.
2.2.2.5 Sentuhan
Studi tentang sentuh menyentuh disebut haptika (haptice). Sentuhan, seperti foto, adalah perilaku nonverbal yang multi makna , dapat menggantikan seribu kata. Kenyataannya sentuhan ini bisa merupakan tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, tepukan, belaian, pelukan, pegangan (jabat tangan), rabaan, hingga sentuhan lembut sekilas.Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan.Banyak riset menunjukan bahwa orang yang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang yang berstatus lebih rendah daripada sebaliknya. Jadi sentuhan juga berarti “ kekuasaan”.
Beberapa studi menunjukan bahwa sentuhan bersifat persuasif. Misalnya, subjek yang lengannya disentuh lebih terdorong untuk menandatangani suatu petisi daripada mereka yang tidak disentuh.Sentuhan mungkin jauh lebih bermakna daripada kata-kata. Menurut Heslin, terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori-kategori tersebut adalah sebagai berikut :
(53)
Fungsional- professional. Disini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasi-bisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian.
Sosial- sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabatan tangan.
Cinta- keintiman. Kategori ini menunjukan pada sentuhan yang menyatakan keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut, orang yang sepenuhnya memeluk orang lain, dua orang yang bermain kaki dibawah meja, orang Eskimo yang saling menggosokan hidung
Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya, hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman (Mulyana,2005 :336)
2.2.2.6 Busana
Nilai-nilai agama, kebiasaan, tuntutan lingkungan (tertulis atau tidak), nilai kenyamanan, dan tujuan pencitraan, semua itu mempengaruhi cara kita berdandan. Bangsa-bangsa yang mengalami empat musim yang berbeda menandai perubahan musim itu dengan perubahan cara mereka berpakaian. Setiap fase penting dalam kehidupan sering ditandai dengan pemakaian busana tertentu, seperti pakaian tradisional ketika anak lelaki disunat, toga ketika kita diwisuda, pakaian pengantin ketika kita menikah, dan kain kafan ketika kita meninggal.termasuk Pangeran Charles dan putrid Anne terdapat penjelasan bahwa :” berabad-abad para orang tua telah menunjukan status mereka melalui pakaian anak-anak mereka. Bagi para anggota kerajaan hal ini sangat penting.
(54)
37
Banyak subkultural atau komunitas mengenakan busana yang khas sebagai symbol keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut. Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia orang yang konservatif, religious, modern, atau berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, seperti saja rumah, mobil, perhiasan, digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan pemakainya.Pemakai busana itu mengharapkan bahwa kita mempunyai citra terhadapnya sebagaimana yang diinginkannya.Mungkin ada juga kebenaran dalam pribahasa Latin aestis uirum reddit yang berarti “pakaian menjadikan orang”.atau sebagaimana disarankan William Thourlby yang dalam bukunya You Are What You Wear: The Key To Business Succes menekankan pentingnya pakaian demi keberhasilan bisnis.
Untuk menjadi komunikator yang baik, anda sebaiknya memperhatikan aspek busana ini. Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa anda harus mengenakan pakaian yang sesuai dengan cara berpakaian komunitas budaya atau kelompok orang yang anda masuki, meskipun penampilan anda itu bertentangan dengan hati nurani atau kepercayaan agama anda. Banyak orang tampil dan berbusana karena kebiasaan saja, karena itulah cara orang tua mereka berpakaian. Mereka sering kritis terhadap cara berpakaian orang lain yang berbeda dengan cara mereka, namun mereka tidak pernah bertanya
(55)
mengapa mereka sendiriberpakaian seperti yang mereka lakukan. Model busana manusia dan cara mengenakannya bergantung pada budaya masing-masing pemakainya. Kemeja dan celana yang sering kita kenakan sebenarnya adalah budaya tradisional suku nomadis penunggang kuda di stepa Asia. (Mulyana, 2005 : 348)
2.2.2.7 Parabahasa
Parabahasa atau vokalika (vocalic), merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas (volume) suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandankan, ketegangan, kemarahan, atau ketakutan. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraanya melainkan cara menyampaikan yang lamban dan monoton. Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan dan emosi.Menurut mereka parabahasa memiliki andil 38% dari keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55% dari keseluruhan impak pesan, lebih dari 90% isiemosionalnya ditentukan secara nonverbal. Bahkan Meharbian dan Ferris
(56)
39
mengakui bahwa impak kata-kata terucap terhadap komponen emosional pesan hanya sekitar 7%. (Mulyana, 2005 : 343)
2.2.2.8 Konsep Waktu
Waktu menentukan hubungan antarmanusia.Pola hidup manusia dalam waktu berhubungan erat dengan persaan hati dan perasaan manusia. Kronemika (chronemics) adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan. Bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan waktu secara simbolik menunjukan sebagian dari jati diri kita, siapa diri kita dan bagaimana kesadaran lingkungan kita. Bila kita menepati waktu yang kita janjikan, maka komitmen pada waktu memberikan pesan tentangdiri kita Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu monokronik (M) dan waktu polikronik (P). Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi.Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam kemasa depan dan memperlakukannya sebagai identitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan
(57)
dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesegeraan waktu.
Konsep waktu diIndonesia, seperti kebanyakan konsep waktu budaya timur, jelas termasuk konsep waktu polikronik seperti tercermin dalam istilah “jam karet”. Kebiasaan jam karet orang Indonesia tampaknya terus dipraktikan di luar negeri selama mereka bergaul dengan sesama orang Indonesia, termasuk mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di Australia.
Kesimpulannya orang –orang Indonesia hidup di dua dunia waktu. Mereka menerapkan norma (waktu) yang berbeda ketika berurusan dengan orang Australia. Setiap budaya mempunyai kesadaran berlainan mengenai pentingnya waktu: millennium, abad, dekade, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. (Mulyana, 2005:376)
2.2.2.9 Bau-Bauan
Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian, seperti deodorant dan parfum) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan, mirip dengan cara yang dilakukan hewan. Kebanyakan hewan menguunakan bau-bauan untuk memastikan kehadiran musuh, menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional dan menarik lawan jenis.Suku- suku primitive di pedalaman
(58)
41
telah lama menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan wewangian. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, wanita yang ayahnya meninggal dunia, dianjurkan untuk berkabung selama tiga hari.Sebagai tanda berkabung itu, mereka tidak menggunakan wewangian selama masa itu.Namun kaum pria dianjurkan untuk menggunakan wewangian pada saat mereka melaksanakan Shalat jumat.
Mereka yang ahli dal;am wewangian dapat membedakan bau parfum lelaki dengan bau parfum wanita. Bau parfum yang mahal dengan bau parfum yang murah. Bau parfum yang digunakan seseorang dapat menyampaikan pesan bahwa ia berasal dari kelas tertentu. Bau tubuh memang amat sensitive. Kita enggan berdekatan dengan orang yang bau badan, bau ketiak, apalagi bau mulut. (Mulyana, 2005 : 353)
2.2.2.10 Artefak
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusia. Aspek ini merupakan perluasan lebih jauh dari pakaian dan penampilah yang telah kita bahas sebelumnya.Benda-benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan dalam interaksi manusia, sering mengandung makna-makna tertentu.Bidang studi mengenai hal ini disebut objektika (objectics).
(59)
Tanpa memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengarhi komunikasi, termasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan nonverbal tersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita cenderung menganggap budaya kita, dan bahasa nonverbal kita, sebagai standar dalam menilai bahasa nonverbal orang dari budaya lain. Bila perilaku nonverbal orang lain berbeda dengan kita, sebenarnya itu tidak berarti orang itu salah, bodoh atau sinting; alih-alih, secara cultural orang itu sedikit berbeda dengan kita. Bila kita langsung meloncat pada kesimpulan tentang orang lain bedasarkan perilaku nonverbalnya yang berbeda itu, maka kita terjebak dalam etnosentrisme (menganggap budaya sendiri sebagai standar dalam mengukur budaya orang lain). (Mulyana, 2005 : 383)
2.2.3 Tinjauan Budaya 2.2.3.1 Definisi Budaya
Seperti yang telah disinggung dalam beberapa tinjauan diaatas, manusia pada hakikatnya tidak akan terlepas dari bahasa, komunikasi dan budaya yang selalu melekat dan selalu terbaha dari manusia itu lahir hingga nanti manusia itu meninggal dunia. Deddy Mulyana dan Djalaludin Rakhmat dalam bukunya Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, mengatakan
(60)
43
Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup, manusia belajar berpikir, merasa mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan social, kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik dan teknologi semua itu berdasarkan pola-pola budaya. (Mulyana & Rakhmat, 2010:18)
Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara format budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep atau semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok. (Mulyana & Rakhmat, 2010:18)
2.2.3.2 Karakteristik Budaya
Oleh karena budaya memberi identitas kepada sekelompok orang, bagaimana kita dapat mengidentifikasikan aspek-aspek budaya yang menjadikan sekelompok orang sangat berbeda-bedasalah satu caranya adalah dengan menelaah kelompok dan aspek-aspeknya
Komunikasi dan Bahasa
Sistem komunikasi verbal dan nonverbal, membedakan suatu kelompok dan kelompok lainnya.Terdapat banyak “bahasa asing” di dunia. Sebuah bangsa memiliki lima belas atau lebih bahasa utama (dalam suatu kelompok bahasa terdapat dialek, aksen, logat, jargon, dan ragam lainnya). Lebih jauh lagi, makna- makna yang diberikan kepada gerak-gerik misalnya sering berbeda secara cultural.Meskipun bahasa tubuh mungkin universal, perwujudannya berbeda secara local. Subkultur-subkultur, seperti kelompok militer, mempunyai
(61)
peristilahan dan tanda-tanda yang menerobos batas-batas nasional (seperti gerakan menghormat atau system kepangkatan)
Pakaian dan Penampilan
Ini meliputi pakaian dan dandanan (perhiasan) luar, juga dekorasi tubuh yang cenderung berbeda secara kultural.Kita mengetahui adanya kimono Jepang, penutup kepala Afrika, payung Inggris, sarung Polynesia dan ikat kepala Indian Amerika.Beberapa suku bangsa mencorengi wajah mereka untuk bertempur, sementara sebagian wanita menggunakan kosmetik untuk kecantikan. Banyak sub kultur menggunakan pakaian yang khas, jeans sebagai pakaian kaum muda diseluruh dunia, seragam untuk sekelompok orang tertentu seperti anak-anak sekolah atau polisi. Dalam subkultur militer, adat istiadat, dan peraturan-peraturan menentukan pakaian harian, panjang rambut, perlengkapan yang dipakai dan sebagainya.
Waktu dan kesadaran akan waktu
Kesadaran akan waktu berbeda antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lainnya merelatifkan waktu.Umumnya, orang-orang Jerman tepat waktu, sedangkan orang-orang Amerika Latin lebih santai. Dalam beberapa budaya kesegeraan ditentukan oleh usia dan status
(62)
45
Suatu cara lain untuk mengamati suatu budaya adalah dengan memperhatikan cara dan metode memberikan pujian bagi perbuatan-perbuatan baik dan berani, lama pengabdian atau bentuk-bentuk lain penyelesaian tugas. Pengakuan bagi para prajurit perang adalah dengan memperbolehkan mereka mentato tubuh mereka. Dahulu celana panjang merupakan tanda kedewasaan bagi seorang anak lelaki yang sedang tumbuh pada usia tertentu.
Hubungan-hubungan
Budaya juga mengatur hubungan-hubungan manusia dan hubungan-hubungan organisasi berdasarkan usia, jenis kelamin, status, kekeluargaan, kekayaan, kekuasaan dan kebijaksanaan. Unit keluarga merupakan wujud paling umum hubungan manusia, dan bentuknya bisa kecil dan juga besar.Di beberapa negeri hubungan pernikahan yang lazim adalah monogamy, sedangkan di negeri-negeri lain mungkin poligami atau poliandri (satu istri beberapa suami).Dalam budaya-budaya tertentu orang yang harus dipatuhi dalam keluarga adalah lelaki yang mengepalai keluarga.
Nilai dan Norma
Sistem kebutuhan bervariasi pula, sebagaimana prioritas-prioritas yang melekat pada perilaku tertentu dalam kelompok.Mereka yang menginginkan kelangsungan hidup, menghargai usaha-usaha
(63)
pengumpulan makanan, penyediaan pakaian dan perumahan yang memadai, sementara mereka yang mempunyai kebutuhan lebih tinggi menghargai materi, uang, gelar-gelar pekerjaan, hokum dan keteraturan.
Berdasarkan system nilainya itu, suatu budaya menetapkan norma-norma perilaku bagi masyarakat yang bersangkutan.Aturan-aturan keanggotaan ini bisa berkenaan dengan berbagai hal, mulai dari etika kerja atau kewenangan hingga kepatuhan mutlak. Ina Brown mengatakan
Orang-orang dalam budaya-budaya yang berbeda merasa senang, berkepentingan, jengkel atau malu tentang hal-hal yang berbeda karena mempersepsi situasi-situasi berdasarkan premis-premis yang berbeda pula. (Mulyana & Rakhmat, 2010)
Rasa diri dan Ruang
Kenyamanan yang orang miliki dengan dirinya dapat diekspresikan secara berbeda oleh budaya. Identitas diri dan penghargaan dapat diwujudkan dengan sikap yang sederhana dalam suatu budaya, sementara dalam budaya lain ditunjukkan dengan perilaku yang agresif. Dalam budaya-budaya tertentu kebebasan dan kreativitas dibalas oleh kerjasama dan konformitas kelompok. Orang-orang dari budaya tertentu, seperti Orang-orang Amerika memiliki rasa ruang yang membutuhkan jarak lebih besar antara individu dengan
(64)
individu-47
individu lainnya, sementara orang Amerika Latin dan orang-orang Vietnam menginginkan jarak lebih dekat lagi.
2.3 Kerangka Pemikiran 2.3.1 Kerangka Teoritis
Dalam kegiatan Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku syarat akan makna komunikasi nonverbal dalam tiap prosesi pelaksanaan upacara tersebut. Komunikasi nonverbal itu sendiri pada intinya menitikberatkan pada semua tindak komunikasi diluar komunikasi lisan, atau lengkapnya menurut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi non verbal mencakup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan dari individu dan penggunaan lingkungan individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Mulyana, 2005 308)
Dari definisi komunikasi nonverbal tersebut Larry A. Samovar dan Richard E. Porter telah menklasifikasikan pesan-pesan non verbal kedalam dua kategori utama, yaitu;
1. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan, dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa. 2. Ruang, Waktu dan diam.
Salah satu jenis komunikasi yaitu komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh.Komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan pesan komunikasi nonverbal memberikan arti pada komunikasi verbal. Untuk memahami komunikasi tersebut sehingga menimbulkan beberapa paradigma yang muncul salah
(65)
satunya paradigma yang dikemukakan oleh Lary A.Samovar dan Richard E. Porter yang dikutip oleh Deddy Mulyana dimana komunikasi Non Verbal meliputi 2 (dua) unsure, sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yaitu:
1. Perilaku
Perilaku merupakan salah satu unsur komunikasi nonverbal dimana seorang komunikator menyampaikan pesannya kepada komunikan, melalui perilaku ini lah seseorang dapat menyampaikan pesan dengan berbagai macam cara, adapun perilaku yang ditunjukan antara lain penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah kontak, mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa
2. Ruang, Waktu dan Diam
Untuk proses peyampaian komunikasi non verbal ruang merupakan tempat atau posisi dimana proses pesan non verbal itu terjadi.dandiperlukan waktu yang tepat dalam tujuan penyampaian pesan bisa dilakukan dan diterima oleh komunikan dengan jernih.
2.3.2 Kerangka Konseptual
Dalam kerangka konseptual ini penulis menggunakan teori dari Larry A. Samovar dan Richard E. Porter mengenai pengklasifikasian pesan non verbal serta ditambah oleh pemikiran penulis sendiri yang digunakan sebagai landasan penelitian mengenai Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku, dimana upacara adat yang berasal dari Desa Panjalu merupakan
(66)
49
suatu tradisi yang mengandung pesan-pesan nonverbal yang tentu saja ada makna yang berbeda bila dibandingkan dengan bentuk komunikasi nonverbal lainnya.
Komponen dari teori dan hasil pemikiran penulis diadaptasikan kedalam model dibawah ini, hal ini untuk mempermudah dan menggambarkan proses terjadinya pesan-pesan komunikasi nonverbal yang terdapat dalam Upacara Adat Nyangku di kebudayaan masyarakat Desa Panjalu, yang urutannya berkaitan satu sama lain sehingga menjadikan informasi yang lebih efektif dan terencana, seperti model bagan di bawah ini :
Gambar 2.2
Model Kerangka Konseptual
Komunikasi Non Verbal
Busana Sentuhan Ruang/Tempat Gerakan Bau-bauan Waktu
Sumber : Pemikiran Penulis, Maret 2014
Sebagaimana yang terlihat dari bagan diatas, pada awalnya semua itu berasal dari Tradisi dan Budaya yang diwariskan dari leluhur atau nenek moyang kepada generasi penerus. Tentu dari tradisi dan Budaya Leluhur khususnya dalam hal ini
Tradisi Leluhur Masyarakat
Panjalu
Makna Upacara Nyangku
(67)
adalah kebudayaan Penyucian Pusaka Nyangku yang berasal dari Desa Panjalu memiliki maksud, pesan dan maknanya tersendiri. Komunikasi manusia seperti yang telah disinggung dalam tinjauan pustaka sebelumnya bahwa 90% komunikasi yang dilakukan oleh manusia terdiri dari komunikasi nonverbal maka yang paling sesuai untuk membedah arti makna dari Upacara Adat Nyangku itu sendiri adalah dengan membedah Makna dan Pesan yang terkandung dalam komunikasi nonverbal yang ada dalam upacara adat tersebut. Sebagai pisau pembedah, penulis mencoba untuk menguraikan pesan-pesan nonverbal itu berdasarkan busana, gerakan tubuh, waktu, ruang dan tempat, parabahasa dan bau-bauan yang ada dalam prosesi pelaksanaan upacara adat Penyucian Pusaka Nyangku tersebut sehingga diakhir akan terjawab makna apa yang terkandung didalam sebuah Upacara Penyucian Pusaka Nyangku yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Panjalu di Kabupaten Ciamis yang menjadi fokus penelitian dari penulis.
(68)
51 BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
3.1.1 Keadaan Geografis Panjalu
Panjalu suatu nama Desa dan juga sekaligus sebagai satu kota kecamatan di wilayah utara Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Dalam statusnya itu peranan yang sangat menonjol adalah sebagai Kota Daerah Wisata yang sekaligus memiliki potensi wisata alam, wisata budaya maupun sebagai wisata ziarah. Mendudung peranannya itu pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tanggal 17 Maret tahun 2004 mengukuhkan Panjalu sebagai Desa Wisata.
Kota ini terletak sekitar 35 km sebelah utara Kota Kabupaten Ciamis atau 15 km sebelah barat Kota Kawali, berbatasan di sebelah utara dengan wilayah Talaga Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, suatu lingkup wilayah komunitas yang dulu dikenal sebagai Pusat Kerajaan Panjalu.
Wilayah Panjalu berupa daerah perbukitan yang subur, di lereng utara Gunung Syawal dengan ketinggian 700 meter diatas permukaan laut. Disebelah barat laut dan utara daerah ini juga berupa perbukitan subur yang terdiri dari lereng Gunung Bitung, Gunung Cendana, dan Gunung Cakrabuana, dimana sungai Citanduy
(1)
enau kemudian dilumuri perlahan dengan minyak zamparon baru kemudian di lapis lagi dengan menyan putih sebelum pusaka itu dibungkus, pusaka itu dimandikan dengan perlahan dan hati-hati sekali digosok menggunakan jeruk nipis yang dimaksudkan agar material benda pusaka tidak mudah berkarat dan terakhir diasapi dengan menggunakan bakaran menyan, mengasapi pusaka dengan menyan disini mengacu kepada agar pusaka itu cepat kering setelah di bersihkan dan agar air yang masuk di dalam pori-pori material senjata itu menguap dengan cepat untuk kemudian bisa dibungkus kembali
2.1.4 Bau-Bauan
Bau-bauan yang digunakan dalam Upacara Penyucian Pusaka Nyangku yang paling ditonjolkan adalah penggunaan bau-bauan yang berasal dari asap bakaran kemenyan atau yang warga Panjalu sebut dengan kukusan. Makna dari penggunaan bau-bauan dalam bentuk bakaran kemenyan ini adalah semata-mata hanya untuk memberikan aroma wangi dalam iringan pembawa pusaka, mengingat dalam kondisi iring-iringan yang berada di bawah cahaya matahari yang terik dapat menyebabkan pelaksana Upacara berkeringat, kita enggan berdekatan dengan orang yang bau badan, bau ketiak, apalagi bau mulut (Mulyana,2005 : 353)
(2)
2.1.5 Makna Ruang dan Waktu
Tempat atau lokasi utama yang digunakan dalam Upacara Adat Nyangku yang pertama adalah Bumi Alit, tempat ini merupakan lokasi dimana semua Pusaka yang merupakan peninggalan dari kerajaan Panjalu di simpan dan diamankan dari semua bentuk atau hal-hal yang tidak diinginkan. Kedua adalah Nusa Gede atau Nusa Larang, disini merupakan tempat dimana terdapat makam dari anak Prabu Sanghyang Borosngora, yaitu Prabu Hariang Kancana yang dalam masa pemerintahannya Kerajaan Panjalu sempat menginjak masa keemasan, sehingga pusaka dibawa menuju tempat itu dimaknai sebagai bentuk penghormatan atau sebuah etika mohon ijin dan juga pada masa lampau Nusa Gede atau Nusa Larang digunakan atau merupakan lokasi dari pusat pemerintahan kerajaan Panjalu, walaupun sekarang bangunan khas keratonnya sudah tiada. Untuk yang ketiga adalah halaman alun-alun Panjalu atau yang memiliki nama asli Taman Borosngora, lokasi ini dipilih dikarenakan kebutuhan dari pelaksanaan itu sendiri.
Sedangkan waktu yang tepat dalam melaksanakan Upacara Nyangku adalah hari senin terakhir di Bulan Maulud, masyarakat Panjalu tidak pernah menetapkan satu hari pasti di kalender tahun Masehi, melainkan hanya mengikuti berdasarkan kalender Islam terutama pada bulan Maulud. Kaitan antara bulan maulud dan hari senin yang diambil adalah sebagai rangka sekaligus memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, hal ini erat kaitannya dengan ajaran agama islam.
(3)
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan mengenai “Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Penyucian Pusaka Nyangku Di Desa Panjalu.” Adalah sebagai berikut :
1. Penampilan dan Pakaian dalam pelaksanaan Upacara Adat Nyangku meliputi tiga macam pakaian utama, yang pertama adalah pakaian berwarna putih-putih yang di kenal oleh warga panjalu sebagai baju kehajian, pemakaian baju ini memiliki arti bahwa Upacara Nyangku juga menekankan pada bagaimana agama Islam itu hidup dan berkembang di daerah Panjalu. Yang kedua adalah pakaian khas kerajaan atau keraton yang dikenakan oleh orang-orang yang membawa pusaka kerajaan Panjalu, yang memiliki makna dan menyampaikan pesan bahwa dahulu pernah ada sebuah bentuk kerajaan di Desa Panjalu. Yang ketiga adalah pakaian hitam-hitam, pakaian ini digunakan oleh panitia yang mengiringi jalannya Upacara Adat yang melambangkan budaya khas Sunda, karena Panjalu merupakan desa yang penduduknya berasal dari suku Sunda. 2. Gerakan Dan Postur Tubuh yang ditampilkan adalah dengan gerakan
yang lemah lembut dan terkesan lamban diiringi oleh lantunan shalawat terhadap Nabi Muhammad SAW, dengan postur tubuh yang tegap dan pandangan lurus kedepan dimaksudkan untuk memberikan kesan khidmat dan religius saat upacara berlangsung.
(4)
3. Sentuhan yang dilakukan dalam upacara adat Nyangku yaitu melalui sentuhan khusus terhadap benda-benda pusaka yang dimandikan dalam upacara. Sentuhan berupa sentuhan yang lembut dan penuh kehati-hatian dengan maksud untuk menjaga pusaka tersebut tidak rusak, mengingat usia dari pusaka tersebut ada yang sudah berusia ratusan tahun. Selain itu juga untuk memberikan kesan mendalam dan penuh khidmat.
4. Bau-Bauan yang digunakan yaitu dengan kemenyan yang dibakar, atau yang sering dikenal dengan sebutan kukusan. Kemenyan ini digunakan untuk memberikan aroma wangi dalam iring-iringan yang membawa Pusaka serta diakhir digunakan untuk mengasapi pusaka yang telah dimandikan dengan maksud agar sisa air yang mengalir di permukaan pusaka cepat mengering.
5. Makna Ruang Dan Waktu
a. Ruang ataupun lokasi yang digunakan dalam pelaksanaan Upacara, yaitu ada tiga tempat utama, tempat-tempat ini memiliki makna tersendiri dan memiliki latar belakang sejarah sendiri hingga akhirnya digunakan sebagai tiga tempat utama pelaksanaan Upacar Adat Nyangku. Yang pertama di Bumi Alit sebagai lokasi dimana benda-benda Pusaka peninggalan dari leluhur Panjalu disimpan dan dijaga, kedua adalah Nusa Larang atau Nusa Gede yang merupakan sebuah pulau yang berada di tengah-tengah danau yang bernama Situ Lengkong, dimana berada sebuah Makam Prabu Hariang Kancana sebagai seorang Raja Panjalu yang telah
(5)
membawa Panjalu ke puncak masa jayanya. Dan ketiga adalah taman Borosngora atau yang dikenal sebagai alun-alun Desa Panjalu.
b. Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan Upacara Adat Nyangku adalah satu tahun sekali setiap memasuki bulan Maulud, dan hari yang diambil adalah hari senin di minggu terakhir bulan Maulud. Diambilnya hari senin ini merupakan hasil kesepakatan dari sesepuh Panjalu yang pertama memiliki makna sebagai hari yang sama seperti hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, dan juga karena banyak dari panitia pelaksanaan Upacara Adat yang bekerja, harus meninggalkan pekerjaan mereka. Jadi apabila diambil hari senin hanya akan memakan waktu ijin satu hari kerja saja, karena persiapan dapat dilakukan dari hari sabtu sore hingga hari minggunya.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada
Koeswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Pengantar Dan Contoh Penelitiannya. Bandung. Widya Padjajaran Bandung
Liliweri, Alo. 2004. Dasar-Dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta. Pelajar Offset Yogyakarta
Machfoedz, Mahmud. 2010. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta: Cakra Ilmu
Meloeng, Lexy J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke-29. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2010. Komunikasi Antar Budaya Panduan Berkomunikasi Dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. Bandung. PT Remaja Rosdakarya
Satori, Djam’an. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif
Tubbs, L Stewart. 2000. Human Communication-Konteks-Konteks Komunikasi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya