Parabahasa Konsep Waktu Tinjauan Komunikasi Non Verbal .1 Definisi Komunikasi Non Verbal

mengapa mereka sendiriberpakaian seperti yang mereka lakukan. Model busana manusia dan cara mengenakannya bergantung pada budaya masing- masing pemakainya. Kemeja dan celana yang sering kita kenakan sebenarnya adalah budaya tradisional suku nomadis penunggang kuda di stepa Asia. Mulyana, 2005 : 348

2.2.2.7 Parabahasa

Parabahasa atau vokalika vocalic, merujuk pada aspek-aspek suara selain ucapan yang dapat dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada tinggi atau rendah, intensitas volume suara, intonasi, dialek, suara terputus-putus, suara yang gemetar, suitan, siulan, tawa, erangan, tangis, gerutuan, gumaman, desahan dan sebagainya. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan pikiran kita.Suara yang terengah-engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu cepat menandankan, ketegangan, kemarahan, atau ketakutan. Terkadang kita bosan mendengarkan pembicaraan orang, bukan karena isi pembicaraanya melainkan cara menyampaikan yang lamban dan monoton. Mehrabian dan Ferris menyebutkan bahwa parabahasa adalah terpenting kedua setelah ekspresi wajah dalam menyampaikan perasaan dan emosi.Menurut mereka parabahasa memiliki andil 38 dari keseluruhan impak pesan. Oleh karena ekspresi wajah punya andil 55 dari keseluruhan impak pesan, lebih dari 90 isiemosionalnya ditentukan secara nonverbal. Bahkan Meharbian dan Ferris mengakui bahwa impak kata-kata terucap terhadap komponen emosional pesan hanya sekitar 7. Mulyana, 2005 : 343

2.2.2.8 Konsep Waktu

Waktu menentukan hubungan antarmanusia.Pola hidup manusia dalam waktu berhubungan erat dengan persaan hati dan perasaan manusia. Kronemika chronemics adalah studi dan interpretasi atas waktu sebagai pesan. Bagaimana kita mempersepsi dan memperlakukan waktu secara simbolik menunjukan sebagian dari jati diri kita, siapa diri kita dan bagaimana kesadaran lingkungan kita. Bila kita menepati waktu yang kita janjikan, maka komitmen pada waktu memberikan pesan tentangdiri kita Edward T. Hall membedakan konsep waktu menjadi dua: waktu monokronik M dan waktu polikronik P. Penganut waktu polikronik memandang waktu sebagai suatu putaran yang kembali dan kembali lagi.Mereka cenderung mementingkan kegiatan-kegiatan yang terjadi dalam waktu ketimbang waktu itu sendiri, menekankan keterlibatan orang-orang dan penyelesaian transaksi ketimbang menepati jadwal waktu. Sebaliknya penganut waktu monokronik cenderung mempersepsi waktu sebagai berjalan lurus dari masa silam kemasa depan dan memperlakukannya sebagai identitas yang nyata dan bisa dipilah-pilah, dihabiskan, dibuang, dihemat, dipinjam, dibagi, hilang atau bahkan dibunuh, sehingga mereka menekankan penjadwalan dan kesegeraan waktu. Konsep waktu diIndonesia, seperti kebanyakan konsep waktu budaya timur, jelas termasuk konsep waktu polikronik seperti tercermin dalam istilah “jam karet”. Kebiasaan jam karet orang Indonesia tampaknya terus dipraktikan di luar negeri selama mereka bergaul dengan sesama orang Indonesia, termasuk mereka yang sudah puluhan tahun tinggal di Australia. Kesimpulannya orang –orang Indonesia hidup di dua dunia waktu. Mereka menerapkan norma waktu yang berbeda ketika berurusan dengan orang Australia. Setiap budaya mempunyai kesadaran berlainan mengenai pentingnya waktu: millennium, abad, dekade, tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit, dan detik. Mulyana, 2005:376

2.2.2.9 Bau-Bauan

Dokumen yang terkait

Makna Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan

8 102 65

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti (Studi Deskriptif Mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti Di Desa Padang Sambian Denpasar Bali Dalam Rangka Menyambut Hari Raya Nyepi 2015)

6 30 69

Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingan pada Masyarakat Desa Tambak Mekar di Kabupaten Subang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran)

1 59 110

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Ngalungsur Pusaka Makam Godog (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Ritual Dalam Upacara Ngalungsur Pusaka Makan Godog di Desa Lebak Agung Kabupaten Garut)

0 7 1

KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI : Studi Deskriptif di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis.

7 18 52

KESENIAN GEMBYUNGAN PADA UPACARA NYANGKU DI DESA PANJALU KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS.

0 0 19

KAJIAN VISUAL RITUAL NYANGKU MASYARAKAT PANJALU CIAMAIS: Studi bentuk dan makna ritual Nyangku masyarakat Panjalu Ciamis.

4 30 58

KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI : Studi Deskriptif di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis - repository UPI S PKN 1105538 Title

0 0 4

PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS - repository UPI S SOS 1105039 Title

0 0 5

MAKNA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM TRADISI SARUNGAN DI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

1 2 12