Gerakan Dan Postur Tubuh Sentuhan Bau-Bauan

Kemudian ada pakaian kerajaan atau keraton, pakaian ini dimaksudkan untuk memberikan kembali kesan sekaligus mengingatkan kepada khalayak banyak, bahwa Panjalu sebelum bergabung dengan NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan suatu Kerajaan yang cukup dikenal di tanah Jawa khususnya Jawa Barat pada masanya, dan mengingatkan bahwa anak keturunan dari kerajaan Panjalu masih ada hingga sekarang dengan dibuktikan masih adanya keturunan asli dari kerajaan Panjalu yang bergelar Raden. Pakaian yang ketiga adalah Pakaian hitam-hitam yang melambangkan budaya Sunda yang sudah menjadi tradisi turun temurun.

2.1.2 Gerakan Dan Postur Tubuh

Dalam pelaksanaan Upacara Nyangku, setiap bagian dari pelaksana kegiatan terutama yang terlibat dalam iring-iringan pengantar benda pusaka menampilkan suatu gerakan yang lemah lembut serta terkesan lamban lalu dengan postur tubuh yang tegak, pandangan lurus kedepan serta ekspresi wajah yang menunjukkan keseriusan.

2.1.3 Sentuhan

Dalam pelaksanaan Upacara Nyangku, Pusaka diperlakukan dengan sangat hati-hati dan pelan-pelan seolah Pusaka itu adalah benda yang amat sangat berharga, dimulai dari cara memperilakukan Pusaka mulai dari cara membungkus yang terdiri dari berbagai macam lapisan seperti kain putih lima lapis, lalu dibungkus lagi dengan daun dari pohon enau kemudian dilumuri perlahan dengan minyak zamparon baru kemudian di lapis lagi dengan menyan putih sebelum pusaka itu dibungkus, pusaka itu dimandikan dengan perlahan dan hati-hati sekali digosok menggunakan jeruk nipis yang dimaksudkan agar material benda pusaka tidak mudah berkarat dan terakhir diasapi dengan menggunakan bakaran menyan, mengasapi pusaka dengan menyan disini mengacu kepada agar pusaka itu cepat kering setelah di bersihkan dan agar air yang masuk di dalam pori-pori material senjata itu menguap dengan cepat untuk kemudian bisa dibungkus kembali

2.1.4 Bau-Bauan

Bau-bauan yang digunakan dalam Upacara Penyucian Pusaka Nyangku yang paling ditonjolkan adalah penggunaan bau-bauan yang berasal dari asap bakaran kemenyan atau yang warga Panjalu sebut dengan kukusan. Makna dari penggunaan bau-bauan dalam bentuk bakaran kemenyan ini adalah semata-mata hanya untuk memberikan aroma wangi dalam iring-iringan pembawa pusaka, mengingat dalam kondisi iring- iringan yang berada di bawah cahaya matahari yang terik dapat menyebabkan pelaksana Upacara berkeringat, kita enggan berdekatan dengan orang yang bau badan, bau ketiak, apalagi bau mulut Mulyana,2005 : 353

2.1.5 Makna Ruang dan Waktu

Dokumen yang terkait

Makna Simbolik Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Hajoran Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhan Batu Selatan

8 102 65

Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti (Studi Deskriptif Mengenai Makna Komunikasi Non Verbal Dalam Upacara Adat Melasti Di Desa Padang Sambian Denpasar Bali Dalam Rangka Menyambut Hari Raya Nyepi 2015)

6 30 69

Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran Jelang Pagelaran Sisingan pada Masyarakat Desa Tambak Mekar di Kabupaten Subang (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Makna Komunikasi Nonverbal dalam Upacara Adat Gusaran)

1 59 110

Aktivitas Komunikasi Upacara Adat Ngalungsur Pusaka Makam Godog (Studi Etnografi Komunikasi Mengenai Aktivitas Ritual Dalam Upacara Ngalungsur Pusaka Makan Godog di Desa Lebak Agung Kabupaten Garut)

0 7 1

KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI : Studi Deskriptif di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis.

7 18 52

KESENIAN GEMBYUNGAN PADA UPACARA NYANGKU DI DESA PANJALU KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS.

0 0 19

KAJIAN VISUAL RITUAL NYANGKU MASYARAKAT PANJALU CIAMAIS: Studi bentuk dan makna ritual Nyangku masyarakat Panjalu Ciamis.

4 30 58

KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI : Studi Deskriptif di Desa Panjalu Kabupaten Ciamis - repository UPI S PKN 1105538 Title

0 0 4

PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS - repository UPI S SOS 1105039 Title

0 0 5

MAKNA KOMUNIKASI NON VERBAL DALAM TRADISI SARUNGAN DI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

1 2 12