Aktifitas Pengurus Organisasi Santri Ta’mirul Islam Surakarta

Sabagaimana teori yang diungkapkan oleh Foerster yaitu tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial si subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Dalam hal ini organisasi merupakan salah satu pendidikan yang bersifat non-formal. Keterkaitan antara teori dan temuan sebelumnya dengan penjelasan yang diungkap dari lapangan persamaannya adalah temuan yang sebelumnya dengan temuan yang baru sama-sama memberikan kesan bahwa tujuan utama dari setiap kegiatan baik pendidikan maupun organisasi adalah membentuk karakter subyek.

B. Persepsi Ketua OSTI tentang Mutu Organisasi Santri di Pondok

Pesantren 1. Kualitas organisasi dalam pendidikan Pondok Pesantren Berdasar dari pengertian sebelumnya persepsi dapat juga diartikan sebagai asumsi bahwa apa yang ingin dilihat oleh seseorang belum tentu sama dengan fakta yang sebenarnya. Demikian juga dengan persepsi ketua OSTI tentang organisasi santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta adalah mengenai kualitas organisasi dalam pondok pesantren secara umum sudah baik hal ini terlihat dari keaktifan para santri dalam mengikuti kegiatan yang ada, serta perhatian dari para pengurus atau para ustadz dalam kedisiplinan santri, meskipun pada dasarnya OSTI sama dengan OSIS yang berada dalam pendidikan umum, namun dari sebagian narasumber berpendapat OSTI lebih menekankan pada aspek keagamaan sehingga benar-benar dapat memberikan dampak yang positif bagi pribadi santri. Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera Drever dalam Sasanti, 2003. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada keseluruhan pengalaman yang telah diterima melalui proses berpikir, belajar dan berlatih, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu yang terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktor-faktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan keadaan sosial, hokum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Keterkaitan antara teori dan temuan sebelumnya dengan penjelasan dari temuan yang diungkap dari lapangan persamaannya adalah temuan yang sebelumnya dengan temuan yang baru sama-sama memberikan kesan bahwa persepsi merupakan proses belajar dan pengalaman. Sedangkan perbedaannya adalah yang terkait dengan faktor struktural yaitu lingkungan keadaan sosial serta nilai-nilai dalam masyarakat, karena persepsi ketua OSTI dalam meningkatkan mutu organisasi santri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari