Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Bagan:3.1
Siklus Spiral
Action Research
Diadaptasi dari model Piggot-Irvine dalam Mertler, 2011, hlm. 30 Sumber :Madya dalam Budiman 2012, hlm. 61
Secara garis besar, siklus penelitian tindakan yang disusun oleh peneliti dapat dipetakan menjadi 2 bagian, yakni: 1 pra-siklus yang berkaitan dengan
tahapan studi pendahuluan, dan identifikasi masalah 2 siklus pelaksanaan pembelajaran
pupuh sekar ageung
berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan
laras
.
1. Tahap Pra-Siklus
Tahap pra-siklus dalam spiral
action research
model pembelajaran
pupuh
adalah tahap awal yang dapat menggambarkan tentang analisis situasi pembelajaran seni budaya yang sudah dan sedang berlangsung pada saat ini di
SMA N 8 Cirebon. Dalam penelitian pendahuluan, peneliti mengidentifikasi tentang kondisi objektif SMA N 8 Cirebon, terutama realitas pembelajaran seni
budaya yang telah berlangsung di sekolah tersebut yaitu gejala-gejala kelemahan dan kekurangan pembelajaran seni budaya dan juga potensi yang dimiliki oleh
SMA N 8 Cirebon untuk meningkatkan proses pembelajaran yang lebih baik. Kedua hal itu penting sebagai bahan acuan dalam rangka menyusun rancangan
pembelajaran yang dapat menjawab pertanyaan penelitian. Data yang berkaitan dengan kondisi objektif data yang berkaitan dengan
kondisi objektif SMA N 8 Cirebon yang diperoleh pada tahap pra-siklus dapat dibagi menjadi 2 kategori sebagai berikut:
a. Kondisi objektif yang merupakan keunggulan SMA N 8 Cirebon.
MELAPORKAN
Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1. SMA N 8 Cirebon berada di daerah Cirebon yang merupakan suatu kota pesisir utara Jawa yang secara administratif terletak di timur laut propinsi
Jawa Barat berbatasan dengan propinsi Jawa Tengah. Kota ini telah dikenal sebagai kota perdagangan di awal abad ke-16 Nina L. Lubis,
2000. Secara budaya, daerah Cirebon meliputi wilayah-wilayah bagian Selatan seperti Kabupaten Kuningan dan Majalengka, bagian Barat seperti
Gegesik, dan Indramayu, Banten, dan bahkan wilayah bagian Timur seperti Brebes di Jawa Tengah.
Cirebon memiliki banyak keunikan, baik bahasa maupun budayanya. Keunikannya menjadi ciri khas dari kota yang terkenal dengan Kota
Udang ini. Bahasa yang digunakan bukan Sunda, juga bukan Jawa, tetapi bahasa Cirebon. Budaya dan kesenian tradisonal yang dimiliki Cirebon
pun sangat beragam. Berdasarkan informasi data dari Dinas Pariwisata dalam buku Deskripsi Kesenian Daerah Cirebon, yang di terbitkan oleh
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemuda Dan olah Raga Kabupaten CirebonTahun 2009, Cirebon memiliki 35 jenis kesenian, baik Seni
Karawitan, Seni Teater, Seni Pedalangan, Seni Musik, Seni Tari, Seni sastra, Seni Rupa, dan Seni Pertunjukkan Rakyat. Masing-masing jenis
kesenian ini tentunya memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. 2. Sarana dan pra-sarana yang dimiliki SMA N 8 Cirebon termasuk cukup
lengkap.
b. Kondisi objektif yang merupakan kelemahan SMA N 8 Cirebon.
1 Metode pembelajaran yang diberikan oleh guru pengajar mata pelajaran
seni budaya masih berorientasi pada aspek teoritis dan kurang mengasah kompetensi musikal siswa.
2 Materi pembelajaran belum banyak mengangkat seni tradisional dan
kurang memiliki keseimbangan pada setiap dimensi pencapaian kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa,
Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
3 Sumber belajar seni yang masih terbatas.
Setelah peneliti dapat mengidentifikasi kondisi objektif dan realitas proses pembelajaran seni musik yang telah dan sedang berlangsung di SMA N 8
Cirebon, langkah berikutnya adalah analisis komparasi antara kondisi objektif pembelajaran seni musik di sekolah tersebut dan kondisi ideal pembelajaran yang
seharusnya dilaksanakan untuk mencapai kualitas pembelajaran yang lebih baik. Kondisi ideal pembelajaran diperoleh melalui kajian yang mendalam terhadap
teori-teori pembelajaran seni musik yang dapat meningkatkan kompotensi musikal siswa.
Bagan 3.2: Studi Pendahuluan Pada Tahap pra-Siklus
Pada bagan 3.2 di atas, dapat dilihat bahwa alur skema pada tahap pra- siklus adalah Penyusunan desain penelitian berdasarkan temuan dan kajian
analitis dari hasil identifikasi kondisi objektif yang disesuaikan dengan kondisi ideal, dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran
seni musik di SMAN 8 Cirebon. Kondisi Objektif
Kondisi Ideal
Desain Penelitian Tahap pra-Siklus
Studi Pendahuluan
Pembelajaran Seni Musik
Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Melalui kajian mendalam pada tahap pra-siklus, peneliti dapat menemukan formulasi yang tepat untuk merancang pembelajaran
pupuh sekar ageung
berbasis saintifik untuk meningkatkan kepekaan
laras
. Jika sampai tahap akhir yaitu tahap refleksi, peneliti belum menemukan data yang mendukung kondisi ideal, maka
peneliti dapat kembali pada tahap perancangan sampai kemudian dapat menemukan desain pembelajaran yang selanjutnya diterapkan pada siklus kedua.
Hal-hal yang terkait dengan tahap studi pendahuluan dijabarkan menjadi beberapa poin utama sebagai berikut:
a. Mengamati berbagai gejala yang terjadi di dalam proses pembelajaran seni
musik di SMA N 8 khususnya kelas X kaitannya dengan pembelajaran
pupuh
yang dapat meningkatkan kepekaan
laras
. b.
Mengidentifikasi masalah, dari hasil pengamatan pembelajaran. Penelitian ini, menggunakan penelitian
Action Research
, untuk mengetahui Pembelajaran
Pupuh sekar ageung Raehan
Berbasis Pendekatan Saintifik dapat Meningkatkan Kepekaan
Laras
Pada Siswa Kelas X Di SMA N 8 Cirebon berdasarkan identifikasi masalah:
Tabel 3.1 Identifikasi Masalah
Sekolah SMA Negeri 8 Cirebon
Tahun Pelajaran 20132014
Kelas X 7Sepuluh
Mata Pelajaran Seni Budaya
KD 3.2.Menganalisis
karya musik
berdasarkan simbol, jenis nilai estetis dan fungsinya
Tindakan Pembelajaran
Pupuh Sekar Ageung Raehan
Berbasis Pendekatan Saintifik
Eli Yulianti, 2014 Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk
Meningkatkan Kepekaan Laras Di SMA Negeri 8 Cirebon Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Apa masalah yang akan dipecahkan atau apa yang akan ditingkatkan?
Kepekaan
Laras
Apa tindakan yang akan dilakukan? Implementasi Pembelajaran
Pupuh Sekar ageung raehan
Berbasis Pendekatan Saintifik
Siapa yang akan dikenai tindakan tersebut?
Siswa kelas X SMA Negeri 8 Cirebon
Rumusan Judul Pembelajaran
Pupuh Sekar Ageung Raehan
Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan
Laras
c. Menyusun rancangan proposal penelitian sebagai salah satu langkah awal dari
persiapan penelitian lapangan d.
Menghadapi seminar proposal penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas Penididikan Indonesia SPs UPI Bandung;
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti perangkat pedoman wawancara,
pedoman observasi, kuisioner dan pedoman penilaian dokumen serta peralatan teknis lainnya yang dibutuhkan pada saat pelaksanaan penelitian lapangan.
2. Tahap Siklus Pelaksanaan