ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISIS

INTENSITAS RADIASI MATAHARI SOLAR RADIATION TERHADAP TEMPERATUR DALAM KOLEKTOR SURYA Pada penelitian ini, intensitas radiasi matahari diukur dengan menggunakan alat ukur sensor radiasi yaitu pyranometer yang terdapat pada Hobo Micro Station Data Logger. Sensor ini dapat mencatat data-data dalam interval waktu 1 menit. Intensitas radiasi akan mempengaruhi temperatur dalam kolektor surya. Kolektor surya ini digunakan sebagai pengumpul energi termal untuk menaikkan temperatur udara yang nantinya akan ditransmisikan ke dalam ruang pengering [4]. Kolektor surya pada penelitian ini memiliki bukaan kolektor yang divariasikan menjadi 4, yaitu terbuka 100, bukaan 1 cm, terbuka 75, dan tertutup 100. Selama penelitian, keadaan cuaca tidak menentu. Dalam satu hari kadang cerah, lalu sehingga intensitas radiasi matahari pada penelitian ini sangat berfluktuasi. Berikut ini adalah gambar intensitas radiasi dan temperatur kolektor per 5 menit untuk variasi terbuka 100. Gambar 4.1 Intensitas Radiasi Matahari dan Temperatur Kolektor Pada Variasi Terbuka 100 900 850 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 In te n si ta s R ad ia si W m 2 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 Waktu 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 T em p er at u r K o le k to r C Intensitas Radiasi Temperatur Kolektor Universitas Sumatera Utara 31 Untuk data hasil pengukuran Hobo terhadap intensitas radiasi matahari dan temperatur kolektor dengan variasi terbuka 100 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa temperatur dalam kolektor cenderung naik sampai dengan pukul 11.15 dan mengalami penurunan pada pukul 14.20 seiring dengan menurunnya intensitas matahari. Berdasarkan gambar di atas diperoleh intensitas radiasi matahari tertinggi dari pukul 09.05 WIB – 17.05 WIB adalah 778 Wm 2 dengan temperatur tertinggi dalam kolektor 52 C, intensitas radiasi matahari terendah adalah 89 Wm 2 dengan temperatur terendah dalam kolektor 38 C, dan rata-rata intensitas radiasi matahari adalah 390 Wm 2 dengan temperatur rata-rata dalam kolektor 46,2 C. Hal ini disebabkan karena kolektor surya dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk menaikkan suhu udara di atas temperatur lingkungan sehingga dengan intensitas matahari yang tinggi, kolektor akan menyerap radiasi dari matahari yang diterimanya lalu diubah menjadi energi panas yang tinggi juga [29]. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari berpengaruh terhadap temperatur dalam kolektor. Namun dengan keadaan tersebut ruang kolektor mampu mempertahankan panas yang telah diterimanya di tengah keadaan cuaca yang tidak menentu. Untuk variasi terbuka 15 intensitas radiasi matahari sangat berfluktuasi. Berikut ini adalah gambar intensitas radiasi dan temperatur kolektor per 5 menit untuk variasi terbuka 15. Gambar 4.2 Intensitas Radiasi Matahari dan Temperatur Kolektor Pada Variasi Terbuka 15 900 850 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 In te n si ta s R a d ia si W m 2 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 Waktu 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 T e m p e ra tu r K o le k to r C Intensitas Radiasi Temperatur Kolektor Universitas Sumatera Utara 32 Untuk data hasil pengukuran Hobo terhadap intensitas radiasi matahari dan temperatur kolektor dengan variasi terbuka 15 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa temperatur di dalam kolektor cenderung stabil hingga akhirnya menurun pada pukul 16.15. Berdasarkan gambar di atas diperoleh intensitas radiasi matahari tertinggi dari pukul 09.05 WIB – 17.05 WIB adalah 856 Wm 2 dengan temperatur tertinggi dalam kolektor 54,5 C, intensitas radiasi matahari terendah adalah 82 Wm 2 dengan temperatur terendah dalam kolektor 39 C, dan rata-rata intensitas radiasi matahari adalah 429 Wm 2 dengan temperatur rata-rata dalam kolektor 48,1 C. Hal ini disebabkan karena kolektor surya dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk menaikkan suhu udara di atas temperatur lingkungan sehingga dengan intensitas matahari yang tinggi, kolektor akan menyerap radiasi dari matahari yang diterimanya lalu diubah menjadi energi panas yang tinggi juga [29]. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari berpengaruh terhadap temperatur dalam kolektor. Namun dengan keadaan tersebut ruang kolektor mampu mempertahankan panas yang telah diterimanya di tengah keadaan cuaca yang tidak menentu. Untuk variasi terbuka 75 intensitas radiasi matahari sangat berfluktuasi. Berikut ini adalah gambar intensitas radiasi dan temperatur kolektor per 5 menit untuk variasi terbuka 75. Gambar 4.3 Intensitas Radiasi Matahari dan Temperatur Kolektor Pada Variasi Terbuka 75 900 850 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 In te n si ta s R a d ia si W m 2 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 Waktu 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 T e m p e ra tu r K o le k to r C Intensitas Radiasi Temperatur Kolektor Universitas Sumatera Utara 33 Untuk data hasil pengukuran Hobo terhadap intensitas radiasi matahari dan temperatur kolektor dengan variasi terbuka 75 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa temperatur kolektor cenderung naik sampai dengan pukul 12.00 lalu cenderung stabil sampai dengan pukul 17.05. Berdasarkan gambar di atas diperoleh intensitas radiasi matahari tertinggi dari pukul 09.05 WIB – 17.05 WIB adalah 883,1 Wm 2 dengan temperatur tertinggi dalam kolektor 51 C, intensitas radiasi matahari terendah adalah 113 Wm 2 dengan temperatur terendah dalam kolektor 37 C, dan rata-rata intensitas radiasi matahari adalah 376 Wm 2 dengan temperatur rata-rata dalam kolektor 46,1 C. Hal ini disebabkan karena kolektor surya dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk menaikkan suhu udara di atas temperatur lingkungan sehingga dengan intensitas matahari yang tinggi, kolektor akan menyerap radiasi dari matahari yang diterimanya lalu diubah menjadi energi panas yang tinggi juga [29]. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari berpengaruh terhadap temperatur dalam kolektor. Namun dengan keadaan tersebut ruang kolektor mampu mempertahankan panas yang telah diterimanya di tengah keadaan cuaca yang tidak menentu. Untuk variasi tertutup 100 intensitas radiasi matahari sangat berfluktuasi. Berikut ini adalah gambar intensitas radiasi dan temperatur kolektor per 5 menit untuk variasi tertutup 100. Gambar 4.4 Intensitas Radiasi Matahari dan Temperatur Kolektor Pada Variasi Tertutup 100 900 850 800 750 700 650 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 In te n si ta s R a d ia si W m 2 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 Waktu 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 T em p er at u r K o le k to r C Intensitas Radiasi Temperatur Kolektor Universitas Sumatera Utara 34 Untuk data hasil pengukuran Hobo terhadap intensitas radiasi matahari dan temperatur kolektor dengan variasi tertutup 100 dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa temperatur kolektor cenderung menurun dimulai dari pukul 14.30-17.05. Berdasarkan gambar di atas diperoleh intensitas radiasi matahari tertinggi dari pukul 09.05 WIB – 17.05 WIB adalah 788 Wm 2 dengan temperatur tetinggi dalam kolektor 54,5 C, intensitas radiasi matahari terendah adalah 109 Wm 2 dengan temperatur terendah dalam kolektor 38 C, dan rata-rata intensitas radiasi matahari adalah 359 Wm 2 dengan temperatur rata-rata dalam kolektor 47,4 C. Hal ini disebabkan karena kolektor surya dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk menaikkan suhu udara di atas temperatur lingkungan sehingga dengan intensitas matahari yang tinggi, kolektor akan menyerap radiasi dari matahari yang diterimanya lalu diubah menjadi energi panas yang tinggi juga [29]. Oleh karena itu, intensitas radiasi matahari berpengaruh terhadap temperatur dalam kolektor. Namun dengan keadaan tersebut ruang kolektor mampu mempertahankan panas yang telah diterimanya di tengah keadaan cuaca yang tidak menentu.

4.2 ANALISIS PENGARUH BUKAAN KOLEKTOR SURYA TIPE PLAT