15 Re 5x10
5
untuk aliran Laminar Re 5x10
5
untuk aliran Turbulen Untuk laju perpindahan panas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut: Q
h
= hAT
s
- T
∞
2.3 Dimana :
Q
h
= laju perpindahan panas Watt; h = koefisien konveksi Wm
2
.K; A = luas permukaan kolektor surya m
2
; T
s
= temperatur dinding K; T
∞
= temperatur udara lingkungan K [24,25].
2.6.3. PERPINDAHAN PANAS RADIASI
Radiasi adalah proses perpindahan panas dari benda bertemperatur tinggi ke benda bertemperatur rendah dimana tidak diperlukan zat atau benda
penghubung, serta panas memancar dengan cara radiasi gelombang elektromagnetik. Perpindahan panas radiasi pada alat ini terjadi pada absorber
kolektor surya. Peristiwa radiasi yang dipancarkan oleh matahari, dan dikonversikan dalam bentuk panas terjadi pada plat absorber serta adanya
pengaruh dari emisifitas permukaan benda hitam plat absorber. Perpindahan panas secara radiasi dirumuskan sebagai berikut:
. 4
2 4
1
. .
. T
T A
Q
r
− =
σ ε
2.4 Dimana:
Q
r
= laju perpindahan panas radiasi W; A = luas permukaan m
2
; ε
= emisivitas panas permukaan 0
≤ ε
≤ 1;
σ = konstanta Stefan Boltzmann 5,67 x 10
-8
Wm
2
K
4
[24,25].
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Energi surya merupakan sumber energi yang tidak pernah habis, sehingga menjadi potensi sumber energi untuk berbagai kebutuhan. Penggunaan energi ini
akan mengurangi kebutuhan energi tak terbarukan, menciptakan lapangan kerja dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Salah satu penggunaan energi surya
dilakukan dalam pengeringan. Pengeringan dengan energi surya yang lebih dikenal dengan penjemuran langsung telah dilakukan sejak zaman dulu [1,2].
Indonesia terletak di daerah khatulistiwa, yaitu pada 6
o
LU –11
o
LS dan 95
o
BT – 141
o
BT. Dengan memperhatikan peredaran matahari dalam setahun yang berada pada daerah 23,5
o
LU dan 23,5
o
LS mengakibatkan suhu di Indonesia cukup tinggi antara 26 ºC – 35 ºC dan bila saat cuaca cerah akan disinari
matahari selama 7-8 jam dalam sehari. Potensi energi surya rata-rata nasional adalah 16 MJhari [3]. Potensi energi surya ini dapat dimanfaatkan untuk proses
pengeringan hasil pertanian. Pada umumnya lebih dari 80 hasil pertanian yang diproduksi oleh petani
kecil di negara-negara berkembang seperti Indonesia dikeringkan dengan penjemuran langsung karena energi ini dipandang sebagai energi yang bersih
ramah lingkungan, sederhana, murah, dan tidak memerlukan peralatan mekanis yang mahal seperti yang digunakan pada pengering buatan. Namun cara
konvensional ini memiliki beberapa keterbatasan, di antaranya tenaga kerja yang cukup intensif, luas area cukup besar, sangat bergantung pada kestabilan kondisi
cuaca, dan dapat mengurangi kualitas dan hasil akhir dari produk yang
dikeringkan [4,5].
Untuk menambah kelayakan energi surya dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi energi surya buatan solar dryer baik secara langsung
direct maupun tidak langsung indirect. Pengering buatan ini dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian jika dibandingkan dengan penjemuran
langsung. Pemilihan jenis pengering buatan ini disesuaikan dengan hasil pertanian
Universitas Sumatera Utara