49
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian mengenai pengetahuan dan efikasi diri pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin di Poliklinik RSUP Haji Adam Malik
Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 yang melibatkan 50 orang pasien DM tipe 2 yang menggunakan insulin di Poliklinik Endokrin RSUP Haji
Adam Malik Medan. 1
Hasil penelitian Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi pasien, tingkat
pengetahuan dan efikasi diri pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin. 1.1.
Data demografi Pada tabel 5.1. akan ditampilkan hasil penelitian terkait karakteristik demografi
pasien berdasarkkan jenis kelamin. Tabel 5.1. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin n=50
Variabel Frekuensi
Persentase Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
25 25
50.0 50.0
Hasil penelitian pada tabel 5.1. menunjukkan bahwa pasien yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang 50 dan perempuan 25 orang 50.
Tabel 5.2. Hasil analisis usia, lama menderita DM dan lama menggunakan insulin pada pasien DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik
Medan n=50 Variabel
Mean Median Modus
Min Max
Usia Lama menderita DM tahun
Lama menggunakan insulin tahun 59,76
9,86 3,39
58,50 10
3 55
10 1
44 1
1 79
32 10
Universitas Sumatera Utara
40
Pada tabel 5.2. terlihat bahwa pasien rata-rata berusia 60 tahun dengan lama menderita DM rata-rata 10 tahun dan lama menggunakan insulin rata-rata 3 tahun.
1.2. Tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan, gambaran tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2
tentang terapi insulin hampir keseluruhan baik yaitu 48 pasien 96. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Tingkat pengetahuan pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan n=50
Pengetahuan Frekuensi
Persentase Baik
Cukup Kurang
48 2
96.0 4.0
Hampir setengah pasien menjawab salah pada pernyataan nomor 1 dan 3. Untuk lebih rinci bisa dilihat pada tabel 5.4.
Universitas Sumatera Utara
41
Tabel 5.4. Jumlah dan persentase pasien yang menjawab benar pada tiap item pernyataan pengetahuan n=50
No Pernyataan
Pasien yang menjawab benar
Persentase 1
Insulin harus diinjeksi sepanjang hidupnya 32
64 2
Tempat penyuntikan adalah perut, bokong, paha dan lengan
41 82
3 Penyuntikan dapat dilakukan pada tempat yang
sama terus menerus 33
66 4
Penyuntikan berikutnya berjarak 1 inchi 44
88 5
Insulin tidak dapat diinjeksi pada bagian paha pada saat akan berolahraga
49 98
6 Penyuntikan pada tempat yang sama terus
menerus akan menyebabkan penebalan lemak 50
100 7
Injeksi yg terlalu dalam penyerapan insulin akan terjadi lebih cepat
50 100
8 Biarkan jarum selama 10 detik setelah injeksi
50 100
9 Jarum suntik tidak boleh digunakan berulang
45 90
10 Kulit harus di desinfeksi terlebih dahulu
45 90
11 Tunggu sampai kering sebelum melakukan
injeksi 44
88 12
Insulin diabsorbsi paling cepat pada bagian perut
50 100
13 Insulin disuntikkan secara tegak lurus dengan
kulit 50
100 14
Insulin membantu tubuh menggunakan gula yang berada di dalam darah kita
50 100
15 Insulin biasanya diinjeksi 15-20 menit sebelum
makan 50
100 16
Insulin dapat bertahan selama 30 hari jika disimpan pada suhu ruangan
50 100
17 Insulin yang disimpan dalam lemari es harus
dikeluarkan selama 20 menit sebelum digunakan
40 80
18 Insulin cadangan harus disimpan di lemari es
46 92
1.3. Tingkat efikasi diri pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa hampir keseluruhan pasien memiliki efikasi diri yang baik yaitu 47 orang 94. Lebih lengkapnya dapat
dilihat pada tabel 5.5.
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 5.5. Tingkat efikasi diri pasien DM tipe 2 tentang terapi insulin di Poliklinik Endokrin RSUP Haji Adam Malik Medan n=50
Efikasi diri Frekuensi
Persentase Baik
Kurang 47
3 94.0
6.0 Hampir setengah pasien memliliki efikasi diri yang kurang pada
pernyataan nomor 2 dan 5. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel 5.6. Tabel 5.6. Jumlah dan persentase jawaban pasien pada tiap item pernyataan
efikasi diri n=50 No
Pernyataan Yakin
Kadang Tidak yakin
1 Yakin mampu melakukan injeksi secara
mandiri 4488
6 2
Yakin mampu melakukan injeksi pada bagian perut, paha dan lengan
3264 18
3 Yakin mampu membersihkan tangan dan
daerah yang akan disuntik sebelum penyuntikan insulin
3774 9
4
4 Yakin mampu melakukan perpindahan tempat
injeksi insulin 4284
6 2
5 Yakin mampu selalu menggunakan jarum baru
2958 17
4 6
Yakin mampu menyuntikkan insulin pada daerah lengan pada saat akan berolahraga
4998 1
7 Yakin mampu menyuntikkan insulin dengan
jumlah yang tepat 4998
1 8
Yakin mampu menyuntikkan insulin walaupun saya sedang sibuk
4488 6
9 Yakin mampu menyuntikkan insulin di bagian
perut ketika kadar gula darah saya sangat tinggi
50100
10 Yakin mampu menyuntikkan insulin dengan jarak 1 inchi dari daerah sebelumnya
4386 5
2 11 Yakin mampu menyuntikkan insulin sesuai
jadwal 4590
5 12 Yakin mampu memilih lokasi penyuntikan
yang bebas dari infeksi, peradangan ataupun luka
4794 3
Universitas Sumatera Utara
43
2. Pembahasan
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku seseorang. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku, ia harus terlebih
dahulu mengetahui apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada yang tidak didasari
pengetahuan Notoatmojo, 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir hampir semua pasien
memiliki pengetahuan yang baik tentang terapi insulin 96. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2011 menunjukkan bahwa pengetahuan pasien DM tipe 2
tentang insulin adalah mayoritas baik 63,3 dan mayoritas telah menderita DM 1-10 tahun. Penelitian ini berbeda karena pasien rata-rata telah mengalami DM 10
tahun dan rata-rata menggunakan insulin 3 tahun. Pengetahuan yang baik tentang terapi insulin berhubungan dengan lamanya seseorang mengalami DM dan
menggunakan insulin Lafta, Salih Sadiq, 2011 Hampir setengah responden 36 menjawab salah pada pernyataan
pasien DM tipe 2 tidak harus disuntik insulin sepanjang hidupnya. Pasien menyatakan bahwa mereka tidak mungkin berhenti menggunakan insulin karena
kadar gula darah mereka tetap tinggi jika tidak menggunakan insulin. Penurunan berat badan dan olahraga akan meningkatkan sensitivitas insulin. Semakin normal
indeks sensitivitas insulin, kemampuan untuk meningkatkan penyerapan glukosa juga akan lebih baik Caniago, 2014. Para penderita DM tipe 2 yang
menggunakan insulin menyatakan bahwa dengan melakukan kontrol terhadap diet
Universitas Sumatera Utara
44
dan olahraga mereka dapat mengurangi jumlah dosis injeksi insulin yang mereka butuhkan Berzin, 2015.
Beberapa pasien 18 tidak mengetahui bahwa insulin juga dapat diinjeksi pada bagian lengan dan bokong. Hal ini dikarenakan dokter atau perawat
mengajarkan mereka untuk melakukan injeksi di bagian perut atau paha. Sehingga responden berfikir bahwa mereka hanya dapat melakukan injeksi di bagian perut
dan paha. Hampir setengah pasien 34 menjawab salah pada pernyataan insulin
tidak dapat diinjeksi pada tempat yang sama terus-menerus. Mereka selalu menyuntikkan insulin dibagian perut dan tidak melakukan rotasi tempat
penyuntikan, padahal mereka mengatakan sering merasa sakit ataupun kulit di bagian perut tersebut terasa keras. Keadaan kulit seperti ini disebut
lipohypertrophy, yang disebabkan oleh terlalu sering melakukan injeksi insulin di area kulit yang sama Down Fiona , 2012.
Beberapa pasien 20 tidak tahu bahwa insulin yang disimpan di kulkas harus dikeluarkan dan dibiarkan sekitar 20 menit sampai sama dengan suhu
ruangan. Hal ini penting untuk diketahui karena dapat mempengaruhi kualitas insulin, proses penyerapan insulin dan dapat menyebabkan nyeri Soegondo,
Soewondo, Subekti, 2007. Berdasarkan pertanyaan lisan dari peneliti tentang terapi insulin, pasien
menyatakan bahwa mereka tidak diberitahukan informasi yang lengkap dan responden tidak pernah mencari informasi mengenai insulin selain bertanya
kepada petugas kesehatan. Pasien sering merasa bingung karena dokter dan
Universitas Sumatera Utara
45
perawat memberikan informasi yang berbeda-beda setiap kali mereka bertanya. Umur responden juga mempengaruhi tingkat pengetahuan yang mereka miliki.
Wawan dalam Ardita, 2014 menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka akan semakin matang perkembangan mentalnya dan juga berpengaruh pada
pengetahuan yang diperolehnya. Akan tetapi semakin menjelang lansia kemampuan mengingat dan menerima suatu pengetahuan berkurang.
Pengetahuan adalah hal mendasar yang harus dimiliki pasien yang nantinya akan mempengaruhi mereka untuk merubah cara berfikir mereka,
perilaku kesehatan dan juga mekanisme koping. Semakin sering pasien mendapatkan edukasi kesehatan tentang terapi insulin, maka akan semakin
meningkat pengetahuan pasien tersebut. Pengetahuan yang baik tentang insulin akan mempengaruhi pasien dalam manajemen kesehatan mereka Gurmu Teni,
2014. 2.2.
Efikasi diri Efikasi diri adalah keyakinan seseorang tentang kemampuannya. Pada
pasien diabetes, efikasi diri akan mempengaruhi kemampuan pasien untuk memantau, merencanakan dan melakukan tindakan yang akan memberikan
pengaruh yang baik untuk kesehatan mereka Stipanovic, 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir keseluruhan pasien memiliki
efikasi diri yang baik 94. Lamanya pasien menderita DM dan menggunakan insulin mempengaruhi tingkat efikasi yang mereka miliki. Hal ini dikarenakan
efikasi diri dipengaruhi oleh pemahaman dan juga pengalaman pasien selama ini.
Universitas Sumatera Utara
46
Tingkat efikasi diri pasien adalah baik pada hampir semua pernyataan, kecuali pada beberapa pernyataan.
Beberapa pasien 12 memiliki efikasi diri yang kurang saat menyuntikkan insulin secara mandiri. Berdasarkan keterangan pasien, hal ini
terjadi saat pasien sedang mengalami stres ataupun merasa malas. Beberapa pasien 36 menyatakan kadang yakin mampu menyuntikkan
insulin pada bagian perut, paha dan lengan. Kebanyakan pasien lebih nyaman menyuntikkan insulin di perut. Hal ini dikarenakan perut adalah area yang mudah
digapai oleh pasien dan juga insulin diserap lebih cepat pada area perut karena lapisan lemak pada area perut lebih tebal dibanding area kulit lainnya Morris,
2014. Beberapa pasien 26 memiliki efikasi diri yang kurang saat
membersihkan tangan dan kulit sebelum melakukan injeksi. Membersihkan tangan dan kulit perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi.
Membersihkan kulit menggunakan alkohol tidak diharuskan selama kulit dalam keadaan bersih AADE, 2011.
Sebanyak 16 pasien kadang yakin mampu melakukan rotasi perpindahan tempat injeksi insulin. Sama halnya dengan pernyataan nomor 10,
sebanyak 14 pasien kadang yakin mampu untuk melakukan injeksi selanjutnya dengan jarak 1 inchi. Melakukan perpindahan tempat injeksi penting dilakukan
karena akan mengurangi risiko terjadinya inflamasi ataupun lipohypertrophy penebalan lemak dan juga mengurangi terjadinya nyeri saat melakukan injeksi
Down Fiona, 2012.
Universitas Sumatera Utara
47
Hampir setengah pasien 42 memiliki efikasi diri yang kurang untuk mengganti jarum setiap kali menyuntikkan insulin. Hal ini dikarenakan mereka
malas mengganti jarum tersebut, walaupun sebenarnya mereka sudah tahu dan juga sering merasa sakit saat melakukan injeksi. Menggunakan jarum secara
berulang dapat menyebabkan nyeri saat melakukan injeksi, timbulnya luka akibat jarum yang tumpul dan kurang akuratnya dosis insulin yang diinjeksikan AADE,
2011. Sebanyak 12 pasien kadang yakin mampu menyuntikkan insulin
walaupun mereka sedang sibuk. Pasien mengatakan bahwa mereka bingung bagaimana caranya untuk membawa insulin saat mereka melakukan aktivitas di
luar rumah atau melakukan perjalanan ke luar kota. Mereka juga malu jika dilihat oleh teman-teman di tempat mereka bekerja.
Beberapa pasien 10 menyatakan kadang yakin melakukan injeksi sesuai jadwal. Melakukan injeksi sesuai jadwal harus dapat dilakukan oleh pasien
untuk mempertahankan kontrol terhadap glukosa darah mereka. Hal ini dikarenakan terjadi defisiensi sekresi insulin ataupun resistensi insulin sehingga
tubuh tidak mampu untuk menghantarkan glukosa dari darah ke dalam sel tubuh. Insulin harus diinjeksi secara teratur karena insulin dapat membantu mencapai
kadar glukosa darah normal dan akan membuat pasien merasa lebih baik dan lebih bertenaga.
Beberapa penelitian kesehatan mengukur tingkat efikasi diri seseorang untuk mengkaji pengaruhnya terhadap perubahan perilaku kesehatan. Fuchs
Schwarzer 1995 dalam Corner Norman, 1995 menyatakan bahwa efikasi diri
Universitas Sumatera Utara
48
yang tinggi akan mempengaruhi seseorang secara psikologis untuk mengatasi stres yang dirasakan dan juga meningkatkan motivasi seseorang untuk berubah.
Perkembangan efikasi diri dalam diri seseorang akan terus berlanjut dan dipengaruhi oleh pengalamannya di masa lalu, pengalaman orang lain, persuasi
verbal dan keadaan psikologis. Seseorang yang sedang sakit mungkin memiliki pandangan negatif mengenai keadaan mereka saat itu. Oleh karena itu, efikasi diri
yang tinggi diperlukan untuk merubah pola pemikiran mereka dan akhirnya akan merubah perilaku mereka.
Efikasi diri yang tinggi diperlukan oleh pasien karena dengan efikasi diri yang tinggi individu akan memperlihatkan usaha, perbuatan dan ketekunan yang
lebih baik dibandingkan dengan individu yang efikasi dirinya rendah. Pasien dengan efikasi diri yang tinggi akan lebih mampu mengatur menajemen
kesehatannya sehingga keadaan mereka bisa lebih baik Sarkar, Fisher Schillinger, 2006.
Universitas Sumatera Utara
49
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN