121
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pembuatan skripsi ini merupakan suatu upaya akademik untuk menjawab tiga permasalahan sebagaimana dirumuskan dalam Bab 1 hasil
pembahasan mengungkapkan kesimpulan sebagai berikut: 1.
Hambatan perdagangan trade barriers adalah semua kebijakan atau praktik yang dilakukan pemerintah atau peraturan suatu negara yang
menghambat perdagangan bebas free trade, yang menghambat arus barang dan jasa dalam perdagangan internasional atau menghambat arus barang,
jasa, orang dan modal antar negara. Hambatan perdagangan dipandang sebagai suatu intervensi pemerintah terhadap pasar bebas free market
untuk jual beli barang dan jasa secara internasional yang mana jika merujuk pada konsepsi perdagangan bebas yang berarti adalah suatu kondisi
perdagangan lintas negara tidak dihambat oleh bea cukai, kuota, peraturan atau hambatan lainnya untuk pergerakan barang dan jasa. Terdapat berbagai
bentuk hambatan perdagangan internasional. Pengenaan pajak atau bea, kewajiban mendapat lisensi, pengenaan kuota, subsidi, persyaratan teknis,
pembatasan ekspor sukarelaadalah bentuk-bentuk hambatan perdagangan. Hambatan-hambatan itu biasanya digolongkan dalam dua kelompok yaitu
hambatan tarif tariff barriers dan hambatan non-tarif non-tarif barriers. Oleh karenanya, GATTWTO berupaya menurunkan tarif menjadi serendah
mungkin dengan tetap mempertahankan tarif sebagai satu-satunya instrumen
Universitas Sumatera Utara
122
yang diperkenankan untuk melaksanakan kebijakan perdagangan internasional negara-negara anggota. Melalui GATT, dilakukanlah usaha-
usaha harmonisasi pengaturan tarif yang dibahas dalam perundingan- perundingan. Perundingan perdagangan internasional sebelum Putaran
Uruguay dan terbentuknya WTO 1994, para peserta lebih banyak membahas mengenai upaya penurunan tarif impor, sedangkan masalah non-tarif baru
dibahas setelah perundingan Tokyo Round 1973. 2.
Hambatan kuantitatif dalam persetujuan GATTWTO adalah hambatan perdagangan yang bukan merupakan tarif bea masuk. Yakni larangan dan
pembatasan proteksi terhadap produk domestik melalui pembatasan kuantitatif seperti pengenaan kuota impor dan ekspor, pembatasan lisensi
impor atau ekspor, pembatasan ekspor sukarela dan alat lain yang dapat mempengaruhi jumlah ekspor maupun impor. Prinsip ini telah diatur dalam
Article IX GATT 1947, yang menghendaki transparansi dan penghapusan
hambatan kuantitatif dalam perdagangan internasional. Hal ini disebabkan karena praktik demikian mengganggu praktik perdagangan yang normal.
Namun, Prinsip hambatan kuantitatif dapat dikecualikan dari prinsip penghapusan hambatan kuantitatif dengan beberapa alasan negara yang
mengalami kesulitan neraca pembayaran diijinkan untuk membatasi impor dengan cara kuota Article XII-XIV GATT 1947, karena industri domestik
negara pengimpor mengalami kerugian yang serius akibat meningkatnya impor produk sejenis, maka negara itu boleh tidak tunduk pada prinsip ini
Article XIX GATT 1947. Serta demi kepentingan kesehatan publik, keselamatan dan keamanan nasional negara pengimpor, negara tersebut
Universitas Sumatera Utara
123
diizinkan untuk membebaskan diri dari kewajiban tunduk pada prinsip ini Article XX dan XXI GATT 1947.
3. Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan yakni terdapat dalam Pasal 50 Undang-Undang Perdagangan yang termasuk bagian daripada bentuk pengendalian
perdagangan luar negeri. Adapun kebijakan dan pengendalian perdagangan luar negeri diarahkan untuk peningkatan daya saing produk ekspor
Indonesia, peningkatan dan perluasan akses pasar diluar negeri serta peningkatan kemampuan eksportir dan importir sehingga menjadi pelaku
usaha yang andal. Bahwa pada dasarnya larangan dan pembatasan ekspor dan impor bertentangan dengan konsep perdagangan bebas yang
menghendaki hambatan perdagangan yang seminimal mungkin. Namun dapat dikecualikannya pemberlakuan pelarangan hambatan kuantitatif
menurut Pasal 502 UU Perdagangan adalah dengan alasan untuk melindungi keamanan nasional atau kepentingan umum, termasuk sosial,
budaya, dan moral masyarakat; untuk melindungi hak kekayaan intelektual; danatau untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan,
ikan, tumbuhan, dan lingkungan hidup. Kemudian alasan pemerintah dapat menghapuskan ekspor dan impor barang adalah: untuk melindungi
keamanan nasional atau kepentingan umum; danatau untuk melindungi kesehatan dan keselamatan manusia, hewan, ikan, tumbuhan, dan
lingkungan hidup.Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 23M-DAGPER42014 tentang
Ketentuan Pengenaan Kuota dalam Rangka Tindakan Pengamanan
Universitas Sumatera Utara
124
Perdagangan terhadap Impor Tepung Gandum dan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 117M-DAGPER122015 tentang
Ketentuan Impor Gula. Pelarangan serta pembatasan prinsip ini bersesuaian dengan aturan GATT yang melarang penerapan pembatasan kuantitatif,
dalam pelaksanaannya hal tersebut dapat dilakukan dalam hal: Pertama, untuk mencegah terkurasnya produk-produk esensial dinegara pengekspor;
Kedua , untuk melindungi pasar dalam negeri khususnya yang menyangkut
produk pertanan dan perikana; Ketiga, untuk mengamankan, berdasarkan escape clause
Pasal XIX GATT, meningkatnya impor berlebihan increase of impor didalam negeri sebagai upaya untuk melindungi,
misalnya terancamnya produksi dalam negeri; Keempat, untuk melindungi
neraca pembayaran luar negerinya Pasal XII.
B. Saran