Latar Belakang Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan bernegara seperti tertuang dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UUD 1945 adalah mewujudkan kesejahteraan umum. 3 Hal ini berkaitan dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam batang tubuh UUD 1945 bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. UUD 1945 yang merupakan konstitusi politik, konstitusi ekonomi, dan konstitusi sosial yang harus menjadi acuan dan landasan secara politik, ekonomi, dan sosial baik oleh negara state, masyarakat civil society, ataupun pasar market. 4 Sebagai konstitusi ekonomi, UUD 1945 mengatur bagaimana sistem perekonomian nasional seharusnya disusun dan dikembangkan guna mewujudkan cita-cita tersebut. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, Indonesia sebagai negara hukum lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu tanpa mengabaikan harkat dan martabat manusia. 5 3 Tujuan Negara, terletak pada Alinea Ke-4 Pembukaan UUD NRI Tahun 1945: Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratanperwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. 4 Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum yang DemokratisJakarta: PT. Buana Ilmu Populer, 2009, hlm. 214. 5 Muhammad Sood, Hukum Dagang Internasional: Dalam Kerangka Studi Analitis Jakarta: Rajawali Press, 2006, hlm. 6. Dengan demikian hukum berfungsi untuk menjaga terselenggaranya kepentingan-kepentingan masyarakat sehingga Universitas Sumatera Utara 2 untuk tujuan keadilan diperlukan keseimbangan antara kepentingan umum public interest , kepentingan masyarakat social interest dan kepentingan individu private interest. 6 Konsep dasar perekonomian nasional yang berlandaskan demokrasi ekonomi hukum yang mengatur lapangan usaha untuk menjamin kebebasan berusaha atas dasar kesempatan yang sama dalam melakukan kegiatan usaha equal opportunity to have fair share in business perilaku usaha memerlukan landasan hukum yang memberi jaminan kebersamaan dan keadilan. 7 Bahwa perekonomian Indonesia yang bersifat terbuka tetapi ada rambu-rambu yang harus ditaati, sehingga dibutuhkan peran serta yang dimainkan pemerintah untuk ikut serta dalam perekonomian negara lain seperti kegiatan ekspor-impor, penanaman modal dan pinjam-meminjam. Sebagai konsekuensinya perekonomian nasional harus peka terhadap perkembangan yang terjadi pada perekonomian dunia, terutama terhadap gejolak yang ditimbulkan oleh perekonomian negara mitra kerja dan yang berpengaruh terhadap hubungan ekonomi, perdagangan dan moneter antar negara. Jika dilihat dari fakta empiris yang terjadi, kemakmuran ekonomi dibanyak negara secara luas tergantung kepada perdagangan internasionalnya. Pada tahun 2006, sebagai contoh, 57 produksi domestik kotor GDP di Belanda dan 53 GDP di Afrika Selatan tergantung pada perdagangan internasional. 8 6 Ibid ., hlm. 7. 7 Ibid , hlm. 9. 8 Peter Van Den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnidi, Pengantar Hukum WTO Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2010, Hlm. 1. Peningkatan kemakmuran di Cina dan India jelas merupakan akibat dari peningkatan besar-besaran atas ekspor mereka. Universitas Sumatera Utara 3 Kebijakan perdagangan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional dilakukan dengan memperhatikan gejala dan perkembangan yang terjadi dinegara lain yang berpengaruh pada perekonomian nasional. Indonesia, sejak pertengahan tahun 1980-an, telah melakukan proses pembangunan yang menguntungkan dan ekspor sebagai penggeraknya. Dalam hal ini keberhasilan perdagangan luar negeri semakin menentukan proses pembangunan nasional. Perkembangan selama ini telah menciptakan ekonomi nasional yang lebih beragam dan berdaya saing. Setelah upaya peningkatan daya saing ekonomi nasional menampakkan hasilnya, ekonomi nasional telah mampu meghasilkan produk-produk yang makin beragam dalam jumlah dan kualitas yang semakin meningkat. Dalam keadaan seperti ini, kepentingan utama nasional adalah tersedianya pasar yang bebas, dan terbukanya serta terciptanya pasar yang semakin luas, bebas dan terbuka mengikuti perkembangan ekonomi dunia yang makin meningkat, serta sistem penyelenggaraan perdagangan antar bangsa yang mendorong untuk itu faktor ekstern serta kebijakan pemerintah yang menciptakan iklim yang sehat dan keaktifan dunia untuk mencari dan memanfaatkan peluang yang terbuka oleh perkembangan eksternal dan iklim usaha yang baik faktor intern. 9 Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap negara. Oleh karena itu, sangat diperlukan hubungan perdagangan antar negara yang tertib dan adil. Untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan dibidang perdagangan internasional, diperlukan aturan-aturan yang mampu menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan internasional ini. 9 Muhammad Sood, Op. Cit., hal. 12. Universitas Sumatera Utara 4 Perangkat hukum perdagangan internasional yang mengatur hubungan dagang antar negara terkandung dalam dokumen General Agreement on Tariff and Trade GATT yang ditandatangani tahun 1947 dan mulai diberlakukan sejak tahun 1948. Dari waktu ke waktu ketentuan GATT disempurnakan lewat perundingan- perundingan Putaran Uruguay 1986-1994 yang berhasil membentuk sebuah organisasi perdagangan dunia World Trade OrganizationWTO. 10 Badan inilah yang selanjutnya akan melaksanakan dan mengawasi aturan-aturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT sejak tahun 1947. Aturan-aturan GATT 1947 diintergrasikan kedalam sistem WTO yang tidak hanya mengatur perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa, masalah hak milik intelektual, dan aspek-aspek penanaman modal yang terkait. 11 Sebuah organisasi perdagangan internasional yang diharapkan dapat menjembatani semua kepentingan negara di dunia dalam sektor perdagangan melalui ketentuan-ketentuan yang disetujui bersama. Melalui WTO, diluncurkan suatu bentuk perdagangan dimana kegiatan perdagangan antar negara diharapkan dapat berjalan dengan lancar.Pada prinsipnya WTO merupakan suatu sarana untuk mendorong terjadinya suatu perdagangan bebas yang tertib dan adil di dunia ini. Dalam menjalankan tugasnya untuk mendorong terciptanya perdagangan bebas tersebut, WTO memberlakukan beberapa prinsip yang menjadi aturan WTO. Berikut ini merupakan lima prinsip dasar dari GATTWTO, antara lain: 12 10 “The GATT years: from Havana to Marrakesh”, World Trade Organization , https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm, diakses pada 8 Februari 2016 Pukul 17. 03 WIB. 11 “Overview: a navigational guide”, World Trade Organization , https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_eagrm1_e.htm, diakses pada 8 Februari 2016 Pukul 17. 16 WIB. 12 “Liberalisasi Perdagangan”, Nur Baladina, http:baladina.lecture.ub.ac.idfiles201212Modul-12-PHP_Liberalisasi-Perdagangan1.pdf, diakses pada 8 Februari 2016 Pukul 23.28 WIB. Universitas Sumatera Utara 5 1. Perlakuan yang sama untuk semua anggota most favoured nations Treatment . 2. Pengikatan tarif tariff binding 3. Perlakuan nasional national treatment 4. Perlindungan hanya melalui tarif protection to domestic industry through tariff 5. Prinsip larangan retriksi general prohibition on quantitative restriction Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut. 13 1. Kebijakan hambatan tarif tariff barrier. Kebijakan tariff barrier dalam bentuk bea masuk. 2. Kebijakan Hambatan non-tarif non-tarif barrier Perdagangan dunia menurut Koo dan Kennedy, jauh dari kebebasan. Beberapa negara menggunakan bermacam hambatan perdagangan tarif dan non- tarif untuk melindungi industri yang tidak efisien. Tarif adalah pajak yang dibebankan pemerintah untuk komoditi sebagai batas garis nasional. Tarif digunakan untuk melindungi ekonomi domestik dari kompetisi luar negeri sedangkan hambatan non-tarif bisa mengandung rintangan dengan angka yang besar selain tarif, seperti kebijakan, peraturan, prosedur yang mengubah perdagangan. Hambatan non tarif yang paling banyak digunakan untuk mengontrol impor pertanian yaitupembatasan kuantitatif dan pembatasan spesifik sejenis misalnya kuota, Voluntary Export Restraints VER, dan kartel 13 “Teori dan Kebijakan Hukum Internsional”, Hamdy Hady dalam Riri Esther Painte, “Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Non-Tarif di Pasar Uni Eropa terhadap Ekspor Komoditas Udang Indonesia”, http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567895348C08rep.pdf?sequence=4, diakses pada 9 Februari 2016 Pukul 12.49 WIB. Universitas Sumatera Utara 6 internasional, beban non-tarif dan kebijakan yang berhubungan yang mempengaruhi impor misalnya kebijakan anti-dumping dan kebijakan countervailing , kebijakan umum pemerintah yang membatasi misalnya kebijakan oleh pemerintah, kebijakan kompetisi, dan penetapan perdagangan, prosedur umum dan kegiatan administrasi misalnya prosedur valuasi dan prosedur perizinan, dan hambatan teknis peraturan dan standar kualitas kesehatan dan sanitasi, keamanan, peraturan dan standar industrial dan peraturan pengemasan dan pelabelan. 14 Prinsip pembatasan kuantitatif yang diatur dalam Pasal XI GATT mengenai penghapusan prinsip pembatasan kuantitatif yang berisi larangan atau pembatasan selain bea masuk, pajak dan pungutan lain apakah yang berupa kuota, lisensi impor atau ekspor dan alat lain yang dapat mempengaruhi jumlah ekspor maupun impor. Pengecualian terhadap larangan pembatasan kuantitatif diperbolehkan dengan alasan larangan pembatasan ekspor sementara untuk mencegah atau mengatasi terkurasnya bahan makanan atau produk esensial,larangan atau pembatasan ekspor impor yang perlu dalam penerapan standar dan regulasi klasifikasi, grading atau marketing komoditas perdagangan internasional, pembatasan ekpor impor atas produk pertanian dan perikanan yang perlu bagi penerapan peralatan yang berlaku. Yang kemudian dilanjutkan dengan Pasal XIII GATT yang mengatur tentang administrasi pembatasan kuantitatif yang non-diskriminasi. Larangan atau pembatasan ekspor atau impor tidak boleh diskriminatif. 14 “International Trade and Agriculture”, Koo and Kennedy dalam “Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Non-Tarif di Pasar Uni Eropa terhadap Ekspor Komoditas Udang Indonesia”, Riri Esther Painte, http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567895348C08rep.pdf?sequence=4, diakses pada 9 Februari 2016 Pukul 01.08 WIB. Universitas Sumatera Utara 7 Ratifikasi yang dilakukan oleh Indonesia melalui Undang-Undang No. 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing the World Trade Organization UU Pengesahan WTO merupakan langkah awal yang menunjukkan kesiapan pemerintah untuk turut serta ikut bergabung dalam sistem perdagangan global. Apabila dilihat dari segi hukum, ratifikasi tersebut merupakan suatu langkah yang tidak dapat dicegah sebab negara berkembang memiliki posisi yang lemah dalam perdagangan internasional, maka Indonesia harus meletakkan tumpuan pada suatu forum multilateral, yakni WTO sebagai wujud suatu kekuasaan Internasional dibidang perdagangan antarnegara. 15 15 Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 119-120. Dengan meratifikasi perjanjian internasional tersebut, pemerintah Indonesia selaku pemegang kedaulatan rakyat juga harus tetap memperhatikan nilai budaya bangsa serta kepentingan bangsa Indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, selaku pemegang kekuasaan tertinggi pemerintah sangat berperan dalam menentukan serta mengambil kebijakan disektor perdagangan internasional. Lahirnya undang- undang perdagangan baru yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan untuk selanjutnya disebut UU Perdagangan merupakan suatu langkah konkrit bahwa Indonesia telah siap dalam menghadapi perkembangan- perkembangan ekonomi global. Ruang lingkup dari UU Perdagangan yang baru ini, yang mencakup berbagai aspek penting dibidang perdagangan baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan luar negeri tentunya tidak terlepas dari ketentuan dalam WTO. Dalam Pasal 38 ayat 3 UUPerdagangan dikatakan bahwa “kebijakan perdagangan luar negeri meliputi pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan mitra dagang.” Artinya bahwa Universitas Sumatera Utara 8 hal-hal yang diatur dalam UU Perdagangan haruslah menyesuaikan dengan apa yang diatur dalam perjanjian WTO yang dalam penelitian ini adalah dalam lingkup pengaturan kebijakan perdagangan luar negeri, pengendalian perdagangan, serta kaitannya dengan prinsip pembatasan kuantitatif sebagai bentuk pengendalian perdagangan yang akhirnya akan diteliti kesesuaian antara kebijakan pengendalian perdagangan luar negeri melalui pembatasan kuantitatif dengan ketentuan GATTWTO.Hal inilah yang menjadi latarbelakang diangkatnya permasalahan ini untuk dijadikan sebuah skripsi.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 11 134

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 28

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 12

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 21

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 1 44

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 7