Jurnal-Jurnal Pengertian dan Bentuk Hambatan Kuantitatif

130

C. Jurnal-Jurnal

Wahyuni Yusuf, Sri. “Penerapan Prinsip World Trade Organization dalan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Makassar: Universitas Hasanuddin, 2015. Fakhruddin, Umar. “Kebijakan Hambatan Perdagangan atas Produk Ekspor Impor Indonesia di Negara Mitra Dagang”. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol II, No. 02 tahun 2008.

D. Internet

Overview: a navigational guide , dalam website WTO, https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_eagrm1_e.htm, diakses pada 8 Februari 2016 The GATT years: from Havana to Marrakesh , dalam website WTO, https:www.wto.orgenglishthewto_ewhatis_etif_efact4_e.htm,diakse s pada 8 Februari 2016 Marrakesh Agreement Establishing the World Trade Organization , https:www.wto.orgenglishres_ebooksp_eanalytic_index_ewto_agree _01_e.htm, diakses pada 17 Februari 2016 WTO ANALYTICAL INDEX: GATT 1994 ,https:www.wto.orgenglishres_ebooksp_eanalytic_index_egatt1994 _05_e.htm, diakses pada 6 Maret 2016 Liberalisasi Perdagangan Jasa dalam Kerangka WTO dan Jadwal Komitmen, Prinsip Dasar GATS, http:www.landasanteori.com201510gatt-afas- wto-gats-liberalisasi.html, diakses pada 7 Maret 2016 Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan 1994, kadi.kemendag.go.id...1501120513488943.doc, diakses pada 11 Maret 2016 Impor Terigu Dibatasi Mulai Mei, http:www.neraca.co.idarticle40273impor- terigu-dibatasi-mulai-mei-kemendag-terapkan-sistem-kuota, diakses pada 18 Maret 2016 Putaran Doha, http:putrinyaperwira-fisip09.web.unair.ac.idartikel_detail-64846- Prinsip20Ekonomi20Internasional-Putaran20Doha.html, diakses pada 30 Maret 2016 What Development Round? , http:www.nytimes.com20071021opinion21sun1.html?_r=3oref=sl oginoref=slogi, diakses 30 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 131 , Kebijakan Non-Tarif, http:habitat.ub.ac.idindex.phphabitatarticleview109194, diakses pada 30 Maret 2016 Quantitatif Restriction: Overview of Rules , http:www.meti.go.jpenglishreportdownloadfilesgCT0214e.pdf, diakses pada 30 Maret 2016 Pembatasan Ekspor Sukarela, http:kamusbisnis.comartipembatasan- ekspor-sukarela, diakses pada 30 Maret 2016 Baladina, Nur, “Liberalisasi Perdagangan”, http:baladina.lecture.ub.ac.idfiles201212Modul-12- PHP_Liberalisasi-Perdagangan1.pdf, diakses pada 8 Februari 2016 Departemen Perindustrian dan Perdagangan, “WTO dan Sistem Perdagangan Dunia”, http: www.dprin.go.idindpublikasidjkipiwto.htm, diakses 12 Februari 2016 Direktorat Standarisasi, “Profil Direktorat Standarisasi”, http:ditjenspk.kemendag.go.ididdirektorat-standarisasi, diakses pada 14 Maret 2016 Esther Painte, Riri, “Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Non-Tarif di Pasar Uni Eropa terhadap Ekspor Komoditas Udang Indonesia”, http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle1234567895348C08rep.pdf? sequence=4, diakses pada 9 Februari 2016 Fakhrudin, Umar, “Petani Gula Minta Impor Gula Mentah Dibatasi”, http:www.neraca.co.idarticle52365petani-tebu-minta-impor-gula- mentah-dibatasi-hindari-ketidakseimbangan-perdagangan, diakses pada 18 Maret 2016.The Trade Council of Ministry of Foreign Affairs of Denmark, “What is a Trade Barrier”, http:um.dkentradecouncilbarrierswhat-is, diakses 8 Februari 2016 Harianto, “Kebijakan Impor Pangan”, http:www.setneg.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid =7297, diakses pada 8 Maret 2016 Jafar, Mohamad, “Kajian atas Pengenaan Bea Masuk Menggunakan Tarif Spesifik, http:www.bppk.kemenkeu.go.idpublikasiartikel148-artikel- bea-dan-cukai20142-kajian-atas-pengenaan-bea-masuk-menggunakan- tarif-spesifik, diakses pada 29 Februari 2016 Kesuma Lestari, Sylviana, “Prinsip Pengaturan Safeguards”, http:lib.ui.ac.idfile?file=digital135610-T2027945- Tinjauan20yuridis-Metodologi.pdf., diakses pada 11 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 132 Panjaitan, Iskandar, et.al, “World Trade Organization”, http:www.deptan.go.idklnberitawtottg-wto.htm, diakses pada 30 Maret 2016 Pasuhuk, Hendra, ”Bagaimana Kelanjutan Putaran Doha?”, http:www.dw.dedwarticle0,,15605184,00.html, diakses pada 30 Maret 2016 Siregar, Mahmul, “Kesepakatan Perdagangan Yang Terkait Dengan Persyaratan Penanaman Modal2005”, http:repository.usu.ac.idbitstream1234567891557305012459.pdf.txt, diakses pada 8 Maret 2016 Shodiqin, Ahmad, “Pengertian Tarif Pajak, Bea Cukai, Kuota dan Hambatan dalam Perdagangan Internasional”, http:www.ilmuekonomi.net201511pengertian-tarif-pajak-bea-cukai- kuota-dan-hambatan-dalam-perdagangan-internasional.html, diakses pada, 29 Februari 2016 Sood, Muhammad, “Penerapan Tarif Impor Berdasarkan Ketentuan GATT-WTO, AFTA dan Perundang-Undangan Indonesia The Aplication of Import Tariff according to The Rule of GATT-WTO, AFTA and Indonesian Legislations ”, http:muhammadsood.blogspot.co.id201302tarif- impor.html,diakses pada 8 februari 2016 Umer, Nashib, “Impor dan ekspor lisensi”, http:www.articleshere.comidarticleImport-andExport- License221784, diakses pada 8 Maret 2016 UNCTAD, “Non-Tariff Measure to Trade : Economic on Policy Issues for Developing Countries” , http:unctad.orgenPublicationsLibraryditctab20121_en.pdf, diakses pada 2 Maret 2016 Universitas Sumatera Utara 66

BAB III PRINSIP LARANGAN HAMBATAN KUANTITATIF

PROHIBITION ON QUANTITATIVE RESTRICTION DALAM KERANGKA GATTWTO

A. Pengertian dan Bentuk Hambatan Kuantitatif

1. Pengertian hambatan kuantitatif Hambatan kuantitatif dalam persetujuan GATT WTO adalah hambatan perdagangan yang bukan merupakan tarif bea masuk. 133 Yakni larangan dan pembatasan proteksi terhadap produk domestik melalui pembatasan kuantitatif seperti pengenaan kuota impor dan ekspor, pembatasan lisensi impor atau ekspor dan alat lain yang dapat mempengaruhi jumlah ekspor maupun impor. 134 Menyadari bahwa kuota cenderung tidak adil, dan dalam praktiknya justru menimbulkan diskriminasi dan peluang-peluang subjektif lainnya. 135 Adapun pengertian lain dari pembatasan kuantitatif quantitative restriction menurut Kamus Perdagangan Internasional adalah pembatasan kuota atas jumlah fisik suatu komoditi ekspor atau impor tertentu dalam jangka waktu tertentu, biasa dihitung berdasarkan volume tapi kadang-kadang berdasarkan nilai. 136 Oleh karena itu, hukum perdagangan internasional melalui WTO menetapkan untuk menghilangkan jenis hambatan kuantitatif. 137 133 Muhammad Sood, Op. Cit., hlm. 46. 134 Triyana Yohanes, Op. Cit., hlm. 77. 135 Muhammad Sood, Loc. Cit., hlm. 46. 136 Tumpal Rumapea, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 296. 137 Muhammad Sood, Loc. Cit., hlm. 46. Adanya prinsip transparansi membawa akibat bahwa negara-negara anggota WTO apabila ingin melakukan proteksi perdagangan internasional, tidak boleh menggunakan kuota dalam Universitas Sumatera Utara 67 menghambat, melainkan hanya tarif yang diijinkan untuk diterapkan. 138 Sebab GATT atau WTO sama-sama merupakan wadah dalam mendorong terciptanya perdagangan internasional yang fair dengan menghilangkan unsur-unsur penghambat barrier yang dapat merusak sistem perdagangan yang ideal. 139 Oleh karena itu prinsip ini sering kali disebut sebagai tarifikasi hambatan perdagangan. 140 Prinsip ini telah diatur dalam Article IX GATT 1947, menghendaki transparansi dan penghapusan hambatan kuantitatif dalam perdagangan internasional. Ketentuan ini oleh para pendiri GATT dianggap sangat penting karena pada waktu GATT didirikan, pembatasan kuantitatif merupakan hambatan yang paling serius dan yang paling sering ditemuin sebagai warisan dari zaman depresi pada tahun 1930-an. 141 Salah satu ketentuan dasar GATT adalah larangan restriksi kuantitatif yang merupakan rintangan terbesar terhadap GATT. Restriksi kuantitatif terhadap ekspor atau impor dalam bentuk apapun misalnya penetapan kuota impor atau ekspor, restriksi penggunaan lisensi impor atau ekspor, pengawasan pembayaran produk-produk impor atau ekspor, pada umumnya dilarang Pasal IX. Hal ini disebabkan karena praktik demikian mengganggu praktik perdagangan yang normal. 142 Restriksi kuantitatif dewasa ini tidak begitu meluas di negara maju. Namun demikian, tekstil, logam dan beberapa produk tertentu, yang kebanyakan berasal dari negara-negara sedang berkembang masih acapkali terkena rintangan ini. 143 138 Ibid. 139 Christoporus barutu Buku I, Op. Cit., hlm. 3. 140 Muhammad Sood, Loc. Cit., hlm. 46 141 Kartadjoemena Buku II, Op. Cit., hlm. 110. 142 Huala Adolf Buku III, Op.Cit., hlm. 113. 143 Ibid. Universitas Sumatera Utara 68 2. Bentuk hambatan kuantitatif Tidak seperti bea masuk yang tidak dilarang, Pasal XI ayat 1 GATT 1994, menyatakan larangan umum atas hambatan kuantitatif, baik untuk ekspor maupun impor. 144 a. Kuota Hambatan kuantitatif yang berarti aturan yang membatasi jumlah kuantiti atas sebuah barang yang akan diimpor atau diekspor dapat berbentuk: b. Pembatasan lisensi impor atau ekspor c. Pembatasan ekspor sukarela Kebijakan proteksi yang tidak menggunakan tarif, yang disebut kebijakan proteksi non-tarif non-tarif barriers terdiri dari berbagai macam intrumen, mulai dari larangan impor secara mutlak yang berarti tidak ada impor sama sekali, pemberian subsidi kepada produksi dalam negeri yang membuat barang-barang subsitusi impor, peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produksi tertentu yang berkaitan dengan masalah-masalah seperti kesehatan, pertahanan dan keamanan, kebudayaan dan lingkungan dan pembatasan kuantitatif. Adapun bentuk hambatan non-tarif berupa pembatasan kuantitatif dapat melalui beberapa bentuk yakni: 144 Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah dan Joseph Wira Koesnaidi, Op.cit., hlm. 31. Universitas Sumatera Utara 69 a. Kuota Kuota adalah pembatasan secara kuantiatif tidak hanya terhadap impor, tetapi juga diterapkan oleh banyak negara terhadap ekspor. 145 Kuota “jatah” atau pembakuan kuantitas merupakan bentuk hambatan perdagangan non-tarif yang paling penting. 146 Kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah impor atau ekspor. 147 Kuota bisa berupa pembatasan kuantitatas pasokan, misalnya sekian ton atau sekian unit pertahun, atau bisa juga berupa pembatasan nilai, misalnya ekspor produk kesuatu negara tidak boleh lebih dari sekian juta dolar pertahun. 148 Kuota impor import quota marupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi kepada beberapa kelompok indvidu atau perusahaan domestik untuk mengimpor suatu produk yang jumahnya langsung dibatasi itu. 149 Maka, secara teori ada empat macam kuota: 150 1 Kuota yang ditetapkan suatu negara misalnya negara importir secara sepihak tanpa negosiasi terlebih dahulu dengan negara mitranya negara eksportir. Sistem ini disebut juga dengan kuota unilateral atau absolut, artinya, bila suatu negara menganut sistem kuota unilateral, berarti negara tersebut menentukan jumlah impor secara absolut selama periode tertentu. Sistem ini bisa terjadi secara global term atau allocated basic. Dalam bentuk pertama tersebut, seorang importir yang dapat lisensi impor bebas melakukan impor dari negara 145 Tulus T.H. Tambunan, Op. Cit., hlm. 339. 146 Salvatore, Ekonomi Internasional selanjutnya disebut Buku I Jakarta: Erlangga, 1996, Edisi Kelima, Jilid Satu, hlm. 316. 147 Ibid. 148 Ibid. 149 Ibid. 150 Tulus T.H. Tambunan Buku I, Op. Cit., hlm. 340. Universitas Sumatera Utara 70 manapun selama jumlahnya tidak melebihi ketentuan maksimum. Sedangkan dalam dasar alokasi, jumlah barang yang diijinkan untuk diimpor terbagi-bagi dalam beberapa negara tertentu. Misalnya pemerintah Indonesia menetapkan kuota impor beras sebagai berikut: 2 ton dari Thailand dan 3 ton dari Vietnam. 2 Kuota bilateral Yakni kuota yang jumlahnya ditentukan atas dasar perjanjian antara negara importir yang menerapkan kuota dan negara-negara eksportir dari barang bersangkutan. Masalah yang sering muncul dalam penerapan sistem ini adalah panjangnya waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu kesepakatan mengenai besar kecilnya jumlah kuota, karena kedua belah pihak tidak mau dirugikan: negara importir berkepentingan untuk melindungi industrinya sedangkan negara eksportir berkepentingan agar ekspornya tidak berkurang. 3 Tarif kuota Yakni pembatasan impor yang dilakukan dengan mengkombinasikan sistem kuota dengan sistem tarif. Caranya adalah dengan menentukan jumlah maksimum barang yang boleh diimpor dengan mengenakan bea masuk tertentu. Jika jumlah impor yang masuk melebihi tingkat maksimum kuota tersebut, dikenakan tarif yang lebih tinggi hanya pada kelebihan jumlah tersebut. 4 Mixing kuota Yakni kuota yang dikenakan pada impor bahan baku tertentu yang digunakan oleh industri-industri tertentu didalam negeri. Ada tiga tujuan utama penerapan sistem kuota ini, yakni mengurangi ketergantungan industri-industri didalam negeri terhadap bahan baku impor, mendorong perkembangan industri atau sektor penghasil bahan baku tersebut didalam negeri, dan penghematan Universitas Sumatera Utara 71 devisa. Penerapan kuota terhadap impor akan mengurangi penawaran dalam negeri, yang selanjutnya akan menaikkan harga di pasar dalam negeri. b. Pembatasan ekspor secara sukarela Voluntary Export Restriction Konsep pembatasan ekspor sukarela mengacu pada kasus dimana negara pengimpor mendorong atau bahkan memaksa negara lain untuk mengurangi ekspornya secara “sukarela”. 151 Biasanya permintaan ini dibarengi dengan ancaman bahwa negara pengimpor tersebut akan melakukan hambatan perdagangan yang lebih keras lagi. 152 Adapun alasannya adalah impor tersebut dikhawatirkan akan melumpuhkan sektor tertentu dalam perekonomian domestik. 153 VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan- pembatasan perdagangan lainnya yang mungkin saja lebih ketat. VER ternyata mempunyai keuntungan-keuntungan politis dan legal yang membuatnya menjadi instrumen kebijakan perdagangan yang semakin disukai dalam beberapa tahun belakangan ini. 154 Namun dari sudut pandang ekonomi, pengendalian ekspor sukarela ini sesungguhnya sama persis dengan kuota impor, hanya saja lisensi yang bernilai tinggi itu justru diberikan kepada pemerintahperusahaan asing sehingga biayanya menjadi sangat mahal bagi negara pengimpor. 155 Pembatasan ekspor ini selalu membebankan biaya yang lebih mahal bagi negara pengimpor apabila dibandingkan dengan instrumen tarif yang mampu membatasi impor dengan jumlah yang sama. 156 151 Salvatore Buku I, Op. Cit., hlm. 320. 152 Ibid. 153 Ibid. 154 Ibid , hlm. 324. 155 Ibid. 156 Ibid. Bedanya, apa yang menjadi pendapatan pemerintah Universitas Sumatera Utara 72 dalam tarif menjadi rente rent atau keuntungan sepihak yang diperoleh oleh unsur asing dalam kerangka VER, sehingga VER jelas mengakibatkan kerugian bagi pemerintah negara yang menjalankannya. Sejumlah kesepakatan pengekangan ekspor secara sukarela yang ada selama ini mencakup lebih dari satu negara. Perjanjian multilateral yang paling menonjol berkenaan dengan hal ini adalah pengaturan perdagangan serat multifiber arragement, yakni suatu kesepakatan yang membatasi ekspor tekstil dari 22 negara ke Amerika Serikat. 157 c. Lisensi impor Kesepakatan-kesepakatan pengekangan sukarela multilatearal seperti itu juga dikenal dngan akronim OMA: Orderly Marketing Agreements Kesepakatan pengaturan pemasaran secara ‘tertib”. Pengertian Lisensi dalam Black Law Dictionary, lisensi merupakan izin oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan tindakan yang tanpa izin tersebut akan ilegal, sebuah pelanggaran, perbuatan melawan hukum, atau tidak akan diijinkan. Ini berarti lisensi selalu dikaitkan dengan kewenangan dalam bentuk hak istimewa untuk melakukan sesuatu oleh seseorang atau suatu pihak tertentu. Dalam lisensi dimungkinkan untuk keuntungan dari keterampilan, modal ekspansi, atau kapasitas lain dari lisensi. lisensi sering digunakan oleh produsen untuk memasuki pasar luar negeri dimana mereka tidak memiliki keahlian. 158 157 Ibid. 158 Ibid. Penerapan lisensi imporekspor ini dapat dilihat melalui kebijakan kuota impor diartikan sebagai suatu hambatan non-tarif yang digunakan untuk membatasi jumlah komoditas tertentu yang boleh diimpor selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, secara umum kebijakan impor kuota ditujukan untuk Universitas Sumatera Utara 73 membatasi jumlah komoditas pangan tertentu yang diimpor dari luar negeri dan sekaligus sebagai salah satu alat untuk mengendalikan harga komoditas tertentu di pasar dalam negeri. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan memberikan lisensi impor yang sah kepada perusahaan tertentu dan terbatas serta melarang impor tanpa lisensi. 159

B. Prinsip Larangan Pembatasan Kuantitatif dalam Kerangka GATT

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 11 134

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 28

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 12

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 21

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 1 44

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 7