Pengaturan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dalam UU No. 7 Tahun 2014

95

BAB IV KEBIJAKAN HAMBATAN KUANTITATIF DALAM UNDANG-UNDANG

NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERDAGANGAN

A. Pengaturan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri dalam UU No. 7 Tahun 2014

Perdagangan luar negeri dalam UU Perdagangan diartikan dalam Pasal 1 angka 3 yakni perdagangan yang mencakup kegiatan ekspor danatau impor atas barang danatau perdagangan jasa yang melampaui batas wilayah negara. 207 Secara sederhana, perdagangan internasional ini merupakan jual beli internasional antara pihak penjual dengan pembeli tidak berada dalam satu negara sehingga harga atau barang harus dikirim dari satu neagra ke negara lain. 208 Maka, dengan masuknya rezim perdagangan bebas yang berarti suatu pengaturan kebijakan pemerintah suatu negara yang tidak mendiskriminasikan impor dan mencampuri urusan ekspor dengan penerapan tarif, subsidi ataupun kuota. 209 Yang berarti pula mengarah pada pengurangan berbagai hambatan perdagangan dengan menekankan pada semangat keterbukaan dan kemitraan menuju sistem perdagangan yang terbuka. 210 207 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. 208 Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005, hlm. 283. 209 Serian Wijatno dan Ariawan Gunadi, Free Trade : in International Trade Law Perspective Jakarta: PT Gramedia, 2014, hlm. 1. 210 Zulkarnain Djamin, Dampak Globalisasi terhadap Ekonomi dan Perdagangan Luar Negeri Indonesia Jakarta: UI Press, 1994, hlm. 81. Adapun pengaturan kebijakan perdagangan luar negeri adalah wewenang pemerintah. Hal ini disebut dalam Pasal ayat 38 1 UU Perdagangan: Universitas Sumatera Utara 96 “Pemerintah mengatur kegiatan perdagangan luar negeri melalui kebijakan dan pengendalian di bidang ekspor dan impor.” Adapun kebijakan dan pengendalian perdagangan luar negeri diarahkan untuk peningkatan daya saing produk ekspor Indonesia, peningkatan dan perluasan akses pasar diluar negeri serta peningkatan kemampuan eksportir dan importir sehingga menjadi pelaku usaha yang andal. 211 Adapun ruang lingkup daripada kebijakan perdagangan luar negeri paling sedikit meliputi: 212 a peningkatan jumlah dan jenis serta nilai tambah produk ekspor; b pengharmonisasian standar dan prosedur kegiatan perdagangan dengan negara mitra dagang; c penguatan kelembagaan di sektor perdagangan luar negeri; d pengembangan sarana dan prasarana penunjang perdagangan luar negeri; dan e pelindungan dan pengamanan kepentingan nasional dari dampak negatif perdagangan luar negeri. Maka, dari pengertian perdagangan luar negeri diatas, terdapat dua kegiatan penting yakni ekspor dan impor. 1. Pengaturan ekspor Ekspor adalah kegiatan menjual produk dari suatu negara kenegara lain melewati batas terluar wilayah kepabeanan suatu negara, dengan tujuan mendapatkan devisa yang sangat dibutuhkan negara, menciptakan lapangan kerja bagi pasar tenaga kerja domestik, mendapatkan pemasukan bea keluar dan pajak 211 Lihat Pasal 38 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. 212 Lihat Pasal 38 ayat 3 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Universitas Sumatera Utara 97 lainnya, serta menjaga keseimbangan antara arus barang dan arus uang beredar di dalam negeri. 213 Adapun kebijakan perdagangan internasional dibidang ekspor adalah berbagai tindakan dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi, dan arah transaksi serta kelancaran usaha untuk peningkatan ekspor suatu negara. 214 Kebijakan perdagangan internasional di bidang ekspor dikelompokkan menjadi dua macam kebijakan sebagai berikut: 215 a. Kebijakan ekspor di dalam negeri 1 Kebijakan perpajakan dalam bentuk pembebasan, keringanan, pengembalian pajak ataupun pengenaan pajak eksporPET untuk barang- barang ekspor tertentu. Contoh: pajak ekspor atas CPO Crude Palm Oil . 2 Fasilitas kredit perbankan yang murah untuk medorong peningkatan ekspor barang-barang tertentu. 3 Penetapan prosedurtata laksana ekspor yang relatif mudah. 4 Pemberian subsidi ekspor, seperti pemberian sertifikat ekspor. 5 Pembentukan asosiasi eksportir. 6 Pembentukan kelembagaan seperti bounded warehaouse kawasan berikat nusantara, bounded island Batam, export processing zone, dan lain-lain. 213 Herman Budi Sasono, Manajemen Ekspor dan Perdagangan Internasional Yogyakarta: Penerbit Andi, 2013, hlm. 7. 214 E.A. Ab’rachim, Perdagangan Internasional Jakarta: Nobel Edumedia, 2009, hlm. 13. 215 Ibid ., hlm. 14. Universitas Sumatera Utara 98 7 Laranganpembatasan ekspor, misalnya larangan ekspor CPO oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. b. Kebijakan ekspor luar negeri 1 Pembentukan International Trade Promotion Centre ITPC diberbagai negara, seperti Jepang Tokyo, Eropa, AS, dan lain-lain. 2 Pemanfaatan general system of preferency, yaitu fasilitas keringanan bea masuk yang diberikan negara-negara industri unutk barang manufaktur yang berasal dari negara yang sedang berkembang seperti Indonesia sebagai salah satu UNCTAD United Nation Conference on Trade and Development . 3 Menjadi anggota commodity association of producer, seperti OPEC dan lain-lain. 4 Menjadi anggota commodity agreement between producer and consumer, seperti ICO International Coffee Organization, MFA Multi Fibre Agreement , dan lain-lain. Jika merujuk pada UU Perdangan, pengaturan mengenai ekspor adalah a. Pengaturan bahwa ekspor barang dilakukan oleh pelaku usaha yang telah terdaftar dan ditetapkan sebagai eksportir kecuali yang ditentukan lain oleh menteri. Adapun Eksportir yang dikecualikan dari kewajiban untuk mendapatkan penerapan sebagai eksportir antara lain perwakilan negara asing, instansi pemerintah untuk tujuan kemanusiaan, Barang contoh untuk pameran atau pemasaran, dan Barang untuk kepentingan penelitian. 216 216 Lihat Pasal 42 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan beserta penjelasan Pasal 42 Undang-Undang ini juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Pengaturan lebih lanjut hal ini terdapat dalam Peraturan Menteri Universitas Sumatera Utara 99 Pedagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. b. Bahwa eksportir bertanggungjawab sepenuhnya terhadap barang yang diekspor. Yang dimaksud dengan “Eksportir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap Barang yang diekspor” adalah Eksportir bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul atas Barang yang diekspor. Dalam praktik dimungkinkan eksportir melakukan ekspor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam mengekspor Barang, tetapi tanggungjawab terhadap Barang yang diekspor tetap berada pada pelaku ssaha yang telah ditetapkan sebagai eksportir oleh menteri. 217 c. Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap barang yang diekspor, dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perijinan, persetujuan, pengakuan, danatau penetapan di bidang perdagangan. 218 d. Eksportir yang melakukan tindakan penyalahgunaan atas penetapan sebagai eksportir sebagaimana dimaksud sebelumnya dikenai sanksi administratif berupa pembatalan penetapan sebagai eksportir. 219 2. Pengaturan impor Impor adalah kegiatan memasukkan barang kedaerah pabean yang dalam hal ini adalah wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi 217 Lihat Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan beserta penjelasan Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang ini juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. 218 Lihat Pasal 43 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan beserta penjelasan Pasal 43 ayat 2 Undang-Undang ini juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. 219 Lihat Pasal 44 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 13M-DAGPER32012 tentang Ketentuan Umum di Bidang Ekspor. Universitas Sumatera Utara 100 wilayah darat, perairan dan ruang diatasnya, serta tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan. 220 Sedangkan kebijakan perdagangan internasional di bidang impor adalah tindakan dan pengaturan yang dikeluarkan pemerintah, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang akan mempengaruhi struktur, komposisi dan kelancaran usaha untuk melindungimendorong pertumbuhan industri dalam negeri dan penghematan devisa. 221 Kebijakan perdagangan internasional dibidang impor dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: 222 a. Kebijakan Tariff Barrier Kebijakan tariff barrier dalam bentuk bea masuk adalah sebagai berikut: Pertama , tarif rendah adalah antara 0 s.d 5 dikenakan untuk bahan kebutuhan pokok dan vital, seperti beras, mesin-mesin vital, alat-alat militerpertahanankeamanan dan lain-lain.Kedua, tarif sedang adalah Antara 5 s.d 20 dikenakan untuk barang setengah jadi dan barang-barang lain yang belum cukup produksi didalam negeri.Ketiga, tarif tinggi adalah diatas 20 dikenakan untuk barang-barang mewah dan barang-barang lain yang sudah cukup diproduksi didalam negeri dan bukan barang kebutuhan pokok. b. Kebijakan non-tariff barrier Kebijakan non-tariff barrier adalah sebagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi 220 Lihat Pasal 1 angka 15 dan 18 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 48M- DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor. 221 E.A. Ab’rachim, Op. Cit., hlm. 15. 222 Ibid., hlm. 15-22. Universitas Sumatera Utara 101 manfaat perdagangan internasional. Hal ini dapat dilakukan dalam bentuk kuota, subsidi, dan lain-lain. Adapun pengaturan impor yang terdapat dalam UU Perdagangan yakni: a. Impor barang hanya dapat dilakukan oleh importir yang memiliki pengenal sebagai importir berdasarkan penetapan menteri. Dalam hal tertentu yakni adalah impor yang dilakukan tidak untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan dan tidak dilakukan secara terus-menerus, impor barang dapat dilakukan oleh importir yang tidak memiliki pengenal sebagai importir. 223 b. Importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap barang yang diimpor bermakna importir dianggap sebagai produsen atas barang yang diimpornya sehingga importir bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul atas barang yang diimpor. Dalam praktik dimungkinkan importir melakukan impor melalui agen perantara atau melibatkan pihak lain dalam mengimpor barang, tetapi tanggung jawab terhadap barang yang diimpor tetap berada pada Pelaku Usaha yang memiliki pengenal sebagai importir. 224 c. Importir yang tidak bertanggung jawab atas barang yang diimpor dikenai sanksi administratif berupa pencabutan perizinan, persetujuan, pengakuan, danatau penetapan dibidang perdagangan. 225 223 Lihat Pasal 45 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 48M-DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor. 224 Lihat Pasal 46 ayat 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 48M-DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor. 225 Lihat Pasal 46 ayat 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 48M-DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor. Universitas Sumatera Utara 102 d. Setiap importir wajib mengimpor barang dalam keadaan baru. Namun, dalam hal tertentu yakni dalam hal barang yang dibutuhkan oleh pelaku usaha berupa barang modal bukan baru yang belum dapat dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga perlu diimpor dalam rangka proses produksi industri untuk tujuan pengembangan ekspor, peningkatan daya saing, efisiensi usaha, investasi dan relokasi industri, pembangunan infrastruktur, danatau diekspor kembali. Selain itu, dalam hal terjadi bencana alam dibutuhkan barang atau peralatan dalam kondisi tidak baru dalam rangka pemulihan dan pembangunan kembali sebagai akibat bencana alam serta barang bukan baru untuk keperluan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, menteri dapat menetapkan barang yang diimpor dalam keadaan tidak baru. 226 226 Lihat Pasal 47 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan juga aturan pelaksananya Peraturan Menteri Pedagangan Nomor 48M-DAGPER72015 tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor. Universitas Sumatera Utara 103

B. Pengendalian Perdagangan Luar Negeri

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 11 134

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 9

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 17

Analisis Yuridis Kebijakan Pelindungan Dan Pengamanan Perdagangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

0 0 28

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 12

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 1

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 21

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 1 44

Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam General Agreement on Tariff and Trade (GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

0 0 7