Hasil Pengukuran Antena Fabrikasi

12 mm seperti ditunjukkan oleh Tabel 4.1 dan gambar grafik dapat dilihat pada Lampiran A.1. Tabel 4.1 Hasil iterasi ukuran inset antena mikrostrip pada AWR Ukuran inset mm Frekuensi Resonansi Return Loss dB VSWR 16 2,4 -0,5577 31,16 15 2,4 -0,4349 39,946 14 2,4 -0,9240 18,82 13 2,415 -1,982 8,805 12 2,43 -3,647 4,834 11 2,43 -5,832 3,094 10 2,44 -8,747 2,151 9 2,45 -12,68 1,605 8 2,45 -18,38 1,274 7 2,45 -21,49 1,184 6 2,45 -17,8 1,296 5 2,45 -15,43 1,408 4 2,45 -14,1 1,492 3 2,45 -12,96 1,581 2 2,45 -11,95 1,681 1 2,45 -11,07 1,776 Dari Tabel 4.1 diperoleh bahwa semakin panjang ukuran inset, frekuensi resonansinya semakin rendah. Setelah proses iterasi, maka diperoleh yang paling baik ialah pada panjang inset 7 mm dengan frekuensi resonansi 2,45 GHz, return loss -21,49 dan VSWR 1,184.

4.2 Hasil Pengukuran Antena Fabrikasi

Berdasarkan hasil simulasi menggunakan software AWR 2004 diperoleh antena yang paling baik untuk difabrikasi pada panjang inset 7 mm. Pengukuran antena dilakukan di Aula Departemen Teknik Elektro menggunakan alat ukur Network Analyzer Anritsu MS2034B. Fabrikasi antena dilakukan oleh PT. Multikarya yang berlokasi di Bandung. Setelah antena difabrikasi Universitas Sumatera Utara 12 dengan panjang inset 7 mm seperti ditunjukkan oleh Gambar 4.2, dilakukan pengukuran parameter-parameter antena. a b Gambar 4.2 Hasil fabrikasi antena inset 7 mm adepan bbelakang Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh hasil seperti grafik pada Gambar 4.3 dimana antena dengan panjang inset 7 mm tersebut sudah dapat beresonansi pada frekuensi kerja 2,45 GHz dengan nilai return loss -14,77 dB dan nilai VSWR nya 1,45. a Universitas Sumatera Utara 12 b Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran areturn loss b VSWR Unjuk kerja antena hasil rancangan juga dilihat dari nilai bandwidth. Untuk perhitungan bandwidth digunakan acuan data pada VSWR ≤ 2. Pada Gambar 4.3 sebelummnya, dapat dilihat bahwa pada MK1 f 2 nilai VSWRnya 2,00 pada frekuemsi 2,388 GHz dan pada MK2 f 1 nilai VSWRnya 2,00 pada frekuensi 2,5 GHz. Maka besar bandwidth dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3. ��������ℎ = │� 1 – f 2 │ ��������ℎ = │2,5 − 2,388│ ��� = 112 MHz ��������ℎ = � 1 − � 1 � � × 100 ��������ℎ = 2,5 − 2,388GHz 2,45 GHz × 100 = 4,57 Untuk mendapatkan nilai pola radiasi pada antena, dilakukan pengukuran nilai parameter S21 pada alat ukur Anritsu MS2034B dengan menggunakan 2 buah antena Universitas Sumatera Utara 12 identik yang diletakkan saling berhadapan dengan jarak 50 cm. S21 artinya daya ditransfer dari port 1 ke port 2. Dengan memutar antena uji pada peningkatan sudut setiap 10 o dimulai dari 0 o hingga 350 o di frekuensi 2,4 GHz diperoleh hasil pengukuran S21 seperti diperlihatkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil pengukuran S21 Sudut o S21 -34,76 10 -34,84 20 -35,1 30 -35,81 40 -36,5 50 -37,93 60 -39,56 70 -40,84 80 -42,2 90 -47,44 100 -52,06 110 -55,7 120 -56,6 130 -51,99 140 -48,87 150 -48,2 160 -46,23 170 -45,49 Sudut o S21 180 -44,25 190 -44,77 200 -46,24 210 -48,69 220 -50,46 230 -53,4 240 -56,88 250 -59,99 260 -56,81 270 -53,85 280 -48,8 290 -44,46 300 -41,49 310 -39,96 320 -38,47 330 -36,66 340 -35,99 350 -42,76 Universitas Sumatera Utara 12 Berdasarkan data yang diperoleh pada pengukuran S21, dapat digambar pola radiasi antena fabrikasi seperti ditunjukkan pada Gambar 4.4. Pola radiasi yang diperoleh berupa pola radiasi unidirectional yaitu intensitas daya pancar nya mengarah pada satu arah saja. Gambar 4.4 Pola radiasi antena fabrikasi pada inset 7 mm Pengujian gain dilakukan dengan menggunakan bantuan software Netsurveyor untuk melihat kuat sinyal yang mampu diperoleh antena. Pada software Netsurveyor ini dapat dilihat besar level penerimaan kuat sinyal antena yang digunakan. Pengujian gain dilakukan dengan metode gain transfer dan menggunakan bantuan antena dipol 4 dBi sebagai antena referensi serta access point yang digunakan berasal dari wifi AndroidAP5950. Untuk langkah awal dilakukan pengukuran level penerimaan kuat sinyal dengan menggunakan antena dipol. Pengamatan dilakukan hingga beberapa menit agar diperoleh level pengiriman kuat sinyal yang stabil. Dari Gambar 4.5a dapat dilihat level penerimaan kuat sinyal yang diperoleh antena dipol sebesar -56 dBm. Level ini menunjukkan bahwa penerimaan sinyal dengan menggunakan antena dipol sudah berjalan dengan baik. Langkah selanjutnya ialah mengganti antena dipol dengan antena mikrostrip inset 7 mm untuk -60 -55 -50 -45 -40 -35 -30 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340350 Radiation Pattern Universitas Sumatera Utara 12 memperoleh nilai level penerimaan kuat sinyalnya. Dari Gambar 4.5b dilihat level penerimaan kuat sinyal yang diperoleh sebesar -52 dBm. a b Gambar 4.5 Level penerimaan kuat sinyal aAntena dipol bAntena mikrostrip Setelah diperoleh nilai level penerimaan sinyal dari kedua antena diatas maka gain antena dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.7. � � �� = � � �� − � � �� + � � �� � � �� = −52�� − −56�� + 4�� � � �� = 6 ��� Universitas Sumatera Utara 12 Dari perhitungan diatas diperoleh nilai gain sebesar 6 dBi.

4.3 Analisis Hasil Simulasi dan Pengukuran