Hubungan Sikap Kader Dengan Penemuan Suspek TB Paru Di

commit to user 71 BTA positif tidak tercapai karena banyak suspek yang dinyatakan negatif. Hal ini terjadi walaupun kader rajin merujuk suspek tanpa pengetahuan yang cukup menyebabkan upaya penemuan berjalan tidak efektif. Ketidak efektifan penemuan suspek TB Paru ini juga diungkapkan oleh Antoni dkk 2009 dalam penelitian tentang impelementasi penemuan suspek TB Paru di Puskesmas Kabupaten Pesisir Selatan yang menyatakan pada saat ini target penemuan suspek TB Paru rata-rata dapat terpenuhi namun target BTA positif tidak ditemukan, terdapat 2 kemungkinan penyebab kondisi ini yaitu penderita BTA positinya memang kecil atau proses penemuan suspek TB Paru yang tidak berjalan secara efektif.

2. Hubungan Sikap Kader Dengan Penemuan Suspek TB Paru Di

Puskesmas Sanankulon Hasil analisis yang dilakukan menunjukkan nilai t hitung sebesar 2,551 dengan p- value = 0,012 pada α = 0,05 . Karena p-value α maka H ditolak dan H 1 diterima, yang berarti terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara sikap kader dengan penemuan suspek TB Paru di Puskesmas Sanankulon, dengan kuat hubungan koefisien korelasi = 0,717. Koefisien korelasi tersebut menurut Sugiyono 2007 menunjukkan hubungan yang kuat dan positif, yang berarti semakin positif sikap kader maka semakin banyak penemuan yang dapat dilaksanakan. Sikap merupakan indikasi kemauan untuk bertindak, semakin baik sikap yang commit to user 72 ditunjukkan oleh kader maka kemauan kader untuk menemukan suspek TB semakin baik pula. Penemuan suspek TB Paru oleh kader juga dipengaruhi oleh sikap kader dalam melaksanakan penemuan suspek TB Paru. Penelitian yang dilakukan oleh Suparyanto dkk 2005 yang meneliti tentang upaya penemuan suspek TB paru melalui análisis kinerja tenaga kerja puskesmas di BP Puskesmas di Kabupaten Jombang, menemukan bahwa sikap petugas yang positif cenderung meningkatkan penemuan suspek TB paru, sebaliknya sikap negatif yang ditunjukkan oleh petugas mendorong terciptanya kegagalan pemncapaian penemuan suspek. Kondisi ini tentunya berlaku juga pada kader dalam menemukan suspek TB paru. Penemuan suspek TB paru sering di dorong oleh sikap positif kader dalam menyikapi tanda dan gejala pada lingkungan disekitarnya. Penelitian yang dilakukan oleh Setiyaningsih 2008, yang melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap, dan motivasi petugas TBC dengan angka penemuan kasus TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa salah satu kendala yang menjadi penghambat rendahnya penemuan kasus adalah sumber daya manusia. Pencapaian target tidak hanya dilakukan dengan meningkatkan kegiatan di puskesmas saja, akan tetapi diperlukan strategi inovatif lainnya terutama pada sumber daya manusia. Salah satu unsur pokok yang dibutuhkan dalam keberhasilan pengontrolan program TB Paru adalah staf yang cukup untuk mengatur orang-orang dalam penemuan suspek dan penetapan TB Paru serta petugas commit to user 73 pengelola program TB Puskesmas mempunyai peran penting dalam proses pelaksanaan program TB Paru. Faktor-faktor yang berperan dalam upaya pencapaian cakupan CDR dalam program TB Paru adalah faktor dari dalam diri individu dan faktor di luar diri individu. Faktor dalam diri individu meliputi umur, motivasi, persepsi, pendidikan, kemampuan petugas yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta lama kerja. Sedangkan faktor di luar individu meliputi komitmen kepala puskesmas, beban kerja petugas, insentif bagi petugas, sumber daya atau sarana penunjang dan kondisi geografis.

3. Hubungan Motivasi Kader Dengan Penemuan Suspek TB Paru Di

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER TERHADAP PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 14 45

PENGARUH METODE SURVEILANS BERBASIS KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU

1 11 119

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTEK KELUARGA DALAM MENDUKUNG KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktek Keluarga Dalam Mendukung Kesembuhan Tuberkulosis Paru Pada Anggota Keluarga Di BBKPM Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETAATAN PERIKSA DAHAK PENDERITA SUSPECT TUBERKULOSIS PARU (Di Puskesmas Trenggalek Kabupaten Trenggalek).

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI KADER KESEHATAN DENGAN AKTIVITASNYA DALAM PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BULELENG.

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KADER KESEHATAN DENGAN PRAKTIK PENEMUAN TERSANGKA KASUS TUBERKULOSIS PARU (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang)

0 0 80

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru dengan Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kesunean dan Pegambiran Kota Cirebon Jawa Barat

0 0 10

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS LIDAH KULON SURABAYA

2 1 127

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA RESPONDEN SUSPEK TB PARU DENGAN TINDAKAN DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN SPUTUM (DAHAK) DI PUSKESMAS KAMONING KABUPATEN SAMPANG

0 0 18