Paduan Obat anti Tuberkulosis OAT Suspek TB tersangka penderita

commit to user 30 menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien TB BTA positip menjadi BTA negatif konversi dalam 2 bulan. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan WHO, 2006.

g. Paduan Obat anti Tuberkulosis OAT

Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia Depkes, 2008 yaitu Kategori I : 2HRZE4HR3. Tahap intensif ini terdiri dari isoniasid H, Rifampisin R,Pirazinamid Z dan Ethambutol E, obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan, kemudian diteruskan tahap selanjutnya terdiri dari Isoniazid dan Rifampisin diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Obat ini diberikan untuk : 1 Penderita baru TB paru BTA positip, 2 Penderita TB paru BTA negatif rontgen positip yang sakit berat. 3 Penderita TB ekstra paru berat. Kategori 2 : 2HRZSHRZE5HR3E3,tahap intensif ini diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan isoniazid , rifampisin, pirazinamid, ethambutol dan suntikan streptomisin setiap hari. Dilanjutkan dengan 1 bulan dengan isoniasid,rifampisin,pirazinamid dan etambutol setiap hari. Setelah itu dilanjutkan tahap berikutnya selama 5 bulan dengan RHE yang diberikan 3 kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa commit to user 31 suntikan streptomisin diberikan setelah penderita minum obat. Obat ini diberikan untuk : 1 penderita kambuh; 2 penderita gagal; 3 penderita dengan pengobatan setelah lalai. OAT sisipan HRZE, bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positip dengan kategori 1 atau penderita BTA positip pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positip,diberikan obat HRZE setiap hari selama sebulan Depkes, 2008.

h. Suspek TB tersangka penderita

Tersangka penderita TB adalah seorang penderita batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih dan dapat diikuti gejala tambahan seperti batuk bercampur darah, batuk darah, sesak nafas,nafsu makan menurun, penurunan berat badan, malaise, berkeringat di malam hari walaupun tanpa melakukan kegiatan fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala- gejala tersebut sesak nafas diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka suspek pasien TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung Depkes, 2008.

i. Penemuan penderita TB

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER TERHADAP PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT

0 14 45

PENGARUH METODE SURVEILANS BERBASIS KELUARGA TERHADAP PENINGKATAN PENEMUAN SUSPEK TUBERKULOSIS PARU

1 11 119

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI.

0 0 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PRAKTEK KELUARGA DALAM MENDUKUNG KESEMBUHAN TUBERKULOSIS PARU Hubungan Pengetahuan, Sikap Dengan Praktek Keluarga Dalam Mendukung Kesembuhan Tuberkulosis Paru Pada Anggota Keluarga Di BBKPM Surakarta.

0 3 14

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PENGETAHUAN TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN KETAATAN PERIKSA DAHAK PENDERITA SUSPECT TUBERKULOSIS PARU (Di Puskesmas Trenggalek Kabupaten Trenggalek).

0 0 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI KADER KESEHATAN DENGAN AKTIVITASNYA DALAM PENGENDALIAN KASUS TUBERKULOSIS DI KABUPATEN BULELENG.

0 0 11

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK KADER KESEHATAN DENGAN PRAKTIK PENEMUAN TERSANGKA KASUS TUBERKULOSIS PARU (Studi Kasus Di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang)

0 0 80

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru dengan Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kesunean dan Pegambiran Kota Cirebon Jawa Barat

0 0 10

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB PARU DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS LIDAH KULON SURABAYA

2 1 127

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PADA RESPONDEN SUSPEK TB PARU DENGAN TINDAKAN DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN SPUTUM (DAHAK) DI PUSKESMAS KAMONING KABUPATEN SAMPANG

0 0 18