Uji Validitas dan Reliabilitas

32 = = 3,33 = 3. Berdasarkan panjang kelas yang didapat yaitu 3, maka pengkategorian hasil ukur peran pengawas menelan obat PMO adalah; terlaksana penuh jika nilai yang didapat 7 sd 10, terlaksana sebagian nilai yang didapat 4 sd 6, dan tidak terlaksana jika nilai yang didapat 0 sd 3.

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan suatu instrument penelitian. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variable yang diteliti secara tepat Arikunto, 2006. Uji validitas dilakukan secara content validity oleh orang yang ahli dibidangnya, yaitu dua orang berasal dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan satu orang lagi dari pengelola program TB Paru dengan strategi DOTS Dinas Kesehatan Kota Langsa. Nilai Content Validity Indeks CVI diterima minimal 0.80 Polit Beck, 2004. Bila validitas telah dicapai sesuai dengan kriteria maka data tersebut bebas dari kesalahan sistematis. Hasil Content Validity Indeks CVI yang dilakukan oleh 3 tiga orang expert, yang terdiri dari 2 orang dosen fakultas keperawatan, USU dan 1 orang dari Dinas Kesehatan Kota Langsa terhadap 20 item pertanyaan tentang peran petugas kesehatan dinyatakan relevan namun perlu dilakukan revisi pada item pertanyaan 4, 6, 8, 11, 13 16, 17, 19 dan 20. Total nilai CVI dari 3 expert untuk instrumen peran petugas kesehatan adalah 0,88. Kemudian hasil Content Validity Indeks CVI instrumen peran Pengawas Menelan Obat PMO dari 10 item pertanyaan dinyatakan relevan namun perlu dilakukan revisi pada item 1 dan 6. Nilai total CVI dari 3 expert untuk instrumen peran Pengawas Menelan Obat PMO adalah 0,95. Berdasarkan penilaian 3 tiga orang expert tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua intrumen penelitian dinyatakan valid dan selanjutnya peneliti dapat melaksanakan uji reliabilitas. Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat Universitas Sumatera Utara 33 tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama Notoadmojo, 2010. Uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 K-R 21. Alasan menggunakan rumus K-R 21 adalah karena semua semua pertanyaan dalam instrument pengumpulan data memiliki bobot nilai 1 dan 0, yaitu nilai 1 untuk jawaban “ya” dan nilai 0 untuk jawaban “tidak”. Rumus K-R 21 yaitu: Keterangan : r11 = reliabilitas instrumen S = varians skor total n = banyaknya butir pertanyaan M = skor rata-rata Uji reliabilitas dilakukan terhadap penderita TB Paru yang bukan merupakan bagian dari sample penelitian. Hal tersebut berguna untuk mengetahui apakah instrumen tersebut cukup handal atau tidak, komunikatif, dan dapat dipahami. Peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen pada tanggal 7 sd 14 Desember 2015 terhadap 12 orang penderita TB Paru di Puskesmas Seuneuddon, Kabupaten Aceh Utara, dari 12 kuisioner yang peneliti isi berdasarkan jawaban dari wawancara responden, semuanya dijawab lengkap dan terisi sesuai dengan yang diharapkan. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen ini dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson 21 K-R 21. Uji reliabilitas kuisioner peran petugas kesehatan dengan 20 pernyataan menunjukkan nilai K- R 21 = 0,867. Uji reliabilitas kuisioner peran PMO dengan 10 pernyataan menunjukkan nilai K-R 21 = 0,747. Instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh 0,60 Ghozali, 2002. Dengan demikian hasil uji reliabilitas terhadap semua pernyataan pada kedua instrumen dinyatakan reliabel dan siap untuk dilanjutkan ke tahap pengumpulan data penelitian. Universitas Sumatera Utara 34

4.7. Prosedur Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Pasien TB Paru Dalam Menjalani Pengobatan Strategi DOTS di Puskesmas Tiga Dolok Kecamatan Dolok Panribuan Kabupaten Simalungun Tahun 2013

6 83 92

Hubungan Pengetahuan Sikap Dan Praktek Pengawas Menelan Obat Dengan Keberhasilan Pengobatan Tubekkolosis Paru Di Puskesmas Glugur Darat Pada Tahun 2011

1 53 127

Penggunaan Strategi DOTS dalam penanggulangan TB Paru di Puskesmas PB Selayang Tahun 2002

1 40 75

Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Peran Pengawas Menelan Obat (PMO) Terhadap Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Di Puskesmas Teladan Tahun 2005

1 29 111

Pengaruh Pengetahuan Penderita TB Paru, Faktor Pelayanan Kesehatan dan Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Berobat di Puskesmas Amplas Kota Medan Tahun 2011

12 86 78

Kepuasan Penderita TB Paru Tentang Pelaksanaan Strategi DOTS dalam Penanggulangan TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Medan Johor

9 56 72

Pengaruh Karakteristik Individu, Faktor Pelayanan Kesehatan Dan Faktor Peran Pengawas Menelan Obat Terhadap Tingkat Kepatuhan Penderita Tb Paru Dalam Pengobatan Di Puskesmas Pekan Labuhan Kota Medan Tahun 2009

6 58 128

Analisis Pelaksanaan Pengobatan Tb Paru Dengan Strategi DOTS Di Puskesmas Wilayah Kota Medan

0 32 1

Pengaruh Pengawas Menelan Obat terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita TB Paru di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan Tahun 2014

7 97 155

Hubungan Keberadaan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan Keteraturan Berobat Pasien TB Paru Kasus Baru di Puskesmas Ciputat Tahun 2015

0 14 57