misalnya: suara yang timbul oleh kompresor, kipas angin, dapur pijar serta spectrum yang berfrekuensi sempit contoh: suara gergaji, katup gas.
b. Kebisingan putus-putus misalnya suara lalu lintas, suara pesawat udara yang tinggal landas.
c. Kebisingan impulsive =Impact of impulsive noise seperti pukulan martil, tembakan senapan, ledakan meriam dan lain-lain.
Secara umum telah disetujui bahwa untuk amannya, pemaparan bising selama 8 jam perhari, sebaiknya tidak melebihi ambang batas 85 dB. Pemaparan
kebisingan yang keras selalu di atas 85 dB, dapat menyebabkan ketulian sementara. Biasanya ketulian akibat kebisingan terjadi tidak seketika sehingga
pada awalnya tidak disadari oleh manusia. Baru setelah beberapa waktu terjadi keluhan kurang pendengaran yang sangat mengganggu dan dirasakan sangat
merugikan. Pengaruh-pengaruh kebisingan selain terhadap alat pendengaran dirasakan oleh para pekerja yang terpapar kebisingan keras mengeluh tentang
adanya rasa mual, lemas, stres, sakit kepala bahkan peningkatan tekanan darah Pulat, 1997.
Nilai ambang batas kebisingan adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima oleh manusia tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yang tetap untuk waktu yang cukup lama atau terus menerus, selanjutnya ditulis NAB. Penting untuk diketahui bahwa di dalam
menetapkan standar NAB pada suatu level atau intensitas tertentu, tidak akan menjamin bahwa semua orang yang terpapar pada level tersebut secara terus
menerus akan terbebas dari gangguan pendengaran, karena hal itu tergantung pada respon masing-masing individu Rusli, 2008.
2.2. Leukosit
Leukosit atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak mobile dalam sistem pertahanan tubuh Sherwood, 1996. Leukosit adalah sel darah yang
mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Jumlah leukosit tikus putih normal adalah 6000-17000 selmm
3
Smith Mangkoewidjojo, 1987, sedangkan jumlah
leukosit pada orang dewasa normal adalah 4000-11000 selmm
3
Bellanti, 1993;
Universitas Sumatera Utara
6000-10000 selmm
3
Pearce, 2008. Bila jumlahnya lebih dari normal keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari normal disebut leukopenia. Dilihat dalam
mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik granulosit, yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan
mempunyai bentuk inti yang bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal Bellanti,
1993. Sel darah putih bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel
darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75 persen dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka
terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau
granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Tidak adanya granulosit disebut agranulositosis, yang dapat timbul setelah makan obat tertentu,
termasuk juga beberapa antibiotika. Oleh karena itu apabila makan obat-obat tersebut, pemeriksaan darah sebaiknya sering dilakukan untuk mengetahui
keadaan ini seawal mungkin Pearce, 2008. Leukosit mempunyai fungsi utama dalam sistem pertahanan. Untuk
mengungkapkan keadaan kesehatan tubuh melalui sel-sel leukosit perlu diperhatikan mengenai jumlahnya dan morfologinya cukup mengamati sediaan
apus darah. Sediaan apus darah yang baik memperagakan penyebaran yang rata- rata sel pada bagian tengah. Bagian pinggir dan bagian tebal dari sediaan biasanya
berkumpul sel-sel leukosit, namun bagian itu tidak dianjurkan untuk dipakai mempelajari morfologinya Subowo, 2008.
Leukosit dan turunannya berperan dalam 1 menahan invasi oleh pathogen mikroorganisme penyebab penyakit, misalnya bakteri dan virus
melalui proses fagositosis; 2 mengidentifikasi dan menghancurkan sel-sel kanker yang muncul di dalam tubuh; dan 3 berfungsi sebagai “petugas
pembersih” yang membersihkan “sampah” tubuh dengan memfagosit debris yang
berasal dari sel yang mati atau cedera dan yang terakhir dalam penyembuhan luka dan perbaikan jaringan. Untuk melaksanakan fungsinya, leukosit terutama
menggunakan strategi “cari dan serang” yaitu sel-sel tersebut pergi ke tempat
Universitas Sumatera Utara
invasi atau jaringan yang rusak. Alasan utama mengapa sel darah putih terdapat di dalam darah adalah agar mereka cepat diangkut dari tempat pembentukan atau
penyimpanannya ke manapun mereka diperlukan Sherwood, 1996. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung Guyton, 1996. Jumlah leukosit dalam sirkulasi sangat mudah dan cepat berubah. Nilai
absolut maupun relatif dapat berubah oleh stimulasi selama beberapa menit atau beberapa jam. Dampak yang paling jelas terlihat bila kelenjar adrenal dirangsang,
baik secara farmakologis maupun sebagai respon terhadap kebutuhan fisiologis. Sebagian besar stimulasi fisiologis seperti olahraga, emosi, pemaparan terhadap
suhu yang ekstrim, mengakibatkan leukositosis Widman 1983. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktunya di luar sistem sirkulasi, berpatroli di
dalam cairan interstisial dan sistem limfatik, dimana sebagian besar pertempuran melawan pathogen dilakukan. Secara normal, satu millimeter kubik darah
manusia mempunyai sekitar 5000 sampai 10.000 leukosit. Jumlah sel ini akan meningkat untuk sementara waktu ketika tubuh sedang berperang melawan suatu
infeksi Campbell, 2004.
2.3. Hitung Jenis Leukosit