invasi atau jaringan yang rusak. Alasan utama mengapa sel darah putih terdapat di dalam darah adalah agar mereka cepat diangkut dari tempat pembentukan atau
penyimpanannya ke manapun mereka diperlukan Sherwood, 1996. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap
zat-zat asing. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel
endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung Guyton, 1996. Jumlah leukosit dalam sirkulasi sangat mudah dan cepat berubah. Nilai
absolut maupun relatif dapat berubah oleh stimulasi selama beberapa menit atau beberapa jam. Dampak yang paling jelas terlihat bila kelenjar adrenal dirangsang,
baik secara farmakologis maupun sebagai respon terhadap kebutuhan fisiologis. Sebagian besar stimulasi fisiologis seperti olahraga, emosi, pemaparan terhadap
suhu yang ekstrim, mengakibatkan leukositosis Widman 1983. Sel darah putih menghabiskan sebagian besar waktunya di luar sistem sirkulasi, berpatroli di
dalam cairan interstisial dan sistem limfatik, dimana sebagian besar pertempuran melawan pathogen dilakukan. Secara normal, satu millimeter kubik darah
manusia mempunyai sekitar 5000 sampai 10.000 leukosit. Jumlah sel ini akan meningkat untuk sementara waktu ketika tubuh sedang berperang melawan suatu
infeksi Campbell, 2004.
2.3. Hitung Jenis Leukosit
Leukosit tidak memiliki hemoglobin berbeda dengan eritrosit, sehingga tidak berwarna putih kecuali jika diwarnai secara khusus agar dapat terlihat di bawah
mikroskop. Tidak seperti eritrosit, yang strukturnya uniform, berfungsi identik, dan jumlahnya konstan, tetapi leukosit bervariasi dalam struktur, fungsi dan
jumlah. Terdapat lima jenis leukosit yang bersirkulasi yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, monosit dan limfosit dan masing-masing dengan struktur serta fungsi
yang khas. Mereka semua berukuran sedikit lebih besar daripada eritrosit. Kelima jenis leukosit tersebut dibagi kedalam dua kategori utama, bergantung pada
gambaran nucleus dan ada tidaknya granula di sitoplasma sewaktu dilihat dibawah mikroskop.
Universitas Sumatera Utara
Neutrofil, eosinofil, dan basofil dikategorikan sebagai granulosit sel yang banyak mengandung granula atau polimorfonulkeus banyak bentuk nucleus.
Nukleus sel-sel ini tersegmentasi menjadi beberapa lobus dengan beragam bentuk, dan sitoplasma mereka mengandung banyak granula terbungkus membran
Sherwood, 1996. Tiga jenis granulosit berdasarkan afinitas mereka terhadap zat warna yaitu
eosinofil memiliki afinitas terhadap zat warna merah eosin, basofil cenderung menyerap warna biru basa dan neutrofil bersifat netral, tidak memperlihatkan
kecenderungan zat warna. Monosit dan limfosit dikenal sebagai agranulosit sel tanpa granula atau mononukleus satu nucleus. Keduanya memiliki sebuah
nukleus besar tidak bersegmen dan sedikit granula. Monosit lebih besar daripada limfosit dan memiliki nucleus berbentuk oval atau seperti ginjal. Limfosit,
leukosit terkecil, ditandai oleh nucleus bulat besar yang menempati sebagian besar sel Sherwood, 1996. Granulosit dan monosit melindungi tubuh terhadap
organisme penyerang terutama dengan cara mencernakannya yaitu melalui fagositosis. Fungsi utama limfosit dan sel-sel plasma berhubungan dengan sistem
imun Guyton, 1996.
2.3.1. Limfosit
Limfosit membentuk sekitar 20 jumlah seluruh sel darah putih. Limfosit diproduksi di dalam kelenjar getah bening dan di jaringan limfatik yang terdapat
di dalam limfa, hati, dan organ-organ lain. Limfosit juga dapat bergerak secara amuboid, tetapi tidak bersifat fagositik akitif Watson, 1997.
Limfosit ada dua jenis, yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit B menghasilkan antibodi, yang beredar dalam daerah. Antibodi berikatan dan
memberi tanda untuk destruksi melalui fagositosis atau cara lain benda asing tertentu, misalnya bakteri, yang menginduksi pembentukan antibodi itu. Limfosit
T tidak menghasilkan antibodi; sel-sel ini secara langsung menghancurkan sel-sel sasaran spesifik, suatu proses yang dikenal sebagai respon imun yang diperantarai
sel seluler. Sel yang menjadi sasaran limfosit T mencakup sel-sel tubuh yang telah dimasuki oleh virus dan sel kanker. Limfosit memiliki rentang usia sekitar
100 sampai 300 hari. Selama periode ini, sebagian besar dari sel-sel ini secara
Universitas Sumatera Utara
kontiniu beredar diantara jaringan limfoid, limfe, dan darah, dengan menghabiskan waktu beberapa jam saja di dalam darah. Dengan demikian, hanya
sebagian kecil limfosit total yang transit di darah dalam setiap waktu tertentu Sherwood, 1996.
2.3.2. Neutrofil
Neutrofil berkembang dalam sumsum tulang dikeluarkan dalam sirkulasi, sel-sel ini merupakan 60-70 dari leukosit yang beredar. Garis tengah sekitar 12 um,
satu inti dan 2-5 lobus. Sitoplasma yang banyak diisi oleh granula-granula spesifik 0,3-
0,8 πm mendekati batas revolusi optik, berwarna salmon pink oleh campuran jenis romanovky. Granul pada neutrofil ada dua yaitu 1 Azurofilik yang
mengandung enzyme lisozom dan peroksidase, 2 Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zat-zat bakterisidal protein Kationik yang
dinamakan fagositin. Neutrofil jarang mengandung reticulum endoplasma granuler, sedikit mitokondria, apparatus golgi rudimenter dan sedikit granula
glikogen. Neutrofil merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik, menfagosit partikel kecil dengan aktif. Adanya asam amino D
oksidase dalam granula azurofilik penting dalam penceran dinding sel bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk
peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan dengan peroksida dan halide bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri dan
menghancurkannya Effendi, 2003. Neutrofil merupakan komponen paling banyak dari sel darah putih.
Letaknya terbanyak di pinggiran dalam kapiler dan pembuluh kecil, dan hal ini disebut marginasi. Apabila terjadi perlukaan pada jaringan, neutrofil dimobilisasi
dari posisi marginal ke daerah yang terluka itu, dan menembus dinding kapiler di antara sel-sel diapedesis, kemudian dengan gerakan amuboid masuk ke jaringan
untuk memfagositasikan partikel-partikel asing Frandson, 1992.
2.3.3. Monosit
Monosit membentuk sekitar 5 seluruh sel darah putih. Monosit merupakan sel darah putih yang berukuran paling besar dan memiliki nukleus berbentuk sepatu
Universitas Sumatera Utara
kuda. Monosit melakukan gerak amuboid dan bersifat fagositik dan merupakan bagian dari sistem retikulo-endotial Watson, 1997.
Monosit ditemui dalam darah, jaringan penyambung, dan rongga-rongga tubuh. Monosit tergolong fagositik mononuclear system retikuloendotel dan
mempunyai tempat-tempat reseptor pada permukaan membrannya. Untuk immunoglobulin dan komplemen. Monosit beredar melalui aliran darah,
menembus dinding kapiler masuk kedalam jaringan penyambung. Dalam darah beberapa hari. Dalam jaringan bereaksi dengan limfosit dan memegang peranan
penting dalam pengenalan dan interaksi sel-sel imunokompeten dengan antigen Effendi, 2003.
2.3.4. Eosinofil
Jumlah eosinofil hanya 1-4 leukosit darah, mempunyai garis tengah 9 µm sedikit lebih kecil dari neurofil. Inti biasanya berlobus dua, reticulum
emdosplasma, mitokondria dan apparatus golgi kurang berkembang. Mempunyai granula ovoid yang dengan eosin asidofilik, granula adalah lisosom yang
mengandung fosfatae asam, katepsin, ribonuklase, tapi tidak mengandung lisosim. Eosinofil mempunyai pergerakan amuboid, dan mampu melakukan fagositosis,
lebih lambat tapi lebih selektif dibandingkan dengan neutrofil. Eosinofil memfagositosis komplek antigen dan anti bodi, ini merupakan fungsi eosinofil
untuk melakukan fagositosis selektif terhadap komplek antigen dan antibodi. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga berperan mempertahankan darah
dari pembekuan, khususnya bila keadaan cairannya diubah oleh proses-proses patologi Effendi, 2003. Eosinofil memiliki struktur granula sitoplasma yang
kasar dan besar, nucleus berlobus duan dan berdiameter 12 πm sampai 15 πm Sloane, 2003.
2.3.5. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya dan paling kurang diketahui sifat-sifatnya. Sel-sel ini secara struktural dan fungsional mirip dengan
sel mast, yang tidak pernah beredar dalam darah tetapi tersebar di jaringan ikat di seluruh tubuh. Dahulu dianggap bahwa basofil berubah menjadi sel mast dengan
Universitas Sumatera Utara
bermigrasi dari sistem sirkulasi, tetapi para peneliti membuktikan bahwa basofil berasal dari sumsum tulang sedangkan sel mast berasal dari sel prekursor yang
terletak di jaringan ikat. Baik basofil maupun sel mast membentuk dan menyimpan histamin dan heparin, yaitu zat-zat kimia kuat yang dapat dikeluarkan
apabila sel-sel tersebut mendapat rangsangan yang sesuai. Pengeluaran histamin penting dalam reaksi alergi, sedangkan heparin mempercepat pembersihan
partikel-partikel lemak dari darah setelah kita makan makanan yang berlemak Sherwood, 1996.
Dalam sirkulasi darah, basofil sangat mirip dengan sel mast besar yang terletak tepat di luar kapiler tubuh. Sel ini mengeluarkan heparin ke dalam darah
yaitu zat yang dapat mencegah koagulasi darah. Basofil melakukan fungsi-fungsi yang sama dalam aliran darah mungkin darah hanya mentranspor ke jaringan
tempat ia kemudian menjadi sel mast dan berfungsi mengeluarkan heparin. Sel mast dan basofil juga melepaskan histamin walaupun hanya dalam sejumlah kecil
bradikinin dan serotonin kontraksi pembuluh darah, sel mast dalam jaringan yang meradang melepaskan senyawa ini selama meradang Syaifuddin, 2009.
2.4. Tikus Putih