Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi

(1)

PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI

PADA PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH

DESA CICANTAYAN CISAAT

SUKABUMI

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: ABDUL BASIT NIM. 103 053 028 732

Pembimbing

Dr. Sihabudin Noor, MA NIP. 150 281 998

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ABSTRAK Nama : Abdul Basit

NIM : 103053028732

Skripsi ini berjudul “Program Pemberdayaan Ekonomi pada Pondok Pesantren As-Salafiyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi” dibawah bimbingan Dr. Sihabuddin Noor, MA.

Pesantren adalah merupakan tempat mencetak umat yang beriman dan bertaqwa, tempat menuntut dan memperdalam ilmu agama, beribadah, umat yang beragama dan sholeh dalam kehidupan masyarakat, menjadi umat yang bertaqwa dan berteguh, memiliki pesantren bukan hanya yang terlihat bangunannya saja tanpa berdampak bagi umat.

Agar kebersamaan dalam perjuangan bisa termanifestasi, persamaan persepsi perjuangan dan strategi merupakan suatu yang harus dikerjakan. Pesantren merupakan salah satu sarana yang paling tepat untuk melakukan hal itu, karena pesantren memiliki kedudukan yang paling dalam masalah ini, yakni sarana mencetak umat beragama shaleh dalam kehidupan masyarakat.

Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah salah satu pondok pesantren yang berada di daerah Sukabumi merupakan wujud nyata dari perbedaan jaman serta kebutuhan akan beragama yang baik hadir di tengah-tengah masyarakat yang berkomunitas sebagai petani.

Pendirian pondok pesantren As-Salafiyyah, menjawab keluhan masyarakat akan minimnya lapangan kerja yang berada di daerah tersebut. Karena dengan adanya pondok pesantren As-Salafiyyah ini, masyarakat yang minim akan pengalaman bekerja dan tidak mempunyai riwayat hidup mampu memiliki penghasilan tetap dengan bekerja di pondok pesantren ini dengan lapangan usaha yang telah disediakan oleh pimpinan pondok pesantren As-Salafiyyah ini yaitu KH. Ahmad Makki.

Dengan penempatan pondok pesantren pada pusat aktivitas ini diharapkan dapat membantu masyarakat sekitar yang berkekurangan, khususnya para janda-janda miskin dan para pengangguran yang tidak mempunyai pekerjaan tetap agar mempunyai penghasilan dan memiliki kegiatan tetap dikarenakan bekerja di pondok pesantren As-Salafiyyah ini.

Keunikan pondok pesantren As-Salafiyyah dalam program pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar yang kurang mampu adalah program percetakan kitab kuning, pembudidayaan ikan hias, dan program santunan rutin untuk masyarakat sekitar, banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok pesantren ini.


(3)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika kemudian hari terbukti karya Saya merupakan jiplakan dari hasil karya

orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Februari 2009

Abdul Basit


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah Swt, atas segala nikmat dan rahmat yang telah dianugerahkan-Nya hingga skripsi ini dapat Penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos I).

Salawat berserta salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya yang selalu setia kepadanya. Karena beliaulah yang telah membawa ummat dari jaman Jahiliyah menuju jaman Islamiyah.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itulah Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dr. Murodi MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Drs. Hasanuddin Ibnu Hibban, MA dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah yang telah banyak memberikan kemudahan dan nasehat yang berharga.

3. Dr. Sihabuddin Noor, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi Penulis yang tiada hentinya memberikan bimbingan serta dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh staf Perpusatakan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan fasilitas referensi.

5. Seluruh ustadz dan ustadzah Pondok Pesantren as-Salafiyah terutama pada Pimpinan PonPes KH. Ahmad Makki yang telah memberikan izin serta waktunya.


(5)

6. Kedua orangtua Penulis, Bapak Sopandi dan Ibu Dedeh yang telah memberikan doa serta dukungan penuh pada Penulis.

7. Teman special H. Samsir Alamsyah S.Sos.I, yang telah banyak membantu Penulis.

8. Teman sekelas Penulis, Minang Firmansyah, S.Sos.I, Abdul Rahmatsyah, S.Sos.I, Topik, Linda, Umi, S.Sos.I, Putri S.Sos.I, M. Yusuf S.Sos.I, serta Alm. M. Sidup dan juga semua teman seangkatan Penulis 2003 di Jurusan Manajemen Dakwah.

Penulis hanya bisa berdoa semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat imbalan yang setimpal dari Allah Swt. Akhirnya Penulis hanya bisa berharap mudah-mudahan karya tulis ini menambah khazanah intelektual pembaca. Amin.

Jakarta, 26 Februari 2009


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

D. Metodologi Penelitian ... 9

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN TEORITIS ... 15

A. Program ... 15

1. Pengertian Program... 15

2. Macam-macam Program ... 15

3. Tujuan Program ... 16

B. Pemberdayaan... 17

1. Pengertian Pemberdayaan ... 17

2. Tahap-tahap Pemberdayaan ... 20

3. Proses Pemberdayaan... 21

C. Ekonomi ... 22

1. Pengertian Ekonomi... 22

2. Peran Ekonomi ... 23

D. Pondok Pesantren... 25

1. Pengertian Pondok Pesantren ... 25

2. Komponen-komponen Pondok Pesantren ... 27

3. Tipe-tipe Pondok Pesantren... 29

BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH CISAAT SUKABUMI ... 32

A. Sejarah Berdirinya ... 32


(7)

C. Letak Geografis... 35

D. Struktur Organisasi ... 36

E. Aktivitas... 38

BAB IV ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH ... 40

A. Analisa Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren as-Salafiyah ... 40

1. Program Percetakan ... 42

2. Program Kolam Ikan... 47

3. Program Tahunan... 48

B. Faktor Penghambat dan Pendukung... 49

1. Faktor Penghambat ... 49

2. Faktor Pendukung ... 50

BAB V PENUTUP... 51

A. Kesimpulan... 51

B. Saran-saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum dapat dilihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai. Seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berkunjung, salah satu dari sekian banyak persoalan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 ditandai dengan menurunnya nilai tukar rupiah, berkurangnya pendapatan dalam negeri, turunnya minat investasi, pengangguran yang semakin besar akibat pekerja yang di PHK dan angkatan kerja baru yang tidak terserap, lonjakan jumlah penduduk miskin mencapai 79,4 juta jiwa dan secara makro pembangunan merosot dengan laju pertumbuhan 13,68% dan laju inflasi 77,68%.1

Menurut para pemikir penyebab krisis yang terjadi di Indonesia merupakan kesalahan pemerintah dalam menetapkan mengambil kebijakan-kebijakan. Hal ini disebabkan; Pertama, kebijakan ekonomi yang mengejar pertumbuhan dengan menciptakan "penghela ekonomi", yaitu sekelompok elit yang mendapat berbagai fasilitas dan privilese untuk tumbuh meraksasa.2

Para pengusaha inilah yang diharapkan akan memperbesar pertumbuhan ekonomi yang kemudian dibagikan kepada masyarakat melalui mekanisme tricle

1

Bambang Ismawan, Pemberdayaan Masyarakat yang Berkesinambungan, (Jakarta : Diktat Pelatihan Yayasan Bina Swadaya), h. 1

2


(9)

down effect. Kebijakan ini sendiri juga telah diterapkan oleh beberapa Negara lain. Pada Negara-negara tersebut fasilitas dan privelese diberikan dalam jangka waktu tertentu dan kemudian sebagai konpensasi atas segala yang telah diterima para penghela ekonomi tersebut akan dikenai pajak progresif. Pajak progresif ini kemudian digunakan untuk mendukung sektor ekonomi menengah dan kecil. Tetapi hal serupa tidak terjadi di Indonesia, di Indonesia para penghela ekonomi terus mendapatkan berbagai fasilitas dan privelese tanpa batas bahkan sektor ekonomi menengah dan kecil disubordinasikan oleh mereka. Secara keseluruhan struktur ekonomi yang terbentuk menjadi rapuh karena fundamen (dasar) ekonomi tidak tersebar luas akan tetapi sangat terbatas pada sekelompok elit yang sangat tergantung pada berbagai fasilitas.

Kedua, terjadinya perubahan basis ekonomi pada pertengahan tahun 80-an. Pada periode ini basis pertumbuhan ekonomi berpindah dari pertanian kepada broad-based industry dan hi-tech industry. Pada kenyataannya kedua jenis industri ini lebih menekankan pengembangan industri-industri berbasis inpor (foo loose industry) yang bersumber dari relokasi industri atau perluasan pasar industri negara lain.

Hasil akhir dari perubahan basis ini adalah diabaikannya sector pertanian sehingga swasembada pangan yang pernah dicapai menjadi hancur, petani menjadi tumbal dalam proses industrialisasi, dan rapuhnya sector industri karena tidak terjadi proses deepening.3

3


(10)

Selain itu kemiskinan biasanya terjadi karena individu tidak mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya secara mandiri.

Proses pemberdayaan pada intinya adalah ditujukan guna membantu klien yang memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan yang terkait dengan kemapuan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam melakukan kegiatan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang masyarakat miliki antara lain, melalui daya dari lingkungannya sendiri.4

Kemiskinan yang diderita oleh masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim tidak hanya masalah kecerdasan, tetapi juga masalah keahlian hidup, karena keahlian dapat membuat masyarakat atau orang menjadi survive dalam menjalani hidup dan mencapai apa yang mereka inginkan, begitu juga sebaliknya, tanpa keahlian hidup mereka tidak akan mendapatkan peluang untuk memenangkan kompetisi hidup yang semakin keras.5

Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemiskinan lebih cenderung diakibatkan karena individu atau masyarakat tidak mampu memberdayakan potensi yang dimiliki secara maksimal, pada hakekatnya kemiskinannya tidak sendirinya menimbulkan keresahan, tetapi ia akan meresahkan apabila secara kontras berhadapan langsung dengan kemewahan. Para ilmuan social menyebut

4

Isbandi Rukmiyanto, Pemberdayaan dan Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta : Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 32

5

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam,


(11)

situasi tersebut sebagai "deprivation", deprivasi selalu menimbulkan keresahan social atau social unres yang pada gilirannya akan menimbulkan disintegrasi social.6

Dalam ajaran Islam ada dua tata hubungan yang harus dipelihara oleh umatnya yaitu hablum minalllah dan hablum minannaas, hubungan tersebut dilambangkan dengan tali, karena ia menunjukan ikatan atau hubungan antara manusia dengan Tuhan dan antara manusia dengan masyarakat di sekitar lingkungannya termasuk dirinya sendiri. Islam agama yang diturunkan Allah SWT guna membawa misi untuk menjadi rahmat bagi sekalian makhluk terutama manusia, yang memberikan pelajaran berharga dari setiap firman-firman-Nya. Salah satu diantaranya adalah apa yang termaktub pada Qur'an surat Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi :

Artinya : "Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah SWT, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shala,t dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang

6

Jalaluddin Rahmat, Islam Aktual, Refleksi Sosial Seseorang Cendikiawan Muslim,


(12)

yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa." (Q.S. Al-Baqarah: 177).

Firman di atas menggambarkan bahwa Agama Islam sebagai agama yang memuat dan mengandung ajaran yang bersifat universal, dalam ayat tersebut diperintahkan bagaimana seorang memiliki harta harus memberikan bantuan atau menyalurkan sebagian hartanya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin dan peminta-minta dan perintah untuk mengeluarkan zakat. Dalam firman ini jelas bahwa ajaran Islam pada hakikatnya mengandung unsure pemberdayaan dan pengentasan kemiskinan yaitu melalui perintah wajib zakat.

Krisis ekonomi, diperparah lagi dengan banyak terjadinya berbagai macam bencana, semakin menambah berat beban masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi, melambungnya harga bahan pangan yang kian hari kian meningkat mengakibatkan masayrakat tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

Kemiskinan yang melanda apabila terus dibiarkan dan tidak dicarikan jalan keluarnya sangat potensial sekali memicu terjadinya berbagai dampak dan akibat sampingan seperti tindakan kriminalitas penodongan, perampokan bahkan pembunuhan. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengangguran, anak-anak yang putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan yang tinggi, sekolah hanya milik orang kaya yang punya banyak uang, sedangkan yang keluarganya secara ekonomi tidak memadai hanya berada dibatas harapan dan putus asa. Kondisi seperti ini sangat memilukan, terlebih di negeri yang subur namun banyak sekali rakyatnya yang hidup dibawah garis kemiskinan, sangat


(13)

ironis memang kata pepatah "tikus mati kelaparan di lumbung padi". Tetapi memang itulah yang tengah terjadi di negeri ini.

Bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas adalah umat Islam secara ekonomi terlihat begitu rapuh. Hal ini tidak lain karena umat Islam itu sendiri belum menjalankan hidup secara Islami. Seperti membiasakan hidup hemat, tidak konsumtif, memaksimalkan potensi yang dimiliki (produktif), lingkungan yang edukatif, dan menuntut penguasaan life skill (keahlian hidup), juga pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dari berbagai segi kehidupan.

Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan akhir-akhir ini mulai menerapkan metodologi membangun karakter (character building), membawa angina segar bagi masyarakat. Bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) akan tetapi membekali santri dan anak didik untuk mampu memberdayakan diri sendiri dan masyarakat sekitar, bukan hanya dari sector pendidikan tetapi juga sector yang lainnya. Peran Pondok Pesantren harus sanggup membangun individu (charcter building) santri untuk membangun kelompok (social) yang mempunyai potensi kuat dalam mengisi pembangunan negeri ini.

Dengan konsepsi yang demikian itu, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang ideal, terutama karena didalamnya memuat konsep pendidikan yang integralistik, pragmatic, dan selain itu peranan pesantren sebagai lembaga penguat ekonomi kerakyatan yang mempunyai akar budaya yang sangat kental dilingkungan masyarakat.


(14)

Pesantren harus mampu menempatkan dirinya sebagia transformasi, motivator dan inovator. Kehadiran pesantren dewasa ini telah memainkan perannya sebagai fungsi itu meskipun boleh dikata dalam taraf yang perlu dikembangkan lebih lanjut. Sebagai salah satu komponen masyarakat, pesantren memiliki kekuatan dan "daya tawar" untuk melakukan perubahan-perubahan yang berarti. Komponen masyarakat yang bukan hanya melakukan perubahan dalam sector pendidikan akan tetapi sector yang lebih luas lagi, seperti pengembangan usaha milik pesantren, dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan berbasis pesantren. Salah satu pesantren yang memiliki program pemberdayaan masyarakat miskin adalah Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang berlokasi di jalan Babakan Tipar Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi.

Untuk mengetahui lebih lanjut dan berpijak pada latar belakang masalah di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap masalah tersebut yang dituangkan dalam penulisan skripsi dengan judul: "Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyyah Desa Cicantayan Cisaat Sukabumi".

B. Batasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak melebar maka penulis membatasi penelitian ini pada kegiatan Program Pemberdayaan Ekonomi yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren As-Salafiyyah, rumusan masalahnya sebagai berikut:


(15)

1. Apa yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi dalam upaya melakukan program pemberdayaan ekonomi di Pesantren as-Salafiah?

2. Apa saja yang menjadi factor penghambat dan pendukung dari upaya tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan permasalahan di atas dapatlah diketahui bahwa tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren As-Salafiyyah dalam upaya melakukan program pemberdayaan terhadap ekonomi pesantren.

b. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi factor penghambat dan pendukung dari kegiatan tersebut.

2. Manfaat Penelitian

a. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat guna dijadikan bahan masukan bagi instansi atau lembaga yang bergerak dibidang pemberdayaan ekonomi.

b. Dengan mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang ditemukan dalam melakukan upaya pemberdayaan terhadap masyarakat diharapkan dapat dijadikan bahan analisis sehingga memudahkan dalam mengambil


(16)

tindakan dan langkah-langkah yang lebih efektif dan tepat sasaran dalam upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat.

D. Metodologi Penelitian 1. Dasar Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, pendekatan ini dimaksudkan untuk menggambarkan suatu kenyataan empiris yang terjadi, dalam hal ini penelitian menjelaskan langkah-langkah dan bentuk-bentuk kegiatan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi dalam menjalankan program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.7

2. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang berlokasikan di Jalan Babakan Tipar Desa Cicantayan, Kec. Cisaat, Sukabumi. Adapun alasan memilih lokasi tersebut adalah :

a. Karena letak Pondok Pesantren mudah di jangkau oleh peneliti. b. Karena masyarakat di sekitar Pondok Pesantren As-Salafiyah

masih banyak yang bertaraf ekonomi lemah.

7


(17)

Adapun tehnik pengambilan sample yang digunakan adalah tehnik random sampling dimana peneliti mengambil sebagian populasi sebagai sample yang berjumlah 20 Kepala Keluarga.

3. Jenis Data

Jenis data yang dipergunakan dan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Satu kasus tunggal pun dapat dipakai, bila secara potensial memang sangat sulit bagi peneliti untuk memperoleh kasus lebih banyak, dan bila dari kasus tunggal itu memang diperlukan banyak informasi yang sangat mendalam.8

4. Sumber Data

Sumber data adalah subjek utama dalam meneliti masalah di atas untuk memperoleh data-data yang konkret. Adapun sumber data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sumber Data Primer

Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah (pengasuh/pimpinan) Ro'is pesantren dan orang-orang kepercayaan pesantren atau orang yang dipercaya oleh pimpinan pesantren untuk mengelola program-program pesantren dalam pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren yang menjadi objek pemberdayaan pesantren.

b. Sumber Data Sekunder

8

Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Prilaku Manusia, (LPSP3, Fak. Psikologi UI, 2001), h. 56


(18)

Data sekunder adalah buku-buku dan dokumen-dokumen tertentu dari berbagai literature yang berhubungan dan terkait dengan penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung yaitu dengan mempergunakan teknik sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.9 Yang diobservasi adalah program-program pesantren yang berkaitan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

b. Wawancara

Wawancara adalah situasi antar pribadi bertatap muka ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian, kepada seseorang yang diwawancarai atau responden. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tak berstruktur ketika melakukan wawancara dengan penanggung jawab program pemberdayaan yang dilakukan

9

Fred N. Kerlinger, Asas-Asas Penelitian Baharigural, (Yogyakarta : UGM Press, 2000), h. 770


(19)

oleh pihak pesantren, dan wawancara berstruktur ketika peneliti melakukan wawancara dengan masyarakat yang diberdayakan. 6. Analisa Data

Dalam menganalisa data pada penelitian kualitatif dengan menggunakan system katagorisasi, dilanjutkan dengan penapsiran data yang salah satu tujuannya adalah deskriptif analitik, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis membaca, mempelajari, memahami, dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh, lalu analisis komparatif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.10

Adapun dalam teknik penulisan dan transliterasi menggunakan buku "Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta", terbitan UIN Press, Jakarta tahun 2004.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini, sebelum penulis mengadakan penelitian lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi karya ilmiah, maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahulu yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama atau berbeda dengan penelitian dari skripsi-skripsi sebelumnya.

Adapun setelah peneliti mengadakan suatu kajian kepustakaan, penulis tidak menemukan judul dan objek skripsi yang sama. Penulis menemukan judul

10

Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda Karya, 2000), h. 197-198


(20)

skripsi dari Abdul Fikri jurusan Manajemen Dakwah yang membahas tentang "Pola Pendayagunaan Dana Zakat Pada BAZDA Kota Tangerang Dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Ekonomi Lemah". Judul dan objek penelitian tersebut sangat jauh berbeda dengan yang penulis teliti, hanya dalam dalam kata pemberdayaannya saja yang sama. Kemudian penulis menemukan judul skripsi dari Siti Marfu’ah Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam yang membahas tentang "Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)". Judul dan objek penelitian ini pun berbeda namun pembahasannya hampir sama yaitu membahas tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat, karena penulis juga banyak membahas masalah pemberdayaan ekonomi masyarkat.

F. Sistematika Penulisan

Penyajian dalam skripsi ini dijabarkan atas lima bab, dimana antara bab yang satu dengan bab yang lainnya saling berkaitan dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab. Untuk lebih jelas berikut adalah sistematikanya :

BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis, terdiri dari Pengertian Manajemen, unsur-unsur manajemen, pengertian pemberdayaan, bentuk-bentuk pemberdayaan, pengertian manajemen pemberdayaan, tahap-tahap pemberdayaan masyarakat, proses pemberdayaan


(21)

masyarakat, sekilas pengertian ekonomi, dan pengaruh kemiskinan terhadap berbagai aspek kehidupan.

BAB III : Gambaran Umum Pondok Pesantren As-Salafiyyah, sejarah berdirinya, visi dan misi berdirinya, struktur organigram Pondok Pesantren As-Salafiyyah, dan sekilas deskriptif program-program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi.

BAB IV : Analisis Manajemen Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi, bentuk program pemberdayaan ekonomi masyarakat, factor penghambat dan pendukung program pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah.


(22)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. PROGRAM

1. Pengertian Program

Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (dulu ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.11

Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok organisasi, lembaga, bahkan negara. Jadi seseorang, sekelompok organisasi, lembaga bahkan negara memiliki suatu program. Suharsimi Arikunto, mengungkapkan sebagai berikut:12

Program adalah sederetan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai kegiatan tertentu.

2. Macam-macam Program

Macam atau jenis program dapat beragam wujud, jika ditinjau dari berbagai aspek, program ditinjau dari:

a. Tujuan, ada yang bertujuan mencari keuntungan, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut telah memberikan keuntungan, dan jika program tersebut bertujuan sukarela, maka ukurannya adalah seberapa banyak program tersebut bermanfaat bagi orang lain.

11

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 702

12

Suharsimi Arikunto, Penilaian Program Pendidikan, (Yogyakarta: Bina Aksara, 1998), h. 34


(23)

b. Jenis, ada program pendidikan, program pemberdayaan, program koperasi, program kemasyarakatan, dan sebagainya. Klasifikasi tersebut tergantung dari isi program yang bersangkutan.

c. Jangka waktu, ada program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

d. Keluasan, ada program sempit dan ada program luas. e. Pelaksanaannya, ada program kecil dan ada program besar. f. Sifatnya, ada program penting dan ada program kurang penting.13

3. Tujuan Program

Tujuan adalah sasaran atau maksud yang harus dicapai dalam proses pelaksanaan kegiatan yang direncanakan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto sebagai berikut:14

Tujuan program merupakan suatu yang pokok dan harus dijadikan pusat perhatian oleh evaluator. Jika suatu program memiliki tujuan yang tidak bermanfaat maka program tersebut tidak perlu dilaksanakan.

Tujuan program dibagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan umum dan khusus.

Tujuan umum biasanya menunjukkan output dari program jangka panjang, sedangkan jangka khusus outputnya jangka pendek.15

13

Ibid, h. 2

14

Ibid, h. 35

15


(24)

B. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai perubahan kearah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan tarap hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dengan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menetukan tindakan ke arah yang lebih baik lagi.16

Dalam pandangan Islam, agama adalah pemberdayaan, pemberdayaan harus merupakan gerak tanpa henti. Istilah pemberdayaan adalah terjemah dari istilah asing "empowermen". Secara leksikal pemberdayaan berarti penguatan. Sedangkan secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan dan istilah ini dalam batasan-batasan tertentu dapat dipertukarkan. Imang Mansyur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat atau masyarakat adalah: sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam kearah yang lebih baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.17

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang ini tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan,

16

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta: UGM Press 1999), h. 15

17


(25)

dengan kata lain memberdayakan adalah meningkatkan kemapuan dan meningkatkan kemandirian masyarakat.18

Setelah melihat berbagai pendapat dari para ahli mengenai pemberdayaan, penulis mencoba mengambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah:

a. Pemberdayaan adalah pengembangan diri atau masyarakat dari keadaan yang tidak berdaya menjadi berdaya.

b. Pemberdayaan adalah upaya meningkatkan kemapuan dan kemandirian masyarakat.

c. Pemberdayaan adalah suatu proses perubahan dengan waktu yang cukup panjang dilakukan secara continue untuk menuju kearah yang lebih baik.

Sedangkan masyarakat biasa diartikan kelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki prasarana untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai keluarga, keluarga sebagai prosesnya, masyarakat hasil dari proyeksi tersebut.19

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling terkait oleh sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum khas dan hidup bersama.

18

Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (PT. Bina Rena Pariwara), Cet. Ke-2, h. 165

19

Murtada Mukhtshari, Masyarakat dan Sejarah, (Bandung: Mizan, 1995) cet. Ke-5, h. 15


(26)

Masyarakat adalah yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara berkelompok.20

Dari kedua definisi tentang pemberdayaan dan masyarakat secara terpisah maka secara sederhana pemberdayaan masyarakat adalah : "Bagaiamana mengembangkan keadaan atau situasi dari tidak berdaya menjadi berdaya ke arah yang lebih baik kepada individu yang hidup secara bersama".21

Pemberdayaan masyarakat dapat juga diartikan sebagai suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan tarap hidup keseluruhan masyarakat, atau juga diartikan proses perubahan yang dilakukan secara terus menerus oleh individu untuk menuju kearah yang lebih baik.22

Pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat bukanlah suatu proses yang berhenti pada satu titik tertentu, tetapi merupakan suatu upaya kesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

Upaya pemberdayaan yang dilakukan pada masyarakat tentunya tidak sepenuhnya berjalan dengan mulus, dalam pelaksanaannya ada beberapa kendala yang akan dihadapi salah satunya adalah kepribadian individu-individu dari sistem sosial.

Penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah proses pengembangan, peningkatan tarap hidup masyarakat menuju

20

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1987), Cet. Ke-1, h.75

21

Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), h. 801

22

Isbandi Rukmiyanto, Pemberdayaan dan pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2001), h. 36


(27)

arah yang lebih baik atau melakukan perubahan kepada masyarakat agar keluar dari kehidupan yang membelenggunya seperti kemiskinan dan keterbelakangan.

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Upaya untuk memberdayakan masyarakat terdiri dari tiga tahapan yaitu:

a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat itu berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya dalam memanfaatkan peluang.

c. Memberdayakan juga mengandung arti menanggulangi.23 Ada tiga tahapan dalam pemberdayaan yaitu :

a. Pemberdayaan pada mitra ruhaniyyah, degradasi moral atas

pergeserannilai masyarakat Islam saat ini sangat mengguncang masyarakat Islam. Kepribadian kaum muslimin terutama generasi muda begitu gampang terbawa arus kebudayaan negatif barat, hal ini juga diperparah dengan gagalnya pendidikan agama. Untuk keluar dari

23


(28)

masalah ini masyarakat Islam harus berjuang keras mendisain kurikulum yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniyah Islamiyah yang tidak bertentangan dengan perjuangan kebenaran ilmiyah dan kemodernan.

b. Pemberdayaan Intelektual, umat Islam yang berada di Indonesia bahkan dimana pun sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai sebuah perjuangan besar.

c. Pemberdayaan ekonomi, masalah kemiskinan menjadi demikian

identik dengan masyarakat Islam. Dan pemecahannya merupakan tanggung jawab masyarakat Islam itu sendiri. Situasi ekonomi masyarakat Islam Indonesia bukan untuk diratapi melainkan untuk dicari jalan keluarnya. Untuk keluar dari himpitan ekonomi ini diperlukan perjuangan yang besar dan gigih dari setiap komponen umat, bahwa seorang manusia harus mampu menguasai life skill atau keahlian hidup.24

3. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Proses pemberdayaan masyarakat terdiri atas lima tahapan yaitu : a. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdayakan

dan tidak memberdayakan.

24

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad Syafe'1, Pengembangan Masyarakat Islam,


(29)

b. Mendiskusikan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak pemberdayaan.

c. Mengidentifikasi masalah.

d. Mengidentifikasi basis daya yang berguna.

e. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya.25

Dari uraian di atas bahwa pemberdayaan yang terjadi pada masyarakat, bukanlah suatu proses yang berhenti pada suatu titik tertentu tetapi lebih merupakan sebagai upaya kesinambungan untuk meningkatkan daya yang ada.

C. EKONOMI

1. Pengertian Ekonomi

Pada awalnya kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos dan Nomos. "Oikos" artinya rumah, tempat tinggal atau lingkungan hidup. Sedangkan "Nomos" artinya aturan, norma-norma atau ilmu. Jadi ekonomi adalah ilmu yang mengatur rumah tangga, tempat tinggal atau lingkungan hidup. Jadi ekonomi berarti pengetahuan tentang peristiwa dan persoalan yang berkaitan dengan usaha manusia secara perorangan (pribadi), kelompok (keluarga, suku, bangsa, organisasi) dalam memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas yang dihadapkan pada sumber yang terbatas.26

25

Ibid, h. 55

26

L.T. Sianturi dan H.K.A Moyoto, Ekonomi dan Koprasi, (Jakarta: Gunung Mulia 1992), h. 4


(30)

Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha individu dalam ikatan pekerjaan dalam kehidupannya sehari-hari.27

Berdasarkan beberapa definisi tentang ekonomi di atas, penulis berpendapat bahwa ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia dalam mengatur rumah tangga, tempat tinggal, dan lingkungan untuk memenuhi lingkungan hidup.

2. Peran Ekonomi Dalam Kehidupan

Sejak manusia hidup, tumbuh dan bergaul timbullah satu masalah yang harus dipecahkan bersama yaitu bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidup mereka masing-masing. Karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh dirinya sendiri karena makin luas pergaulan mereka makin bertambah kuatlah antara satu sama lainnya untuk memenuhi kebutuhan itu.

Kebutuhan perekonomian manusia telah dihadapi sepanjang zaman dengan berbagai kesibukan. Kesibukan manusia ditunjukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam. Contohnya pada manusia primitif mereka hidup dari hasil mengambil ikan, hasil buruan, bertani, dan mengambil hasil hutan yang diperlukan, dengan alat sederhana mereka memenuhi kebutuhan untuk diri sendiri dan hidup dalam lingkungan. Tetapi sekarang kesibukan manusia terdapat disegala lapangan dan berbagai macam kegiatan

27

Muhammad Al-assal Fathi dan Muhammad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan Ekonomi Islam, (Pustaka Setia 1999), Cet, Ke-1, h. 10


(31)

seperti menjual sayur, bertani, supir, pegawai kantor, guru, dokter dan lain-lainnya.

Majunya pengetahuan tekhnologi sangat memungkinkan terbukanya lapangan usaha baru. Terbukanya lapangan usaha baru itu akan menambah keanekaragaman kebutuahan manusia. Dalam kehidupan perekonomian, manusia selalu merasa hidup kekurangan, hal ini sangat nyata terlihat dari kesibukan manusia yang tiada henti dalam berbagai lapangan usaha. Perasaan hidup yang selalu berkekurangan ini mendorong manusia untuk melakukan berbagai macam tindakan yang disebut sebagai tindakan ekonomi. Tindakan ekonomi adalah segala usaha atau kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.28

Dengan demikian jelaslah bahwa semua segi kehidupan manusia perlu dilakukan berbagai macam tindakan ekonomi agar tercapai kebutuhan yang diinginkan. Dalam hal bukan kebutuhan hal hidup seseoorang saja yang dipenuhi, tetapi kebutuhan hidup bersama, yaitu : masyarakat, Negara dan akhirnya kebutuhan internasional yang meliputi kebutuhan manusia sedunia.

Dengan demikian sangatlah jelas bahwa urgensi dari ekonomi itu sendiri atau berhubungan dengan uang yang semuanya itu sangat dicintai dan berkuasa atas manusia. Ekonomi sumber segala pekerjaan, pusat dari susunan alam dan dengan ekonomi pula manusia mencapai tingkat yang paling tinggi dari kemajuan dan kebahagiaan.

28


(32)

D. PONDOK PESANTREN

1. Pengertian Pondok Pesantren

Secara etimologi pondok pesantren berasal dari dua kata, yaitu : pondok dan pesantren. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata pondok dapat diartikan sebagai "tempat belajar agama Islam".29 Di dalam kamus Al-Munir kata pondok berasal dari bahasa arab, yaitu: (Funduuq) yang berarti: hotel atau penginapan".30 Sedangkan kata pesantrren dapat didefinisikan sebagai "asrama tempat suci atau tempat murid-murid belajar mengaji".31 Sedangkan secara terminologi pondok pesantren adalah "lembaga dakwah yang mewujudkan proses pendidikan Nasional".32

Pesantren sebagai lembaga pendidikan nasional umat islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam dengan memberikan tekanan pada keseimbangan antara aspek ilmu dan aspek perilaku. Pesantren dipimpin oleh seorang Kyai yang bertanggungjawab atas seluruh proses pendidikan dalam pesantren.33 Mastuhu mendefinisikan pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati dan

29

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 695

30

Ahmad Warsan Al-Munawar, Al-Munir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progrisif, 1997), h. 1073.

31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar, h. 667

32

Nurcholis Majid, Merumuskan Kembali Tujuan Pondok Pesantren Dalam Pergaulan Dunia Pesantren, (Jakarta: P3M, 1985), h. 3

33

Djohan Effendi, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990), Cet. Ke-1, h. 187


(33)

mengamalkan ajaran Islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman sehari-hari.34

Dari definisi-definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwa pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Isalm yang didalamnya terdapat murid yang disebut santri dan dipimpin oleh seorang Kyai.

2. Komponen-komponen Pondok Pesantren

Untuk lebih mendekatkan pemahaman terhadap pesantren pada pembahasan ini akan dikemukakan komponen-komponen pondok pesantren. Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu: Kyai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab-kitab klasik.35

a. Kyai: Istilah kyai, Bindere, nun, ajengan dan guru adalah sebutan yang semula diperuntukan bagi para ulama tradisional dipulau jawa. Walaupun sekarang Kyai sudah digunakan secara umum bagi semua ulama baik tradisional maupun modern, dipulau jawa maupun diluar pulau jawa.

Kyai dapat juga dikatakan Tokoh non formal yang ucapan-ucapan dan seluruh prilakunya akan dicontoh oleh komunitas disekitarny. Kyai berfungsi sebagai sosok model atau teladan yang baik tidak saja bagi santrinya, tetapi juga bagi seluruh komunitas disekitar pesantren.36

34

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), h. 6

35

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, (Jakarta: LP3ES, 1984), Cet. Ke-3, h. 18

36

Yasmadi, Moderenisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. H. 61


(34)

a. Santri: Santri sebagai elemen kedua dari kultur pesantren yang merupakan unsur pokok yang tidak kalah pentingnya dari keempat unsur lain. Biasanya santri terdiri dari dua kelompok. Pertama, Santri mukim: Ialah santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap dalam pondok pesantren. Kedua Santri kalong: Ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap dalam pesantren, mereka pulang kerumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.37

b. Masjid: Masjid sebagai unsur ketiga ialah sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Masjid merupakan sentral sebuah pesantren karena disinilah pada tahap awal bertumpu seluruh kegiatan dilingkungan pesantren, baik yang berkaitan dengan ibadah, shalat berjama'ah, dzikir, wirid, do'a, i'tikaf, dan juga kegiatan belajar mengajar.38

c.Pondok: pondok adalah asrama bagi para santri merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan lain. Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan asrama bagi para santri, pertama: Kemasyhuran seorang Kyai dan kedalaman pengetahuannya mengali ilmu dari kyai tersebut dengan baik dan teratur serta dalam waktu yang lama, para santri harus menetap di pondok. Kedua: mayoritas pesantren berada di desa-desa dimana tidak ada perumahan yang cukup untuk menampung para

37

Nurcholis Majid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta: Paramadina,1997), Cet. Ke-1, h. 52

38


(35)

d. santri, dengan demikian perlu adanya asrama khusus untuk menampungnya. Ketiga : ada sikap timbal balik antara kyai dan santri, para santri menganggap kyai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri dan juga sebaliknya. Sikap timbal balik ini menimbulkan keakraban dan kebutuhan untuk saling terus menerus satu sama lainnya.39

e. Pengajaran kitab-kitab klasik: penggalian khazanah budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dari yang membedakannya dengan lembaga pendididkan lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendididkan Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi ilmu-ilmu ke Islaman, terutama yang bersipat kajian-kajian klasik. Maka pengajaran kitab-kitab klasik telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar mengajar di pesantren.40

3. Tipe-Tipe Pondok Pesantren

Berdasarkan keputusan Menteri Agama RI nomor 3/1979, ada empat tipe pondok pesantren, yaitu : A, B, C, dan D. Pertama, pondok pesantren tipe A, ialah pondok pesantren dimana para santri belajar dan bertempat tinggal bersama dengan guru (kyai), kurikulumnya terserah pada para kyainya, cara memberi pelajaran individual dan tidak menyelenggarakan madrasah untuk belajar.

39

Zamaksyari Dhofier, Tradisi Pesantren, h. 18

40

Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis,


(36)

Kedua, pondok pesantren tipe B, ialah pesantren yang mempunyai madrasah dan kurikulum, pengajaran dan kyai dilakukan dengan cara studium general, pengajaran pokok terletak pada madrasah yang di selenggarakannya. Kyai memberikan pelajaran secara umum kepada para santri pada waktu yang telah ditentukan, para santri tinggal disitu dan mengikuti pelajaran-pelajaran dari kyai disamping mendapatkan ilmu pengtahuan agama dan umum di madrasah.

Ketiga, pondok pesantren tipe C, yaitu: pondok pesantren yang fungsi utamanya hanya sebagai tempat tinggal atau asrama, santri-santrinya belajar di madrasah atau sekolah-sekolah umum, fungsi kyai disini sebagai pengawas, pembina mental, dan pengajar agama.

Keempat, pondok pesantren tipe D, yaitu: pondok pesantren yang menyelenggarakan sistem pondok sekaligus sistem sekolah madrasah.41

Adapun pondok pesantren berfungsi sebagai lembaga pendidikan, lembaga sosial, juga berfungsi sebagai pusat penyiaran agama Islam yang mengandung kekuatan resistensi terhadap dampak modernisasi, sebagaimana telah diperankan pada masa lalu dalam menentang penetrasi kolonisme walaupun dengan cara uzlah atau menutup diri.42

Fungsi lainnya yaitu sebagai instrument untuk tetap melestarikan ajaran-ajaran Islam di bumi nusantara, karena pesantren mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk dan memelihara kehidupan nasional, kultural,

41

Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, (Proyek Peningkatan Pondok Pesantren, 2000), h. 14

42

M. Dawan Raharjo, Perkembangan Masyarakat Islam dalam Persepektif Pesantren dan Pergaulan Dunia Pesantren, (Jakarta: P3M, 1985), h. vii


(37)

keagamaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu antara fungsi poindok pesantren dengan lembaga lainnya tidak bisa dipisahkan yakni untuk meneruskan dan mensukseskan pembangunan nasional, karena pendidikan dinegara kita diarahkan agar terciptanya manusia yang bertaqwa, mental membangun dan memiliki keterampilan serta berilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan zaman.


(38)

BAB III

GAMBARAN UMUM

PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH CISAAT SUKABUMI

A. Sejarah Berdirinya

Pesatnya perkembangan media informasi yang berteknologi tinggi telah menjangkau berbagai lapisan masyarakat tak terkecuali anak-anak. Tak jarang muatan di dalamnya meninabobokan anak-anak di usia dini untuk mengkonsumsinya, sehingga dapat dipastikan mental spiritual meeka telah terkontaminasi dengan media hiburan yang mungkin tanpa bimbingan dan pengawasan dari kedua orang tua. Orang tua bekerja keras diluar rumah demi masa depan keluarga terutama anak-anaknya, sementara tak banyak waktu bagi kedua orang tua untuk menumbuh kembangkan mental spiritual anak mereka, sehingga sudah seyogyanya sebuah lembaga pendidikan mulai memperhatikan masa depan anak-anak, yaitu dengan mendirikan

Pesantren As-Salafiyah mulai dirintis pada tahun 1942 oleh Mama K.H. Abdullah Mahfudz (alm). Dulu nama pesantren ini adalah "Miftahul "Ulum" tetapi lebih ngetrend dengan sebutan pesantren babakan, dan para santrinya adalah warga masyarakat yang berada disekitar daerah sukabumi, ketika nama beliau mulai dikenal dan para santri diluar kota mulai berdatangan, pada tahun 1969 K.H. Abdullah Mahfudz meninggal dunia, sehingga pada waktu itu terjadi kepakuman, barulah pada tahun 1977 tongkat


(39)

kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yaitu K.H. Ahmad Makki, gerakan pertama nama pesantren Babakan Tipar beliau ganti menjadi Pesantren As-Salafiyah.

Kata As-Salafiyah diambil dari dalil yang artinya setiap kebaikan yang menyelamatkan kita diakhirat haruslah mengikuti jejak Ulama Salaf. Dan akhirnya Pesantren Babakan Tipar ini dikenal menjadi Pesantren As-Salafiyah pada tahun itu juga bersama istrinya yang bernama HJ. Imas Syihabul Millah beliau membangun pesantren putri pertama di Kota Sukabumi, dikenal dengan nama Asrama Putri As-Salafiyah.43

Penyelenggaraan pendidikan non formal metodologi salafiyah. Dari tahun ketahun terus dikembangkan dan ditingkatkan sehingga meliputi berbagai fan ilmu (Al-Qur'an, Qiroat dan tajwid, Tafsir, Hadist, Tauhid, Fiqih, Akhlaq, Nahwu Shorof, Mantiq, Falaq, Arud, Bilaghah dan Tasauf,. Dengan pembagian kelas ibtida, Ausath dan Ulya, dan menggunakan sistem atau metode Balagan, Sorogan, takhfidz dan Hafalan, Diskusi dan Praktik.44

Untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, Mama KH. Ahmad Makki berinisiatif menerbitkan kitab terjemah dan penjelasan kitab-kitab kuning, adapun tujuannya adalah membantu mempermudah para santri dalam mengkaji kitab kuning. Alhamdulillah hasil terbitan As-salafiyah sudah diterima oleh masyarakat diwilayah Jawa Barat, Banten, DKI, Lampung dan lain-lain.

43

KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, (Pondok Pesantren As-Salafiyah, Sukabumi, 25 Januari 2008)

44

Ust. Sufri. S.H.I, Bid Pendidikan, Wawancara Pribadi, (Pondok Pesantren As-Salafiyah Sukabumi, 25 januari 2008)


(40)

B. VISI DAN MISI PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH

Pondok Pesantren As-salafiyah merupakan pondok pesantren yang bertanggung jawab terhadap pembinaan masyarakat yang berada di wilayah kota suka bumi khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia. Banyak potensi yang dimiliki pondok Pesantren As-Salafiyah baik berupa fisik maupun SDM, diantarannya: bangunan permanen dua tingkat, Masjid, kamar tidur kobong atau aula, kamar mandi, pengaturan makan secara kolektif (kost), jasa pencucian, masing-masing kamar memiliki satu pengawas Asatidz/dzah. Intinya berdakwah mengembangkan syiar Islam sebagai mana yang di perintahkan Allah dan Rasul-Nya.

Visi Pondok Pesantren as-Salafiyah adalah terwujudnya generasi muda Islam yang berkualitas dan berakhlakul karimah

Sedangkan misi pondok pesantren As-Salafiyah adalah membentuk santriwan dan santriwati yang mempunyai kepribadian yang berakhlakul karimah, mempunyai keilmuan yang luhur, dan akhlaq yang adi luhung. Melayani masyarakat dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan dan duniawi, menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat dan menjadi pihak yang ikut aktif dalam gerakan bersama seluruh komponen masyarakat dalam upaya peningkatan kualitas moral bangsa.45

45

Ust. Abdul Azis, Rois A'm, Wawancara Pribadi, (Pondok pesantren As-Salafiyah Sukabumi, 25 Januari 2008)


(41)

Dengan kata lain adalah mensejahterakan masyarakat Kota Sukabumi khususnya dan umumnya masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang taat dan patuh terhadap ajaran Islam, dan menjalani kehidupan sehari-hari dengan syariat Islam.

C. LETAK GEOGRAFIS

Letak Pondok Pesantren As-Salafiyah ini, di pinggir jalan utama yang menuju ke Kota Sukabumi yang berdampingan dengan beberapa pondok pesantren yang juga sudah kenamaan di Kota Sukabumi, seperti Pondok Pesantren Al-Masturiyah dan Pondok Pesantren Sunanul Huda.

Pondok Pesantren As-Salafiyah luas areanya sekarang ini kurang lebih 2 hektar dengan berlokasi strategis kebeberapa tempat lembaga pendidikan umum, baik yang mau sekolah SD, SMP, SMU, ALIYAH dan Perguruan tinggi, Pesantren As-Salafiyah ini juga berada di jalur transit dan jalan ke Jakarta, sehingga sangat mudah untuk mencapai lokasi.

Dari segi bangunan, Pondok Pesantren As-Salafiyah mempunyai bangunan yang cukup baik, karena sekelilingnya terdapat persawahan yang terbentang luas. Segala usia khususnya usia SD dan SMP, disiapkan bangunan dengan nama Asrama Insan Kamil As-Salafiyah 1, juga menerima santri putra-putri yang ingin sekolah di luar, dengan segala persyartan yang tentunya sudah diatur oleh pihak Pesantren.

Pondok PesantrenAs-Salafiyah yang mempunyai bangunan permanen dua tingkat yang terdiri dari beberapa kamar (kobong) dan aula tempat para


(42)

santri menuntut ilmu agama, tak ketinggalan pula fasilitas kamar mandi yang terdiri dari beberapa ruangan agar para santri dapat bergantian atau bersama-sama melakukan kebersihan dengan tanpa ada rasa kecemburuan.

D. Stuktur Organisasi

Dari sega bahasa, stuktur dapat berarti cara bagaimana sesuatu disusun atau di bangun. Sedangkan organisasi dapat berarti susunan atau aturan dari berbagai bagian, Sehingga merupakan kesatuan yang terarur dan tersusun.46

Struktur organisasi dalam sebuah lembaga, termasuk pondok pesantren As-Salafiyah, dimaksudkan sebagai kerangka untuk mengetahui ruang lingkup, jalur kondisi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan.

Soetmina mengatakan bahwa: Struktur organisasi ialah suatu kerangka yang menunjukan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut".47

Organisasi adalah merupakan kerja sama diatara beberapa orang untuk mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi itu demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien'.48

46

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994/ 1995), Cet. Ke-3, h. 860

47

Soetmina, Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan, (Yogyakarta: Kanisus,1992), Cet. Ke-1, h. 57

48

Ek. Imam Munawir, Asa-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya: Usaha Nasional), h. 96


(43)

Berangkat dari kutipan diatas, Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa struktur organisasi dimaksudkan sebagai kerangka kerja sama diantara orang-orang yang akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas dan menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan panuh rasa tanggung jawab sehingga dalam sistem organisasi, apa yang dicita-citakan dapat terwujud.

Untuk mencapai misi yang diemban dalam pengurus pondok pesantren As-Salafiyah maka disusunlah sebuah struktur dalam rangka pembagian kerja untuk orang-orang yang tepat, sehingga pada gilirannya tujuan dapat tercapai secara baik.

Adapun Stuktur dan susunan pengurus Pondok Pesantren As-Salafiyah adalah sebagai berikut:


(44)

STAF ORGANISASI AS-SALAFIYAH

Sumber: Pondok Pesantren As-Salafiyah

E. AKTIVITAS PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYAH

Dalam keseharian santri belajar untuk hidup disiplin dal keperibaian dan belajar, maka pihak pesantren membuat schedule kegiatan harian dan

ROIS A'M Ust. Abdul Aziz

WAKIL ROIS

Ust. Iwan Mulyawan S. Sos. I

BENDAHARA Ust. Asep Abdul Rohim

SEKRETARIS

Ust. Iwan Miftahul Bisri, S. Pd. I

PENDIDIKAN Ust. Sofyan Sauri Ust. Wahyu Hidayatullah

Ust. Sufrihatin, S. H. I

PENDIDIKAN Ust. Sofyan Sauri Ust. Wahyu Hidayatullah

Ust. Sufrihatin, S. H. I

KEBERSIHAN Ust. Harun Kabir

Ust. Ismatullah

KEAMANAN Ust. Deden M Ust. Khoerul Bahri


(45)

kegiatan mingguan. Untuk kegiatan harian santri diajarkan pengajian kitab kuning setiap habis shalat lima waktu.

Adapun kegiatan mingguan:

1. Malam Minggu : Latihan Muhadoroh 2. Minggu Pagi : Olah raga / Kerja bakti 3. Minggu Siang : Istirahat

4. Malam Kamis : Riyadoh

5. Malam Jum'at : Barjanji / Marhaba'an 6. Jum'at Subuh : Ziarah

7. Jum'at Sore : Latihan Marawis Sumber : Pondok Pesantren As-Salafiyah


(46)

BAB IV

PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI PADA PONDOK PESANTREN AS-SALAFIYYAH SUKABUMI

A. Analisa Program Pemberdayaan Ekonomi Pada Pondok Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi

Pemberdayaan sebagaimana diungkapkan T. Hani Handoko, merupakan suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan pembaharuan. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan upaya meningkatkan tarap hidup ketingkat yang lebih baik. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dengan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki, tentunya dalam menentukan tindakan ke arah yang lebih baik lagi.

Pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilhan-pilihan.49

Selain itu pemberdayaan atau pengembangan juga berarti menciptakan kondisi semua orang yang lemah dapat menyumbang

49

Nanih Mahendrawati dan Agus Ahmad syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam,


(47)

kemampuannya secara maksimal untuk mencapai tujuannya. Pemberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan, dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.50 Pemberdayaan menurut pengertiannya adalah suatu usaha untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang (masyarakat), agar dari segi kehidupan ekonomimya dapat sedikit meningkat dibandingkan dengan yang sebelumnya.

Merujuk kepada definisi tersebut di atas jelas bahwa program-program kegiatan Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang telah dijalankan dengan signifikan dan sejalan terhadap pengembangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat, program-program yang telah berjalan di Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah sebagai berikut:

1. Percetakan 2. Kolam Ikan Hias

3. Santunan Tahunan kepada masyakat yang tidak mampu.

Program-program ini telah lama di kembangkan atau dijalankan di Pondok Pesantren As-Salafiyyah. Sebagaimana kata KH. Ahmad Makki selaku ketua umum Pondok Pesantren As-Salafiyyah bahwasanya percetakan dan pembudidayaan ikan sangat membantu masyarakat sekitar Pondok

50

Bambang Ruditi (ed), Akses Peran Serta Masyarakat : Lebih Jauh Memahami Community Development, (Jakarta : ICDS, 2003), h. 153


(48)

Pesantren ini dalam mensejahterakan kehidupannya sehari-hari, terutama bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau mata pencaharian.51

Pesantren Assalafiyah adalah salah satu pondok pesantren yang ada di Indonesia ini yang berupaya untuk memberdayakan masyarakat sekitar. Karena kehidupan di sekitar Pondok Pesantren Assalafiyah masih sangat sederhana, banyak pengangguran, belum lagi perempuan renta yang berjuang sendirian di dunia ini demi menghidupi seluruh keluarganya dikarenakan sang suami pergi ataupun telah tiada. Untuk itu KH. Ahmad Makki selaku pimpinan Pondok Pesantren Assalafiyah berusaha keras agar dapat memberdayakan masyarakat sekitar.

1. Program Percetakan

Berawal pada tahun 1988 dari kebiasaannya yang suka menulis, KH. Ahmad Makki mencoba mengeluarkan beberapa kitab karangannya sendiri, yang pada waktu itu beliau cetak di daerah Jakarta. Adapun kitab yang beliau keluarkan diantaranya adalah Al-Fiyah, Zohar Tauhid, dan Hidayatul Azkiya. Dari ketiga kitab cetakan beliau ini banyak permintaan masyarakat agar lebih di perbanyak cetakannya. Adapun tujuan awal KH. Ahmad Makki mengeluarkan cetakan ini adalah untuk para santri yang bermukim di Pesantren Assalafiyah supaya para santri dapat lebih mudah dalam mempelajari ilmu-ilmu yang ada di Pondok Pesantren.

51

KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi, 25 Januari, 2008.


(49)

Pada tahun 1994, KH. Ahmad Makki mendirikan sendiri percetakan di Pondok Pesantren. Yang kemudian terkenal dengan percetakan Al-Makki. Jadi yang pada awalnya beliau hanya mengarang kitab dan mencetaknya di luar atau di orang lain, sekarang beliau dapat mengarang kitab dan mencetaknya sendiri di Pondok Pesantren Assalafiyah52.

Uniknya yang bekerja di percetakan ini diperuntukan khusus bagi masyarakat sekitar, yang belum mempunyai pekerjaan tetap terutama wanita yang berstatus janda yang juga tidak mempunyai pekerjaan tetap. Walaupun lokasinya berada di dalam komplek pesantren, para santri tidak berkenan atau tidak di perbolehkan untuk bekerja di percetakan ini. Namun hasil dari percetakan itu setelah menggaji karyawannya dana yang masuk ataupun penghasilan dari percetakan itu sepenuhnya di salurkan ke Pesantren. Jadi selama ini dari mulai pembangunan pesantren sampai mensejahterakan para santrinya KH. Ahmad Makki memperoleh dana dari hasil percetakan, dan tidak memberatkan sedikitpun kepada santri. Santri disini di khususkan hanya mencari ilmu saja.

Adapun pekerja atau karyawan yang bekerja di percetakan yang sekarang dikenal dengan percetakan al-Makki ini berjumlah kurang lebih 50 orang dan kesemuanya itu adalah orang-orang sekitar Pondok Pesantren As-Salafiyyah yang mempunyai potensi dan kemampuan untuk bekerja dan merekapun kebanyakan para wanita yang sudah tidak mempunyai suami, namun tidak sedikit pula para pekerja yang masih muda, mereka yang tidak

52

KH. Ahmad Makki, Ketua Umum, Wawancara Pribadi, (Pesantren As-Salafiyyah Sukabumi, Januari, 2008).


(50)

mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup untuk bisa bekerja di perusahaan atau di pabrik-pabrik sekitar wilayah Sukabumi.

Dengan adanya program percetakan ini pemberdayaan ekonomi masyarakat yang dilakukan di Pondok Pesantren As-Salafiyyah ini sangat jelas terasa kepada seluruh masyarakat yang berada disekitar pondok dikarenakan kesulitan ekonomi yang mereka rasakan dapat berkurang. Dengan adanya percetakan ini pula masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Hasil karya ataupun terbitan percetakan ini sudah sangat terkenal di beberapa Propinsi di Indonesia, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun yang sampai ke luar pulau Jawa yaitu Sumatra dan Sulawesi. Bahkan sudah sampai ke luar negeri seperti Malaisyia dan Brunaidarussalam. Dengan banyaknya permintaan masyarakat akan cetakan kitab kuning yang dilakukan di Pondok Pesantren As-Salafiyah ini membuat pemberdayaan masyarakat sekitar pondok menjadi semakin berkembang pesat.

Hasil dari percetakan al Makki ini adalah sebagai berikut :

DAFTAR KITAB DAN HARGA

Penerbit Assalfiyyah Sukabumi Jabar telp. (0266) 239624

No. Nama Kitab Harga Satuan (Rp) Isi hal

1. Pj. Almarjan Fii Tauhiidhih Tijan 23.000 229

2. Tj. Bidayatul Hidayah 25.000 250


(51)

4. Tj. Bulughul Marom jilid 2 37.000 374

5. Pj. Burdah 31.000 313

6. Tj. Faidhul Qodir tt berbagai ukuran 14.000 121

7. Tj. Fathul Mu'in jilid 1 29.000 272

8. Tj. Fathul Mu'I jilid 2 30.000 295

9. Pj. Fathul Qorib jilid 1 31.000 314

10. Pj. Fathul Qorib jilid 2 32.000 317

11. Pj. Hadist Arba'in 19.000 188

12. Pj. Hikam jilid 1 26.000 257

13. Pj. Hikam jilid 2 22.000 222

14. Pj. Hisnus Sunnah jilid 1 22.000 217 15. Pj. Hisnus Sunnah jilid 2 25.000 254

16. Pj. Hidayatul Adzkiya 30.000 222

17. Tj. Irsyadul Ibad jilid 1 27.000 217 18. Tj. Irsyadul Ibad jilid 2 35.000 254 19. Tj. Irsyadul Ibad jilid 3 29.000 298 20. Tj. Irsyadul Ibad jilid 4 24.000 262

21. Pj. Jurumiyah 22.000 352

22. Pj. Jauharotu Tauhid 29.000 288

23. Tj. Kasyifatus Saja jilid 1 30.000 300 24. Tj. Kasyifatus Saja jilid 2 25.000 249 25. Tj. Kasyifatus Saja jilid 3 25.000 255


(52)

26. Tj. Kasyifatus Saja jilid 4 25.000 247

27. Tj. Kafayatul Awam 14.000 119

28. Pj. Mu'awanah jilid 1 21.000 210

29. Pj. Mu'awanah jilid 2 20.000 204

30. Pj. Muchtarul Ahaadist 31.000 313

31. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 1 27.000 264 32. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 2 29.000 288 33. Tj. Nashoihul Diniyah jilid 3 31.000 312 34. Tj. Nashoihul Ibad jilid 1 30.000 302 35. Tj. Nashoihul Ibad jilid 2 28.000 280 36. Pj. Peranan Mantiq dan Ushul fiqh 15.000 124 37. Tj. Riyadul Badi'ah/Safinatun naja 20.000 196

38. Pj. Su'bul Iman 19.000 184

39. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 1 32.000 320 40. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 2 32.000 322 41. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 3 27.000 270 42. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 4 34.000 340 43. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 5 36.000 360 44. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 6 34.000 340 45. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 7 34.000 340 46. Tj. Tafsir Zalalaein jilid 8 31.000 305 47. Tj. Tafsir Zalalaein lengkap jilid 1 44.000 320


(53)

48. Tj. Tafsir Juz Amma 34.000 264

49. Tj. Tafsir Yasin 20.000 195

50. Tj. Ta'limul Muta'alim 16.000 157

51. Pj. Ta'limul Muta'alim jilid 1 20.000 184 52. Pj. Ta'limul Muta'alim jilid 2 30.000 302

53. Tj. Taqrib 16.000 145

54. Tj. Tasyriful Uzza (Kaelani) 28.000 272

55. Tj. Uqudulujein 24.000 236

56. Tj. Ushfur 23.000 223

Jumlah Total 1.501.000

Sumber: Pondok Pesantren As-Salafiyyah, Januari 2008.

2. Program Kolam Ikan

Lingkungan Pondok yang terletak di pinggir perkampungan yang berbatasan dengan persawahan dan perkebunan, dan dikelilingi dengan kolam atau tambak ikan ini dapat pula memberdayakan masyarakat sekitar. Dengan adanya kolam ikan yang mengelilingi Pondok pesantren di budidayakan dengan memelihara ikan hias dan ikan air tawar. Yang keseluruhannya dikelola oleh ketua yayasan namun para pekerjanya kebanyakan dari masyarakat sekitar yang setiap hari memberi makan, membersihkan dan mengembang biakkan ikan-ikan tersebut

Selain dengan percetakan Pondok Pesantren As-Salafiyyah memberdayakan masyarakat sekitar dengan jalan membuka lapangan usaha


(54)

bagi siapa saja masyarakat yang tidak mempunyai mata pencaharian, yaitu dengan cara menjadikan kolam ikan sebagai lapangan usaha bagi masyarakat sekitar. Namun program kolam ikan ini dikhususkan bagi kaum lelaki saja.

Program kolam ikan ini sangat membantu masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani. Dengan adanya kolam ikan ini masyarakat sekitar memiliki kemampuan atau potensi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sebagaimana penghasilan kolam ikan ini.53

3. Program Tahunan

Program ini merupakan program yang dirancang oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah, guna memberdayakan masyarakat sekitar. Selain mereka di pekerjakan di percetakan dan dikolam ikan, merekapun di beri santunan setiap tahunnya. Menurut Ust. Supriyatin, banyak warga sekitar yang tidak bekerja di percetakan dan kolam ikan tetapi mereka tetap di berdayakan dengan cara : Pengajian rutin mingguan, untuk bapak-bapak itu bertepatan hari Jum'at pagi, sedangkan bagi Ibu-ibu itu hari Rabu pagi, yang bertempat di Pesantren As-Salafiyyah. Adapun bentuk program tahunannya selain pengajian rutin yaitu: bantuan berupa bahan makanan, pakaian, dan dana yang berupa uang tahunan dari hasil zakat percetakan dan kolam ikan54.

Banyak para warga masyarakat sekitar yang sangat antusias mengikuti program mingguan, bulanan bahkan tahunan ini, dikarenakan

53

Ust. Mumuh, Rois 'Am, Wawancara Pribadi, (Pesantren Assalfiyyah Sukabumi, 25 Januari, 2008).

54

Ust. Supriyatin, Wawancara Pribadi, (Pesantren Assalafiyah Sukabumi, 25 Januari 2008).


(55)

mereka merasa diberdayakan dengan adanya program-program ini. Selain menambah khazanah keilmuan, mereka pun dibekali dengan masukan-masukan yang bersifat membangun. Yang tadinya tidak mempunyai pengetahuan tentang percetakan merekapun mengetahuinya.

Oleh karena itu masyarakat sekitar pondok pun sangat terbantu akan kebutuhan kehidupannya sehari-hari. Baik berupa kebutuhan ekonomi maupun kebutuhan yang lainnya seperti kepribadian yang baik, tenggang rasa kesesama tetangga, dan timbal balik kepesantren.

Banyak para warga masyarakat yang sengaja memberikan sedekah kepada para santri berupa makanan, tempat dan lain-lainnya, itu semata-mata karena ingin timbal balik kepada pesantren yang telah memberdayakan atau mensejahterakan kehidupannya sehari-hari.

B. Faktor Penghambat dan Pendukung

Dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan ada beberapa hal yang menjadi factor penghambat dan factor pendukung Pondok Pesantren As-Salafiyyah dalam mengaplikasikan pemberdayaan terhadap ekonomi masyarakat antara lain:

1. Faktor Penghambat

a. Pemahaman yang rendah akan manfaat kegiatan yang ditawarkan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah hal yang paling mendasar disebabkan karena kurangnya kesadaran dan rendahnya tingkat pendidikan.


(56)

b. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap upaya mensosialisasikan program-program yang telah dirancang. Solusi yang telah diupayakan oleh pondok pesantren adalah ingin membantu masyarakat yang berkekurangan dalam masalah perekonomian dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Kurangnya potensi dan SDM yang mahir dalam melakukan berbagai program yang telah di rencanakan oleh pondok pesantren. 2. Faktor Pendukung

Sedangkan faktor pendukung pada program kegiatan yang dilakukan pondok pesantren adalah:

a. Telah tersedianya infrastruktur, seperti mesin percetakan, gedung yang cukup luas, kolam yang banyak dan luas, kantor, kendaraan operasional dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat akan penghasilan usaha guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

c. Adanya koordinasi yang baik antara masyarakat sekitar dengan pondok pesantren sehingga terjalin hubungan yang erat.


(57)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pondok Pesantren As-Salafiyah bukan saja sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak generasi muda yang dibekali dengan pengetahuan agama an sich, akan tetapi pondok pesantren As-Salafiyah – sebagai lembaga sosial – telah melakukan beberapa upaya pemberdayaan masyarakat, maupun dari segi ekonomi dan kreativitas masyarakat. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pondok pesantren As-Salafiyah, seperti; program percetakan kitab kuning, pembudidayaan ikan hias, dan program santunan untuk masyarakat sekitar, banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah; yang menjadi faktor pendukung yaitu, sudah tersedianya sumber daya manusia (SDM) dari pondok untuk melakukan pembinaan, telah tersedianya sumberdana (sudah adanya donatur tetap), telah tersedianya infrastuktur seperti kendaraan operasional, kantor, mesin dan sebagainya. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah; kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki, pemahaman yang rendah terhadap manfaat kegiatan yang ditawarkan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah, tingkat


(58)

pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap upaya sosialisasi program-program yang telah dirancang.

B. Saran-Saran

1. Sebagian besar kita kurang pandai memanfaatkan waktu dan potensi yang ada, sehingga kita cenderung hidup dalam kondisi yang apa adanya tanpa adanya kemajuan dan menciptakan kondisi kehidupan yang lebih berarti. Untuk itu semoga kita mampu mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.

2. Bagi Pondok Pesantren As-Salafiyyah semoga dapat mempertahankan dan terus meningkatkan program-program dan profesionalitas yang sudah dibangun.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1991, Cet. Ke-2 Al-Assal, Muhammad, Ahmad dan Karim, Abdul, Muhammad, Fathi, Sistem,

Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1

Asiba’i, Husni, Mustafa, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Bandung: CV. Diponorogo, 1993, Cet. Ke-4

Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Dawan, M. Raharjo, Perkembangan Masyarakat Islam dalam Persepektif Pesantren dan Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Proyek Peningkatan Pondok Pesantren, 2000

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1984

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: UGM Press, 1999 Effendi, Djohan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,

1990, Cet. Ke-1

Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1988, Cet. Ke-2

Kerlinger N Fred., Asas-Asas Penelitian Baharigural, Yogyakarta : UGM Press, 2000

Mahendrawati, Nanih, M.Ag, dan Syafe’I, Ahmad, Agus, M.Ag, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1

Majid, Noerkholis, Merumuskan Kembali Tujuan Pondok Pesantren dalam Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994

Moeloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2000


(60)

Muchtarom, Zeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Alami Press, 1996, Cet. Ke-1

Mukhtshari, Murtada, Masyarakat dan Sejarah, Bandung: Mizan, 1995

Munawir, Warsan, Ahmad, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir, Krapyak Yogyakarta: 1984

Poerwandari, Kristi, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, LPSP3, Fak. Psikologi UI, 2001

Primantoro, Bambang, Pemberdayaan Masyarakat yang Berkesinambungan, Jakarta: Diklat Penelitian Yayasan Bina Swadaya

Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Refleksi Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan, 1999, Cet. Ke-2

Resohadiprojo, Sukanto, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000 Rukmiyanto, Isbandi, Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2001

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, Cet. Ke-7

Sianturi, L.T dan Moyoto, H.K.A, Ekonomi dan Koperasi, Jakarta: Gunung Mulia, 1992

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987, Cet. Ke-1

Sumodiningrat, Gunawan, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, PT. Bina Rena Pariwara, Cet. Ke-2

Syani, Abdul, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1992

Yasmadi, Moderenisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002


(61)

(1)

b. Tingkat pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap upaya mensosialisasikan program-program yang telah dirancang. Solusi yang telah diupayakan oleh pondok pesantren adalah ingin membantu masyarakat yang berkekurangan dalam masalah perekonomian dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. Kurangnya potensi dan SDM yang mahir dalam melakukan berbagai program yang telah di rencanakan oleh pondok pesantren. 2. Faktor Pendukung

Sedangkan faktor pendukung pada program kegiatan yang dilakukan pondok pesantren adalah:

a. Telah tersedianya infrastruktur, seperti mesin percetakan, gedung yang cukup luas, kolam yang banyak dan luas, kantor, kendaraan operasional dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat akan penghasilan usaha guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

c. Adanya koordinasi yang baik antara masyarakat sekitar dengan pondok pesantren sehingga terjalin hubungan yang erat.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pondok Pesantren As-Salafiyah bukan saja sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak generasi muda yang dibekali dengan pengetahuan agama an sich, akan tetapi pondok pesantren As-Salafiyah – sebagai lembaga sosial – telah melakukan beberapa upaya pemberdayaan masyarakat, maupun dari segi ekonomi dan kreativitas masyarakat. Upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh pondok pesantren As-Salafiyah, seperti; program percetakan kitab kuning, pembudidayaan ikan hias, dan program santunan untuk masyarakat sekitar, banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat sekitar pondok pesantren.

2. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program pemberdayaan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah adalah; yang menjadi faktor pendukung yaitu, sudah tersedianya sumber daya manusia (SDM) dari pondok untuk melakukan pembinaan, telah tersedianya sumberdana (sudah adanya donatur tetap), telah tersedianya infrastuktur seperti kendaraan operasional, kantor, mesin dan sebagainya. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah; kurangnya kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki, pemahaman yang rendah terhadap manfaat kegiatan yang ditawarkan oleh Pondok Pesantren As-Salafiyyah, tingkat


(3)

pendidikan yang rendah, sehingga menyulitkan terhadap upaya sosialisasi program-program yang telah dirancang.

B. Saran-Saran

1. Sebagian besar kita kurang pandai memanfaatkan waktu dan potensi yang ada, sehingga kita cenderung hidup dalam kondisi yang apa adanya tanpa adanya kemajuan dan menciptakan kondisi kehidupan yang lebih berarti. Untuk itu semoga kita mampu mengisi waktu dengan kegiatan-kegiatan dan hal-hal yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan ekonomi masyarakat.

2. Bagi Pondok Pesantren As-Salafiyyah semoga dapat mempertahankan dan terus meningkatkan program-program dan profesionalitas yang sudah dibangun.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT. Rieneka Cipta, 1991, Cet. Ke-2 Al-Assal, Muhammad, Ahmad dan Karim, Abdul, Muhammad, Fathi, Sistem,

Prinsip dan Tujuan Ekonomi Islam, Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke-1

Asiba’i, Husni, Mustafa, Kehidupan Sosial Menurut Islam, Bandung: CV. Diponorogo, 1993, Cet. Ke-4

Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar, Surabaya: Usaha Nasional, 1986.

Dawan, M. Raharjo, Perkembangan Masyarakat Islam dalam Persepektif Pesantren dan Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988

Departemen Agama RI, Pola Pengembangan Pondok Pesantren, Proyek Peningkatan Pondok Pesantren, 2000

Dhofier, Zamaksyari, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1984

Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang. Yogyakarta: UGM Press, 1999 Effendi, Djohan, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka,

1990, Cet. Ke-1

Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan Islam, Studi Kritis dan Refleksi Historis, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997

Kartono, Kartini, Patologi Sosial, Jakarta: Rajawali Press, 1988, Cet. Ke-2

Kerlinger N Fred., Asas-Asas Penelitian Baharigural, Yogyakarta : UGM Press, 2000

Mahendrawati, Nanih, M.Ag, dan Syafe’I, Ahmad, Agus, M.Ag, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001, Cet. Ke-1

Majid, Noerkholis, Merumuskan Kembali Tujuan Pondok Pesantren dalam Pergaulan Dunia Pesantren, Jakarta: P3M, 1985

Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994

Moeloeng, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosda Karya, 2000


(5)

Muchtarom, Zeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Alami Press, 1996, Cet. Ke-1

Mukhtshari, Murtada, Masyarakat dan Sejarah, Bandung: Mizan, 1995

Munawir, Warsan, Ahmad, Kamus Arab Indonesia Al-Munawir, Krapyak Yogyakarta: 1984

Poerwandari, Kristi, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, LPSP3, Fak. Psikologi UI, 2001

Primantoro, Bambang, Pemberdayaan Masyarakat yang Berkesinambungan, Jakarta: Diklat Penelitian Yayasan Bina Swadaya

Rakhmat, Jalaluddin, Islam Aktual, Refleksi Cendikiawan Muslim, Bandung: Mizan, 1999, Cet. Ke-2

Resohadiprojo, Sukanto, Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 2000 Rukmiyanto, Isbandi, Perkembangan dan Pemberdayaan Masyarakat dan

Intervensi Komunitas, Pengantar Pemikiran dan Pendekatan Praktis, Jakarta: Fak. Ekonomi UI, 2001

Sarwoto, Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998, Cet. Ke-7

Sianturi, L.T dan Moyoto, H.K.A, Ekonomi dan Koperasi, Jakarta: Gunung Mulia, 1992

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Rajawali Press, 1987, Cet. Ke-1

Sumodiningrat, Gunawan, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, PT. Bina Rena Pariwara, Cet. Ke-2

Syani, Abdul, Manajemen Organisasi, Jakarta: Bina Aksara, 1992

Yasmadi, Moderenisasi Pesantren, Kritikan Nurcholis Majid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Jakarta: Ciputat Press, 2002


(6)