Distribusi Pendapat Responden Mengenai Variabel Terikat Y Kualitas Hasil Produksi Saran

24 Pernyataan 24 Perusahaan selalu berkomunikasi dan berbagi informasi dengan pemasok yang menyatakan sangat setuju 33,9, setuju 64,5, ragu-ragu 1,6.

b. Distribusi Pendapat Responden Mengenai Variabel Terikat Y Kualitas Hasil Produksi

Tabel 4.5 Kualitas Hasil Produksi Y Butir Frekuensi Pendapat Responden Total SS S RR TS STS P1 16 25.8 38 61.3 8 12.9 - - - - 62 P2 41 66.1 21 33.9 - - - - - - 62 P3 24 38.7 26 41.9 12 19.4 - - - - 62 P4 51 82.3 10 16.1 1 1.6 - - - - 62 P5 41 66.1 20 32.2 1 1.6 - - - - 62 P6 21 33.9 31 50.0 10 16.1 - - - - 62 Sumber: Pengolahan Data Primer Quesioner, 2015 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa: 1 Pernyataan 1 Perusahaan menghasilkan produk dan jasa yang lebih bermutu dibandingkan dengan pesaing lain, yang menyatakan sangat setuju 25,8, setuju 61,3, ragu-ragu 12,9. 2 Pernyataan 2 Para pelanggan merasa puas dengan mutu produk selama tiga tahun terakhir, yang menyatakan sangat setuju 66,1, setuju 33,9. 3 Pernyataan 3 Secara umum, tingkat kinerja mutu pabrik selama tiga tahun terakhir relatif lebih tinggi, yang menyatakan sangat setuju 38,7, setuju 41,9, ragu-ragu 19,4. 4 Pernyataan 4 Perusahaan memiliki tingkat hubungan pelanggan lebih baik dibandingkan dengan pesaing lain, yang menyatakan sangat setuju 82,3, setuju 16,1, ragu-ragu 1,6. Universitas Sumatera Utara 5 Pernyataan 5 Perusahaan memiliki sifat-sifat khusus dan menarik minat feature, yang menjadikan suatu produk unik dibandingkan produk sejenis dari produsen lain, yang menyatakan sangat setuju 66,1, setuju 32,2, ragu-ragu 1,6. 6 Pernyataan 6 Perusahaan memiliki keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa kerjanya, yang menyatakan sangat setuju 33,9, setuju 50, ragu-ragu 16,1. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Uji Asumsi Klasik

4.2.1.1 Uji Normalitas

Menurut Ghazali 2005:110 menyatakan “Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki disribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.” Pengujian normalitas data penelitian ini menggunakan analisis grafik dan statistik. Analisis grafik untuk melihat normalitas dlakukan dengan melihat grafik histogram dan kurva normal probability plot. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat normalitas data dalam penelitian ini, yaitu dengan menggunakan 3 alat uji, yaitu: Universitas Sumatera Utara 1 Uji Kolmogrov Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan, yaitu: a Jika nilai signifikan 0,05 maka distribusi data tidak normal b Jika nilai signifikan 0,05 maka distribusi data normal Hipotesis yang digunakan: a Ho: data residual berdistribusi normal b Ha: data residual tidak berdistribusi normal Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogrov Smirnov adalah sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kualitas Hasil Produksi .203 62 .000 .904 62 .000 Persepsi Penerapan TQM .206 62 .000 .916 62 .000 a. Lilliefors Significance Correction Sumber : Data Diolah penulis 2015 Dari hasil pengolahan data pada tabel diperoleh besarnya masing- masing nilai Kolmogrov-Smirnov untuk nilai signifikan 0,05. Nilai signifikasi kurang dari 0,05 maka data berdistribusi normal. 2 Histogram, yaitu pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng Bell shaped. Data yang baik adalah data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data menceng ke kanan atau menceng ke kiri berarti memberitahukan bahwa data tidak berdistribusi secara normal. Universitas Sumatera Utara Hasil uji normalitas menggunakan histogram dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.2. Hasil Uji Normalitas dengan Menggunakan Histogram Sumber: Data Statistik Olahan 2015 Gambar histogram diatas menunjukkan bahwa data berdistribusi secara normal karena bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung imbang dan kurva menyerupai lonceng. Maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut normal. 3 Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah: 1 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara 2 Jika data menyebar jauh dari diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji normalitas menggunakan grafik normality probability plot dapat dilihat pada gambar dibawah ini; Gambar 4.3. Hasil Uji Normalitas dengan Menggunakan Probability Plot Sumber: Data Statistik Olahan 2015 Gambar di atas menunjukkan bahwa probability plot memiliki pola distribusi normal karena pencaran data berada di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penilitian ini memehuhi asumsi normalitas. Universitas Sumatera Utara

4.2.1.2 Uji Multikolinearitas

Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala mulikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIP Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai Tolrance 1, atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas Situmorang, dkk, 2008, hal 104. Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Collinearity Statistics Tolerance VIF .816 1.226 .816 1.226 Sumber: Pengolahan Data SPSS 2015 Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai VIF semua variabel independen dibawah nilai 5 dan nilai tolerance dibawah nilai 1 yang berarti tidak terjadi multikolinearitas sehingga model tersebut reliable sebagai dasar analisis.

4.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variabel residual tersebut tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas Ghozali, 2005, hal. 105. Universitas Sumatera Utara Ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan heterokedastisitas antara lain : 3 Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi hetekedastisitas. 4 Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil dari uji heterokedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot berikut ini : Gambar 4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Statistik Olahan 2015 Universitas Sumatera Utara Gambar di atas grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dengan tidak adanya pola yang jelas serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas, sehingga model ini layak dipakai untuk memprediksi berdasarkan masukan variabel independen yaitu insentif. 4.2.2 Analisis Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengadakan prediksi nilai dari variabel terikat yaitu kualitas hasil produksi pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa Y dengan ikut memperhitungkan nilai-nilai variabel bebas, yaitu persepsi penerapan total quality management X. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu aplikasi Software SPSS 16.00 for Windows. Tabel 4.8 Analisis Regresi Linier Sederhana Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 14.897 3.155 4.722 .000 Persepsi Penerapan TQM .109 .029 .433 3.717 .000 a. Dependent Variable: Kualitas Hasil Produksi Sumber: Pengolahan Data SPSS 2015 Coefficients diperoleh : Y = 14.897 + 0,109X Universitas Sumatera Utara 1 Konstanta bernilai positif dengan diperoleh nilai 14.897, hal ini menunjukkan bahwa apabila variabel persepsi penerapan total quality management konstan, maka kualitas hasil produksi bernilai positif. 2 Koefisien variabel persepsi penerapan total quality management bernilai 0.109, hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan variabel persepsi penerapan total quality management sebesar 1 maka akan mempengaruhi kualitas hasil produksi sebesar 10,9 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

4.2.3 Uji Koefisien Regresi Linier Sederhana Uji t

Uji koefisien regresi linier sederhana uji t dilakukan untuk melihat secara individual pengaruh secara positif dan signifikan dari variabel bebas independent yaitu X berupa persepsi penerapan total quality management terhadap variabel terikat Y yaitu kualitas hasil produksi. Uji koefisien regresi linier sederhana uji t dilakukan dengan menggunakan tabel coefficient . Kriteria pengambilan keputusan dengan menggunakan alpha 5 dan derajat keabsahan n – k kemudian dibandingkan dengan t hitung. a. Ho diterima jika t hitung t tabel pada α =5 b. Ha ditolak jika t hitung t tabel pada α =5. Tabel 4.9 Uji Signifikan Parsial Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 14.897 3.155 4.722 .000 Persepsi Penerapan TQM .109 .029 .433 3.717 .000 Universitas Sumatera Utara Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 14.897 3.155 4.722 .000 Persepsi Penerapan TQM .109 .029 .433 3.717 .000 a. Dependent Variable: Kualitas Hasil Produksi Sumber: Pengolahan Data SPSS 2015 Persepsi penerapan total quality management X memiliki nilai p- value pada kolom sig 0.000 0.05 artinya signifikan, sedangkan t hitung = 3.717 t tabel 2.000 artinya positif. Dengan demikian H 1 diterima, artinya persepsi penerapan total quality management TQM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil produksi pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa.

4.2.4 Koefisien Determinasi R

2 Pengujian koefisien determinasi R 2 digunakan untuk mengukur proporsi atau persentase kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Koefisien determinasi berki sar antara nol sampai satu 0≤ R 2 ≤1. Jika R 2 semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan demikian sebaliknya. Kriteria Pengambilan Keputusan Koefisien Determinasi R 2 : Tabel 4.10 Interval Koefisien Determinasi R 2 Interval Koefisien Tingkat hubungan 0,10 – 0,199 0,20 – 0,399 Sangat rendah Rendah Universitas Sumatera Utara 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sedang Kuat Sangat kuat Sumber : Sugiyono 2012:184 Hasil pengujian Koefisien Determinasi R 2 adalah : Tabel 4.11 Koefisien Determinasi R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .433 a .187 .174 1.04565 a. Predictors: Constant, Persepsi Penerapan TQM b. Dependent Variable: Kualitas Hasil Produksi Sumber: Pengolahan Data SPSS 2015 Koefisien Determinasi diperoleh nilai R sebesar 0.433 sama dengan 43,3 yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel persepsi penerapan total quality management dengan kualitas hasil produksi dikategorikan sedang. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan, maka penulis akan mencoba untuk menarik kesimpulan sebagai berikut : a. Koefisien variabel persepsi penerapan total quality management bernilai 0.109, hal ini menunjukkan bahwa setiap perubahan variabel persepsi penerapan total quality management sebesar 1 maka akan mempengaruhi kualitas hasil produksi sebesar 10,9 dengan asumsi variabel lain dianggap tetap. b. Persepsi penerapan total quality management X memiliki nilai p-value pada kolom sig 0.000 0.05 artinya signifikan, sedangkan t hitung = 3.717 t tabel 2.000 artinya positif. Dengan demikian H 1 diterima, artinya persepsi penerapan total quality management TQM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil produksi pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa. c. Koefisien Determinasi diperoleh nilai R sebesar 0.433 sama dengan 43,3 yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel persepsi penerapan total quality management dengan kualitas hasil produksi dikategorikan sedang.. Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas penulis menyajikan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan, yaitu : a. Persepsi penerapan TQM dilakukan secara kontinyu sehingga kualitas hasil produksi dapat meningkat. Persepsi penerapan TQM juga dapat diadopsi oleh perusahaan lain dengan menerapkan prinsip-prinsip yang menjadi indikator TQM atau karakteristik TQM. b. Pada penelitian selanjutnya yang ingin melakukan pengujian bukti empiris pengaruh TQM terhadap kualitas hasil produksi, dapat memasukkan variabel moderating yang lain sesuai dengan teori. c. Perlunya menerapkan reward system pada perilaku produktif karyawan dalam perusahaan. d. Pada penelitian selanjutnya membahas lebih lanjut tentang pengaruh persepsi penerapan total quality management dan kepemimpinan terhadap kinerja manajemen. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Total Quality Management

2.1.1 Pengertian Total Quality Management

Total quality managemen t atau pengendalian mutu terpadu menurut Garrison 2008:23 merupakan “Sebuah budaya ataupun keharusan yang dilakukan sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjaga mutu dan kualitas barang yang di produksi secara berkala melalui setiap aspek dalam organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi ”. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi. Pemimpin harus mampu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Penerapan prinsip kepemimpinan harus mengarah pada : a. Penciptaan visi yang jelas untuk masa depan organisasi. b. Penetapan target, tujuan atau sasaran yang menantang. c. Menyediakan sumberdaya dan pelatihan bagi pekerjanya. d. Menjadi contoh dalam hal kejujuran, moral dan penciptaan budaya kerja. e. Penciptaan kepercayaan. Fitrihana : Batikyogya,wordpress.com Universitas Sumatera Utara