jantung dan resistensi perifer total Sherwood, 2011. Adapun faktor yang berperan antara lain genetik, asupan garam, dan tonus adrenergik seseorang
Mardhur, 2014. Peningkatan tekanan darah akan menyebabkan kerusakan multiorgan.
Pada jantung contohnya, terjadi perubahan struktur dan fungsi jantung. Mekanismenya antara lain melalui peningkatan beban afterload yang akhirnya
menyebabkan terjadinya hipertrofi ventrikel kiri sehubungan dengan peningkatan kontraksi yang terus menerus terjadi. Beban jantung yang bertambah dan adanya
hipertrofi ventrikel kiri dapat meningkatkan oxygen demand jantung, dan jika gagal dikompensasi, dapat berakhir pada infark miokardium Riaz, 2014 dan
Yugiantoro, 2009
2.3 Hipertensi pada Remaja
2.3.1 Definisi Remaja Remaja dipahami sebagai peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Penentuan berapa umur seseorang dikatakan remaja pun sangat banyak. Menurut WHO, remaja adalah seseorang berumur 12-19 tahun. Sedangkan Menurut
Undang-Undang No.4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak, remaja adalah individu yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah. Jika mengacu
pada Undang-Undang Perburuhan, anak dianggap remaja bila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat tinggal sendiri.
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, anak dianggap remaja bila sudah cukup matang untuk menikah yaitu 16 tahun untuk anak perempuan
dan 19 tahun untuk anak laki-laki. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah berusia 18 tahun yang sesuai dengan saat lulus
dari sekolah menengah IDAI,2014 Para ahli psikologis juga banyak mendefinisikan pengertian remaja. IDAI
2014 menyebutkan “Menurut Hurlock 1981 remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, et al 2000 dalam memberi batasan usia remaja
adalah 12-21 tahun dan menurut Stanley Hall usia remaja berada pada rentang 12- 23 tahun”. Dengan demikian, dapat diliat batasan awal usia remaja relatif sama
yaitu 12 tahun, tetapi bervariasi di batasan akhirnya IDAI, 2014.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Metode Pengukuran Tekanan Darah pada Remaja NHLBI 2005 telah menyepakati langkah-langkah pengukuran tekanan
darah pada anak dan remaja. Pada remaja, pengukuran dilakukan setiap pemeriksaan kesehatan. Adapun cara pengukurannya dengan menggunakan
metode auskultasi. Untuk menentukan tekanan darahnya, digunakan sfigmomanometer standar dan stetoskop yang diletakkan di arteri brakhialis
pasien, di bagian proksimal dan medial dari cubital fossa, yakni bagian bawah cuff berada 2 cm di atas cubital fossa. Penentuan ukuran cuff penting untuk seorang
anak, karena ukuran lengan atas anak-anak biasanya lebih kecil dibanding dewasa. Cuff yang terlalu besar atau terlalu kecil dapat mempengaruhi tekanan darah. Cuff
yang dipakai harus bisa melingkari sekitar 80-100 lengan atas NHLBI, 2005 Adapun bagian stetoskop yang digunakan adalah bagian bell, karena bisa
mendengar suara korotkoff lebih jelas NHLBI, 2005. Selain teknik, persiapan pengukuran pun menjadi penting. Seorang remaja
yang akan diukur tekanan darahnya harus menghindari stimulan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, telah duduk tenang selama lima menit,
duduk dengan bagian punggung ditopang, kaki tidak menggantung berada di lantai, lengan tertopang dengan baik tidak menggantung serta cubital fossa
sejajar dengan jantung NHLBI, 2005. Lengan kanan cenderung lebih dipilih karena acuan pada tabel standar diperoleh dengan cara meneliti tekanan darah
anak di lengan kanannya. Selain itu juga untuk menghilangkan kesalahan pembacaan pada remaja dengan coarctation aorta yang cenderung mempengaruhi
tekanan darah pada sisi kiri NHLBI, 2005. 2.3.3 Kriteria Diagnosis hipertensi pada remaja
Diagnosis hipertensi pada remaja, berbeda dengan diagnosis pada dewasa Saing, 2005. Kriteria JNC VII tidak dapat digunakan pada remaja karena kriteria
tersebut hanya berdasarkan penelitian yang dilakukan pada umur diatas 18 tahun Riskesdas, 2013.
Kriteria pada remaja mengacu pada laporan The Task Force on Blood Pressure Control in Children, dimana menurutnya tekanan darah normal pada
Universitas Sumatera Utara
remaja ditentukan jika nilai tekanan sistolik dan diastoliknya lebih kecil dari persentil 90 berdasarkan umur, jenis kelamin dan tinggi badan NHLBI, 2005 dan
Rodriguez, 2014. Prehipertensi pada remaja disebutkan jika tekanan darah sistolik dan
diastolik berada di persentil 90-95. Hipertensi stage satu didefinisikan jika tekanan darah 95-99 persentil dan hipertensi stage dua didefinisikan jika tekanan darah
diatas 99 persentil ditambah lima mmHg NHLBI, 2005 dan Rodriguez, 2014. Tekanan darah ini harus diukur sebanyak tiga kali dengan rentang waktu beberapa
menit Katona et al, 2011. Adapun tekanan darah pada remaja berdasarkan umur, jenis kelamin dan
persentil adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tabel tekanan darah untuk remaja laki-laki NHLBI,2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Tekanan darah untuk remaja perempuan NHLBI,2005
2.3.4 Faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi pada remaja Umumnya pada remaja, yang terjadi adalah hipertensi essensial Saing,
2005. Seperti yang telah disinggung diatas, hipertensi essensial merupakan hasil dari reaksi multifaktorial Mardhur, 2014. Jadi, faktor risiko hipertensi pada
remaja didasarkan pada faktor risiko penyebab hipertensi essensial. Adapun faktor risikonya adalah sebagai berikut :
1. Obesitas
Obesitas merupakan faktor yang sering dijumpai. hampir pada 50 kasus Saing, 2005. Hal ini disebabkan karena pada remaja yang obesitas dapat
menyebabkan resistensi insulin yang pada akhirnya akan mengganggu sistem vaskular dan berakhir pada hipertensi Saing, 2005
2. Riwayat keluarga dan genetik
Penelitian yang dilakukan oleh Kunes dan Zicha 2009 melaporkan bahwa adanya hubungan antara faktor genetik dan lingkungan dengan
Universitas Sumatera Utara
hipertensi. Timberlake 2001 dalam Kunes dan Zicha 2009 juga sependapat dengan menyebutkan bahwa genetik mempengaruhi nilai
tekanan darah sekitar 30-50. 3.
Jenis kelamin Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi 2012, jenis kelamin
lelaki memiliki tekanan darah lebih tinggi dibanding perempuan. 4.
Pendidikan orangtua Pendidikan mempengaruhi perilaku seseorang Powdthavee, 2010. Makin
rendah pendidikan seseorang makin rendah pengetahuannya akan hipertensi.
5. Tempat tinggal
Tempat tinggal mempengaruhi budaya hidup seseorang, misalnya pada masyarakat yang tinggal di daerah pantai cenderung memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dikarenakan konsumsi garam yang lebih tinggi. Selain itu pada remaja perkotaan yang gaya hidupnya lebih instan,
menyebabkan akses ke makanan cepat saji dan berlemak lebih mudah Dewi, 2012.
6. Riwayat berat lahir yang rendah
Menurut Ericson, et al 2001 dalam Spagnolo, et al 2013 berat badan sewaktu lahir yang rendah akan meningkatkan risiko hipertensi, penelitian
ini menunjukkan bahwa nutrisi prenatal merupakan faktor predisposisi dari kejadian penyakit-penyakit terkait kardiovaskular, khususnya hipertensi.
7. Konsumsi garam
Diet tinggi garam akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi Cutler, 2006 dalam Spagnolo et al, 2013; dan Kher, 1992 dalam Saing, 2005.
Akan tetapi karena tidak semua remaja dengan diet tinggi garam mengalami hipertensi, ini merumuskan bahwa ada faktor sensitivitas
terhadap garam yang bisa mempengaruhi tekanan darah Saing, 2005.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Genetik dan hipertensi