6.2 Saran Saran kepada institusi pemerintahan di lingkungan Perumnas Mandala
1. Melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala terhadap remaja yang tinggal di perumnas mandala
2. Mengadakan penyuluhan tentang bahaya hipertensi kepada seluruh warga di perumnas mandala
Saran kepada Remaja Dan Orangtua
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya hidup sehat guna mencegah terjadinya hipertensi
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara berkala bagi mereka yang belum terdiagnosis hipertensi dan melakukan pengobatan secara teratur bagi mereka
yang telah terdiagnosis hipertensi
Saran untuk Peneliti Lain
1. Melakukan penelitian dengan skala dan cakupan yang lebih besar dengan teknik stratified random sampling per faktor risiko agar identifikasi faktor
risiko lebih terlihat signifikan perbedaannya
2. Melakukan penelitian dengan analisis multivariat mengingat hipertensi adalah penyakit dengan banyak faktor risiko penyebab.
Universitas Sumatera Utara
Tekanan arteri rata-rata = Cardiac output x Resistensi perifer total
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tekanan Darah
2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah Tekanan darah arteri dipengaruhi oleh cardiac output, resistensi perifer
dan volume darah Barrett et al, 2010 dan Sherwood, 2011, sehingga tekanan darah dipengaruhi oleh kondisi yang mengatur ketiga faktor ini. Tetapi dua
penentu terbesar adalah cardiac output dan resistensi perifer total, sehingga persamaannya adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Rumus Tekanan Arteri Rata-Rata Sherwood, 2011 Karena itu, setiap perubahan dari cardiac output dan resistensi perifer,
akan mempengaruhi tekanan darah. Adapun yang dapat mempengaruhinya adalah sebagai berikut :
1. Curah Jantung
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi curah jantung adalah : a.
Denyut Jantung Denyut Jantung dipengaruhi oleh persarafan, simpatis dan parasimpatis
Barrett et al, 2010 dan Sherwood, 2011. Persarafan simpatis akan meningkatkan denyut jantung dan parasimpatis menurunkannya.
Barrett et al, 2010. b.
Stroke Volume Isi Sekuncup Isi sekuncup dipengaruhi oleh aktivitas simpatis dan alirah darah
kembali ke jantung venous return. Aktivitas simpatis mempengaruhi daya kontraktilitas jantung Barrett et al, 2010 Aktivitas simpatis akan
menyebabkan influx Ca
2+
ke sitosol jantung dan meningkatkan daya memeras otot jantung Sherwood, 2011. Sedangkan aliran balik darah
ke jantung berhubungan dengan hukum Frank Starling yang
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kontraksi otot jantung, makin besar volume yang kembali, makin panjang regangan otot jantung, makin kuat kontraksi
otot jantung hingga panjang optimal dicapai Barrett et al, 2010 dan Sherwood, 2011.
2. Resistensi Perifer Total
Resistensi perifer total bergantung pada jari-jari arteriol dan viskositas darah. Jari-jari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal,
aktivitas simpatis, hormon vasopressin dan angiotensin II. Sedangkan viskositas darah dipengaruhi jumlah sel darah merah yang terkandung
di setiap milliliter volume darah Sherwood, 2011.
Secara singkat, mekanisme pengaturan tekanan darah digambarkan dalam bagan berikut :
Gambar 2.2 Fisiologi Pengaturan Tekanan Darah Sherwood,2011 2.1.2 Fisiologi Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah dinding pembuluh dan compliance,
atau disensibilitas dinding pembuluh seberapa mudah dinding pembuluh tersebut
Universitas Sumatera Utara
diregangkan Sherwood, 2011. Ada banyak istilah yang dikenal dalam pengukuran tekanan darah, yaitu :
- Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal yang ditimbulkan pada arteri
pada saat darah disemprotkan ke dalam pembuluh darah, rata-rata 120 mmHg Sherwood, 2011
- Tekanan diastolik adalah tekanan minimal di dalam arteri ketika darah
mengalir keluar menuju ke pembuluh yang lebih kecil, rata-rata 80 mmHg Sherwood, 2011
- Tekanan nadi adalah perbedaan tekanan antara tekanan sistolik dan
tekanan diastolik Barrett et al, 2010 -
Tekanan rata-rata adalah tekanan rata-rata selama satu periode siklus jantung, nilainya sedikit lebih rendah dengan penambahan tekanan sistolik
dan tekanan diastolik lalu dibagi dua Barrett et al, 2010. Tekanan darah pada manusia biasanya secara rutin dilakukan
dengan menggunakan sfigmomanometer, dengan mengukur dan auskultasi pada arteri brakhialis Barrett et al, 2010. Metode ini berdasarkan pada
prinsip Bernoulli, dimana saat suatu cairan melewati bagian yang lebih sempit, akan tejadi turbulensi. Turbulensi terjadi karena saat cairan
melewati dinding pembuluh yang sempit, energi total tidak berubah konstan dibandingkan saat melewati dinding pembuluh yang lebar, tetapi
energi kinetik meningkat dikarenakan kecepatan yang meningkat dan energi potensial berkurang Barrett et al, 2010.
Selama pengukuran tekanan darah, stetoskop dietakkan di atas arteri brakhialis dan tekanan dipompa melebihi batas perkiraan tekanan
sistolik. Saat didengar melalui stetoskop, tidak ada bunyi yang terdengar, karena memang tidak ada aliran darah yang mengalir Sherwood, 2011.
Saat kemudian tekanan cuff diturunkan hingga nilai antara tekanan sistol dan diastolik, sesuai prinsip Bernoulli, darah mulai mengalir dalam
kecepatan kritisnya melalui pembuluh darah yang dikonstriksikan ini dan menciptakan getaran pada dinding pembuluh darah turbulensi Barrett, et
al, 2010. Bunyi yang pertama terdengar oleh stetoskop itulah dinilai
Universitas Sumatera Utara
sebagai tekanan sistolik Barrett et al, 2010 dan Sherwood, 2011. Perlahan tekanan diturunkan hingga akhirnya tekanan berada di bawah
tekanan diastolik, darah mengalir kembali secara laminar dan suara turbulen yang terakhir terdengar dinamakan diastolik Barrett et al, 2010
dan Sherwood, 2011.
2.2 Hipertensi